Bab 19 Kecewa

67 18 7
                                    

"Tidak semua orang akan paham rasanya menjadi anak broken home, anak yang dipaksa untuk menerima keadaan tanpa ditanya bagaimana keadaannya. Anak broken home bukan haus akan kasih sayang, melainkan hanya butuh sosok pendengar."

Asya Aurelia

***

Saat Asya hendak pulang bersama Andrew, ia tiba tiba mendapat telepon masuk dari Vani.


"Drrrtttttt... "

"Halo Van, kenapa?" ucap Asya singkat.

"Sya, lo minta dijemput gak nih?" tanya Vani.

"Gak usah Van, gue pulang bareng Andrew aja," jawab Asya.

"Oh oke deh, gue tunggu dirumah."

"Iya," sahutnya dan langsung memutuskan telepon Vani tersebut.

Asya pun mulai bercerita kepada Andrew, karena ia merasa cuma Andrew orang yang bisa dia ajak cerita.

"Andrew!!" seru Asya.

"Iya, kenapa Sya?" tanya Andrew.

"Kenapa ya, orang lain tuh bisanya cuma jahatin kita aja. Mereka gak tau apa, kalo kita aja gak ada niat buat jahat atau gimana gitu ke mereka, tapi ya gitu deh. Capek gue." Asya menghela napas pelan.

"Ya namanya manusia, mau sebaik apa pun kita, masih aja ada yang gak suka sama kita. Kadang kita cuma diam aja gak ngapa ngapain, masih diomongin sama mereka," ucap Andrew.

"Intinya sih, gak semua orang itu memberikan feedback yang sama sesuai keinginan kita," pungkasnya.

"Iya sih, tapi cara kita nanggapin sikap mereka ke kita gimana?" tanya Asya lagi.

"Ya itu, terserah orang lain mau gimana ke kita, ya kita bodoh amat. Biarin mereka yang sibuk ngurusin hidup kita, kita fokus aja memperbaiki diri kita, biar lebih baik dari kemarin dan hari yang akan datang," jawab Andrew.

Asya hanya mengangguk mendengar perkataan Andrew tersebut.

"Jadi gue mau cerita, gue udah tau penyebab gara gara hancurnya pertemanan gue sama Ranti itu, ya orang tua gue sendiri," ucap Asya.

Andrew yang mendengar hal itu pun terkejut "Loh, kenapa bisa gitu?"

"Gue juga gak ngerti, mungkin karena gue dulu pernah dapat surat panggilan. Biasalah guru, kebanyakan drama, dikit dikit ngancam gue mau ngasih surat. Ngeliat gue temenan sama Ranti ya jadi keseret," sahut Asya.

"Oh aku tau, mungkin orang tua kamu takut kamu salah pergaulan, makanya Ranti gak dibolehin lagi temenan sama kamu Sya," perkataan Andrew itu, sama seperti jalan pikiran mama Asya.

"Iya, tapi gak gitu juga kali caranya, pake mau ngasih Ranti uang biar jauh dari gue. Mama gue gak ngeliat apa kalo Ranti itu anak baik baik, gue juga gak merasa kalo dia bawa dampak buruk ke gue," protes Asya. Menurutnya, mamanya itu terlalu posesif terhadap hidupnya, hingga ia merasa terlalu diawasi.

"Hmm, sabar. Dijelasin aja dengan baik ke orang tua kamu, kalo Ranti itu kayak gimana orangnya. Biar gak salah paham lagi," ucap Andrew mengutarakan pendapatnya pada Asya.

"Gak ah, capek gue dari dulu jelasinnya. Vani juga, gue gak nyangka dia bermuka dua. Didepan gue sok sok an baik, eh dibelakang malah ngejahatin gue," sambung Asya.

"Kamu tau dari siapa kalo si Vani begitu orangnya?" tanya Andrew.

"Rere sendiri kok yang bilang. Ya awalnya sih gue gak percaya, tapi hati gue kayak yakin gitu kalo omongannya si Rere tuh bener," tutur Asya.

Tak berapa lama satpam sekolah pun mendekati Asya dan Andrew.

"Mohon maaf Dek, ini mau sampai jam berapa ya kalian berada disini, soalnya gerbang sekolah mau Bapak tutup," ucap satpam tersebut.

"Waduh, oh iya maaf Pak. Ini kita mau pulang kok," sahut Andrew dengan wajah tidak enakan.

"Iya gak papa, sambung besok pagi aja ceritanya hehe.." canda pak satpam.

"Hehe, iya Pak," balas Asya dan Andrew serentak.

Mereka berdua pun mulai berjalan pulang ke rumah.

Asya Andrewansyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang