.
.
.
.
Hinata menjulurkan tangannya. Membiarkan rintikan-rintakan hujan membasahi lengannya yang telanjang. Dingin. Perasaan itu mulai menusuk ketika tetesan itu mengenai kulitnya. Namun terasa menyegarkan.
Hinata tersenyum polos seperti anak kecil yang baru melihat mainan baru. Melupakan kehadiran seorang pemuda yang duduk di depannya, menatap gadis itu heran.
"Hujannya semakin deras kita harus pindah tempat duduk!" Sasuke berucap kesal, wajahnya sudah menekuk tidak menyukai bajunya mulai basah, terciprat air hujan yang memantul dari pagar balkon.
"Tidak apa-apa, ini tempat yang sempurna." Hinata menjawab tanpa menoleh sedikitpun pada Sasuke, fokusnya masih pada tangannya yang terjulur merasakan pijatan-pijatan air hujan yang sebenarnya semakin keras, namun senyum gadis itu juga semakin ke atas.
Sasuke mendengus. Siapa gadis ini yang berani membantahnya? Dan sebenarnya siapa gadis ini yang membuatnya terus mengikutinya?
Sasuke memijat pelipisnya. Lagi-lagi dia harus sadar diri jika semua ini adalah konsekuensi dari tindakan bodohnya yang malah mengikuti si kulit bayi Hyuuga ini kemana-mana tanpa diminta.
Mulai dari menolong gadis itu dari para bandit tidak tau diri, hingga mengawalnya sampai menyerahkan gulungan misinya. Dan akhirnya mengikuti Hinata yang ingin beristirahat dan mengisi perut lebih dulu sebelum kembali ke Konoha.
Dan di sinilah mereka berdua, duduk di tempat makan di balkon lantai dua. Hingga tiba-tiba hujan mulai turun membasahi seluruh desa.
Sasuke membuang napas. Menatap dengan malas Hinata yang masih asik sendiri dengan air hujannya.
Apa sih yang bagus dari air hujan yang mengalir dari atap? Padahal di depannya ada pria tampan yang terkena cipratan hujan menambah kesan seksi bagi yang melihat. Tidak tau kah bahkan tempat makan yang tadi sepi juga mulai ramai dan tanpa malu-malu para pelanggan itu curi-curi pandang pada si tunggal Uchiha?
Siapa yang tidak mau kan melihat pemandangan indah Uchiha Sasuke yang seksi?
Ah benar, cuma si pendek Hyuuga ini yang mendapat kursi VVIP malah sangat tidak tertarik untuk sebentar saja melirik ke arahnya.
Kurang Ajar.
Sasuke berdecak lagi. Hinata Hyuuga sungguh gadis pengganggu.
Dia memang bukan tipe gadis berisik dengan suara memekik dan membuat telinganya sakit, seperti gadis-gadis lain yang pernah Sasuke temui. Hinata tergolong pendiam bahkan lebih suka mengabaikannya. Tapi selalu saja gadis itu berhasil membuat Sasuke murka, apalagi jika sudah membahas Naruto dan Sakura.
Sasuke masih yakin Hinata telah melakukan sesuatu padanya. Bagaimana bisa, gadis yang cuma diam-diam saja bisa selalu memenuhi kepala dan emosinya begini. Demi mengembalikan ketenangan hidupnya lagi, Sasuke tidak punya pilihan. Dia harus mengawasi si bayi ini untuk melihat tipu muslihat apa yang telah digunakan gadis itu pada dirinya.
Walau artinya dia terus-menerus harus keluar dari kebiasannya.
"Aku benci hujan Sasuke-kun." Hinata akhirnya mulai bicara, masih tidak menatap Sasuke tentunya.
"Udaranya dingin, langitnya gelap, dan semuanya menjadi terlihat suram."
Dalam hati Sasuke ingin berteriak tidak peduli. Tapi telinganya masih mendengarkan, matanya masih fokus melihat setiap gerak Hinata dan mulutnya masih diam tidak sanggup untuk menyela.
"Hal-hal menyedihkan yang terjadi padaku juga terjadi setiap kali hujan. Jadi aku semakin membencinya."
Hinata diam lebih lama dari sebelumnya. Mengingat kenangan-kenangan menyakitkan yang pernah terjadi dalam hidupnya. Pemakaman ibunya, pamannya dan Neji. Hujan terkadang mengingatkan Hinata pada sebuah kehilangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Cinta?
Fanfiction[SasuHina Fanfiction] [Fanon] Berawal dari sebuah misi bersama, kemudian tak sengaja jadi teman curhat. Hinata yang tadinya bukan siapa-siapa bagi Sasuke kini jadi gadis paling mengganggu bagi pemuda itu. Tapi bukannya tidak suka, Sasuke hanya kece...