Bab 10 Perubahan sikap Ranti

76 19 5
                                    

Sepanjang jalan Asya sibuk berbicara dengan dirinya sendiri, ia merasa aneh dengan sikap Ranti yang tiba tiba berubah dan tak seperti biasanya.

"Ranti kenapa ya, kok hari ini dia keliatan aneh banget. Gak kayak biasanya, apa dia masih marah ya gara gara di telepon kemarin," gerutu Asya.

"Kenapa dia jadi sensian gitu ya, hm sulit dimengerti," sambungnya.

Namun tak berapa lama kemudian, ia tak sengaja bertemu dengan Andrew.

"Badan sehat kok mau masuk Uks," Andrew menyindir Asya.

Asya memalingkan wajahnya ke arah Andrew, sambil memegang perutnya. "Sembarangan kalo ngomong! Gak liat apa, gue nih lagi sakit perut."

"Parah banget ya, sampe mau masuk Uks?" timpal Andrew tersenyum.

"Greget nih gue lama lama sama lo, ngurusin hidup orang lain. Urusin dulu tuh hidup lo, jam pelajaran malah keluar gak jelas," Asya menyindir kembali.

"Aku mau ke toilet, kamu mau ikut?" Andrew tersenyum semringah. Entah apa yang ada dipikirannya, sampai melempar ekspresi seperti itu pada Asya.

"Dihh, dasar cowok mesum." Asya menggelengkan kepala dan langsung mempercepat langkah kakinya menuju ke Ruang uks.


***

Ketika jam istirahat tiba, Asya pun mulai menjenguk Ranti dikelas untuk mengajaknya ke kantin, melihat Ruang kelas sudah dalam keadaan kosong. Ternyata Ranti sudah duluan pergi ke kantin sendiri.

"Bagus, sekarang giliran gue yang ditinggalin ke kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus, sekarang giliran gue yang ditinggalin ke kantin. Mau balas dendam kayaknya," Asya menyindir Ranti.

Ranti hanya fokus makan dan tak menghiraukan perkataan Asya. Suara yang keluar dari mulut Asya, seolah hanya terdengar angin lewat baginya.

"Ran, lo denger gak sih gue ngomong? Dari tadi didiamin terus, jadi berasa kayak ngomong sama hantu deh gue," sambung Asya.

Ranti mulai buka suara, "Sya, kayaknya sekarang kita fokus ke diri masing masing aja deh."

"Hah, maksudnya?" tanya Asya kurang mengerti.

"Ya lo fokus ke diri lo, dan gue fokus ke diri gue sendiri. Biar gak ada selisih paham diantara kita," Ranti memperjelas.

Seketika raut wajah Asya berubah campur aduk, antara sedih, kecewa terhadap perkataannya sahabatnya itu. "Hari ini lo bener bener aneh deh Ran, gak kayak biasanya. Lo bukan Ranti yang gue kenal. Lo kayaknya udah capek ya temenan sama gue? Gue cuma mau minta maaf kalo ada perkataan gue yang gak enak dihati lo. Seperti yang lo bilang tadi, mulai sekarang anggap aja kita gak pernah saling kenal. Makasih Ran, beberapa tahun ini lo udah pernah jadi teman sekaligus sahabat gue," ucap Asya dan langsung pergi meninggalkan Ranti.

"Maafin gue Sya, gue gak pernah ada niatan buat jauh dari lo. Bahkan sampai kapan pun, lo bakal tetap jadi sahabat terbaik di hidup gue," ucap batin Ranti, dengan perasaan bersalah.


***


Sepanjang perjalanan menuju pulang, Asya hanya diam tak bersuara. Mamanya Asya hanya diam melihat sikap Asya, karena ia tau Ranti pasti sudah melakukan tugasnya.

Dikamar
Asya berbaring diatas kasur dengan wajah muram. "Gue masih heran sama Ranti, tiba tiba udah gak mau lagi temenan sama gue. Kayak ada yang disembunyiin. Setelah ini gak bakal ada lagi orang yang bisa gue percaya, selain diri sendiri."

"Apa itu teman baik? Kayaknya cuma ada di cerita dongeng deh," sambungnya.

Asya Andrewansyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang