Bab 13 Rere sedikit emosi

67 18 4
                                    

Saat pulang sekolah, Asya tak sengaja berpapasan dengan sahabat lamanya, Ranti.

Asya hanya fokus berjalan dan memalingkan wajahnya dari Ranti. Terlihat jelas, Asya sangat menjaga jarak dengan Ranti.

"Sya, lo bener bener udah berubah sekarang, gak kayak Asya yang gue kenal dulu. Gue kangen main bareng lo, ketawa bareng, nangis bareng, kalo setiap ada pelajaran matematika lo selalu cari alasan ngajakin gue menghindar dari tuh mapel, biar otak kita gak hancur," ucap Ranti dalam hati, dia masih merindukan momen itu bersama Asya.

"Tapi sekarang kayaknya gak bisa lagi deh, orang tua lo gak suka kita temenan. Dan mungkin ini emang jalannya, semoga lo segera dapat pengganti teman sekaligus sahabat yang lebih dari gue," Ranti pasrah.

Ranti juga tak sengaja melihat Andrew yang ingin pulang bersama Asya.

"Oh, sekarang lo udah deket sama Andrew Sya. Ikut senang lihatnya, gue yakin Andrew orang yang baik gak kayak mantan lo yang kemarin kemarin," ucap Ranti tersenyum, sedikit lega.

Rere yang bergegas ingin menyusul Andrew untuk pulang bersamanya, terkejut melihat Asya yang telah lebih dulu menaiki kendaraan bermotor milik Andrew.

"What?! Sejak kapan Andrew bisa deket sama tuh cewek? Kok gue gak tau ya, setau gue Andrew itu susah banget deket sama orang. Bisa bisanya gitu, heh!" Rere menggerutu dengan raut wajah tak senang.

"Kenapa? Situ gak senang ya liat Asya dekat sama Andrew? Kalo gue sih setuju aja, mereka cocok kok," sambung Ranti.

"Enak aja, gak ada cocoknya sama sekali. Dia itu temen gue, jadi gue tau tipe dia itu kayak gimana. Asya mana masuk di kriteria dia, hehe lawak," bantah Rere

Mendengar perkataan Rere tersebut, Ranti hanya terkekeh.

"Baru jadi temennya aja, lo udah segitunya ngurusin hidup Andrew. Melebihi orang tuanya aja lo, ups!" Ranti menutup mulut dengan telapak tangannya.

"Udah deh, males banget gue debat sama lo. Gak ada untungnya sama sekali," ucap Rere yang langsung pergi menghindari Ranti.

"Bagus deh, kalo lo tau," sambung Ranti tersenyum.


***


Sepanjang perjalanan, Asya hanya diam membisu hingga membuat Andrew bertanya tanya atas sikapnya itu.

"Sya, kamu kenapa diam aja dari tadi?" tanya Andrew.

"Gue pengen cerita, tapi gue bingung," jawab Asya.

"Kenapa bingung? Cerita aja aku dengerin kok," sambungnya.

"Gimana mau dengar, orang lo nya fokus nyetir!" Asya menggerutu.

Mendengar hal tersebut, Andrew pun langsung menghentikan kendaraannya.

"Oke, mau cerita apa?" tanya Andrew dengan antusias.

"Capek gak sih, kalo kita tuh harus terlihat kuat terus didepan banyak orang? Terus kadang ngerasa, gue tuh gak sekuat itu," ucap Asya dengan mata berkaca kaca.

"Ya intinya gini, kita boleh harus terlihat kuat didepan orang lain tapi jangan terlalu memaksa diri sendiri juga. Kita bukan robot, jadi kalo capek ya istirahat. Kadang mau sebanyak apa pun orang yang menyemangati, kalo yang capek itu batin, ya bakal tetap capek," balas Andrew.

"Setuju sih sama perkataan lo. Jadi begini, pertemanan gue sama Ranti itu udah hancur dari beberapa hari yang lalu, entah apa penyebabnya gue gak tau. Yang jelas, ini masih jadi tanda tanya bagi gue. Tadi juga gak sengaja berpapasan, nyesek banget rasanya," sambung Asya.

"Aneh, gak ada angin, gak ada hujan, tiba tiba udah kayak orang asing gitu," sahut Andrew tak mengerti.

"Nah itu, lo juga heran kan apa lagi gue. Hm ya udah lah, sekarang gue mau nenangin diri aja, sama banyak berfikir positifnya aja," Asya mulai pasrah dan terlalu larut berada dalam keterpurukannya.

Mendengar kata menenangkan diri, Andrew tiba tiba sedikit loading. Seketika ia pun teringat pada ice cream yang ia beli untuk mereka berdua.

Andrew memegang ice cream diplastik yang ia gantung dimotornya. "Oh iya baru ingat, kalo aku tadi habis beli ice cream."

"Tumben, buat apa?" tanya Asya.

"Ya buat kita lah, ini tuh cocok juga buat ketenangan diri, bisa bikin hati adem juga. Ugh untung belum cair, katanya lagi viral nih ice cream," jawab Andrew.

Asya meledek Andrew. "Masaa?"

"Iyaa, nih keburu cair tuh," sambung Andrew sembari memberikan ice cream tersebut pada Asya.

"Oke, makasih," sahut Asya.

"Sama sama."

Asya Andrewansyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang