Keesokan harinya, mamanya Asya sedang bersiap ingin mencari keberadaannya anaknya itu. Namun, saat ia hendak berjalan melewati kamar Vani, ia tak sengaja mendengar Vani yang tengah menggerutu sendiri.
Vani sedikit menghantamkan tangannya ke tembok. "Apaan sih Asya, lebay banget pake kabur dari Rumah. Kayak anak kecil aja, kebiasaan udah sering dimanja dari kecil. Tante juga, anak kayak gitu masih mau dicari, biarin aja dia gak pulang, gak penting juga."
Spontan mamanya Asya yang mendengar hal tersebut, langsung membuka pintu kamar Vani hingga membuatnya terkejut.
"Vani!!" ucap mama dengan nada sedikit tinggi.
"Oh jadi ternyata benar yang dibilang Asya itu, kalo kamu ternyata bermuka dua. Tante gak nyangka sama kamu! Tante kira kamu orang yang baik, ternyata Tante salah. Ingat Van! Asya itu sepupu kamu, keluarga kamu, kok kamu tega disituasi kayak gini bersikap begitu," cerca Mama Asya emosi terhadap Vani.
Vani yang tak mau dianggap salah, masih mencoba mengelak. "Enggak, Tante salah paham. Vani gak kayak gitu kok," bantah Vani.
"Udahlah, kamu gak usah cari pembelaan. Tante udah dengar sendiri kamu ngomong begitu," sambung mamanya Asya.
Vani yang telah terbukti bersalah, hanya tertunduk diam dan tak bisa berkata apa pun. Sementara mamanya Asya langsung pergi untuk mencari Asya.
***
Dikelas
Asya yang tadinya duduk sedikit berjauhan dengan Ranti, kini mencoba mendekat ke arah Ranti.Asya menghela napas. "Ranti!!" panggilnya.
Ranti menoleh ke arah Asya. Dia sedikit kaget, karena Asya tiba tiba memanggilnya. "Iya, Sya?"
"Gue mewakili Mama, mau minta maaf ya sama lo, atas kejadian waktu itu," ujar Asya, ia merasa malu atas sikap mamanya itu.
"Iya gakpapa kok Sya, orang tua lo gak salah. Mau bagaimana pun, itu juga demi kebaikan lo. Justru gue yang mau minta maaf sama lo, dulu gue langsung gak mau temenan sama lo lagi, tanpa menjelaskan dulu permasalahannya ke lo. Maafin gue ya Sya," Ranti juga merasa bersalah, atas sikapnya dulu.
"Iya gak papa, santai aja kok Ran."
"Jadi kita temenan lagi kan? Kayak dulu?" Ranti tersenyum haru.
Asya mengangguk sambil tersenyum.
Ranti seketika langsung memeluk Asya dengan sedikit erat. "Gue kangen banget tau sama lo, lo gak kangen apa sama gue?"
"Kangen momen ke Uks bareng gue lagi ya?" ucap Asya sembari tertawa.
"Jangan lagi deh Sya, kita juga sebentar lagi mau lulus," balas Ranti. Sepertinya, ia sudah jera melakukan hal itu.
"Senang dengarnya, Ranti ku sekarang udah mau jadi anak yang rajin kayaknya," sambung Asya.
"Iya dong, insaf gue," balas Ranti.
Ketika pulang, Asya dengan gembira, mulai memberitahu Andrew, jika ia telah berteman kembali dengan Ranti.
"Andrew lo tau gak, kalo gue udah temenan lagi sama Ranti." Asya dengan raut bahagia.
"Wah, alhamdulillah dong kalo gitu. Aku ikut senang mendengarnya," sahut Andrew sambil memakan ice cream mochi.
Namun, belum genap berapa lama ia bahagia, kini raut wajah Asya langsung berubah. "Tapi disisi lain, gue masih sedih." Dia teringat pada perlakuan orang tua dan sepupunya itu.
Andrew yang tak tau harus berbuat apa, ia pun langsung memasukan setengah dari ice cream mochi miliknya itu kedalam mulut Asya. "Nih, makan!"
Tanpa pikir panjang, Asya pun membuka mulut dan memakan mochi tersebut.
"Cantiknya aku gak boleh sedih. Semangat ya." Andrew tersenyum seraya mencubit hidung Asya dengan pelan.
"Lo beli ini dimana? Enak," tanya Asya sambil menunjuk mochi tersebut. Ia mulai ketagihan.
"Beli di warung tadi. Kenapa? Mau lagi," tanya Andrew kembali.
Asya mengangguk. "Beli lagi yok!" tersenyum semringah.
"Ya udah ayo."
Sebelum pulang, mereka berdua pun berhenti sejenak diwarung terdekat untuk membeli ice cream mochi, seperti yang ia makan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Andrewansyah
Ficção Adolescente# Follow Dulu Sebelum Membaca⚠️ Definisi hidup lagi capek capeknya, tapi lo punya support system yang selalu ada buat lo. Dijodohin karena fitnah ✖️ Dinikahin mendadak biar gak kena fitnah lagi ✔️ "Saya terima nikah dan kawinnya Asya Aurelia binti...