.
.
.
.
Sinar matahari yang mulai menerobos masuk melewati jendela membuat mata Hinata mengerjap akibat silau mengenai wajahnya. Mencoba mengumpulkan kesadaran selama beberapa detik, Hinata mendadak bangun dan terduduk.
"Sasuke-kun?!!" Hinata akhirnya teringat apa yang sebelumnya terjadi. Sasuke demam dan Hinata harus menjaganya semalaman.
"Kemana dia? Apa dia pergi?" Hinata sempat panik dan akan menuruni ranjang sebelum akhirnya dia melihat pedang kusanagi milik Sasuke masih berada di sudut kamar. Gadis itu bernapas lega menyadari jika Sasuke kemungkinan masih berada di sekitar penginapan. Tidak mungkin pria itu akan pergi begitu saja tanpa membawa barang-barang miliknya.
Tapi, semalam apa yang terjadi? Hinata hanya ingat dirinya terus mengalirkan cakra untuk membuat demam Sasuke turun hingga tengah malam sebelum fajar, setelah itu Hinata tidak ingat lagi apa yang ia lakukan.
Hinata mengedikkan bahu, jika ia masih bisa bangun dengan selamat berarti tidak ada yang terjadi kan?
Tak mau ambil pusing, Hinata memilih segera turun dari ranjang, ia harus segera bersiap-siap dan mencari Sasuke daripada memikirkan hal yang sudah berlalu itu.
.
.
.
.
"Sasuke-kun!"
Hinata akhirnya menemukan Sasuke. Bermodal desas-desus dari pengunjung lain tentang pria tampan beraura menyeramkan yang tengah berada di beranda balkon penginapan.
"Sasuke-kun, bagaimana kondisimu?" Hinata menatap Sasuke penuh tanya. Pria itu hanya menatapnya tak acuh kemudian kembali memandangi pemandangan pohon bambu di hadapannya.
Melihat Sasuke yang kembali acuh tak acuh, sepertinya pria itu memang sudah baik-baik saja. Siapa mengira lelaki berwajah menyeramkan ini semalam demam bahkan harus mendapat perawatan darinya.
"Apa tubuhmu sudah tidak demam?" Pertanyaan Hinata kali ini sukses membuat Sasuke kembali menoleh dan menatap Hinata.
Sasuke menatap Hinata seolah gadis itu tengah mengeluarkan pertanyaan paling konyol dari mulutnya.
Dirinya –Uchiha Sasuke– demam? Yang benar saja!
Sasuke bahkan terbiasa terkena sabetan pedang dan kunai, jika hanya demam, harusnya tidak sampai membuat gadis itu terlihat mengkhawatirkannya begitu.
"Aku tidak tahu seberapa menyakitkannya mimpi itu bagi Sasuke-kun. Tapi yang aku tahu banyak shinobi yang mengalami hal itu juga setelah perang berakhir."
Hinata tersenyum kecil, menatap Sasuke yang masih menatapnya.
Sasuke menghela napas lelah sekali lagi. Sekarang ia sadar jika mungkin semalam Hinata telah melihatnya yang tengah tenggelam dalam mimpi buruknya.
Namun, tidak seperti dugaan gadis itu. Mimpi buruk Sasuke bukan terjadi setelah perang. Dia sudah mengalaminya bahkan sebelum perang ninja benar-benar terjadi, tepatnya setelah kepergian Itachi dan kenyataan yang akhirnya dia tahu tentang kakaknya itu.
"Dalam medis itu disebut PTSD¹, kau hanya perlu minum obat dan konsultasi setelah kembali ke Konoha, itu pasti akan membaik. Sasuke-kun tahu kan jika tim medis desa kita adalah yang terbaik?" ucap panjang Hinata dengan mata berbinar, gadis ini seperti penjual obat yang penuh tipu daya.
Diam-diam sudut bibir Sasuke tertarik. Si gadis Hyuuga ini benar-benar bodoh, tapi Sasuke masih tidak mengerti trik apa yang sudah Hinata lakukan padanya hingga membuat dirinya tanpa sadar selalu mengikuti polah si Hyuuga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Cinta?
Fanfiction[SasuHina Fanfiction] [Fanon] Berawal dari sebuah misi bersama, kemudian tak sengaja jadi teman curhat. Hinata yang tadinya bukan siapa-siapa bagi Sasuke kini jadi gadis paling mengganggu bagi pemuda itu. Tapi bukannya tidak suka, Sasuke hanya kece...