4. Bertemu

2.4K 323 88
                                        

.

.

.

Setelah mereka menghabiskan malam dengan curhatan singkat di mana Hinata terus bertanya mengenai Naruto yang sebenarnya tidak terlalu di dengarkan dengan baik oleh Sasuke, Hinata merasa menjadi sedikit lebih dekat dengan pemuda itu.

Perjalanan kembali ke Konoha terasa jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan waktu yang sudah mereka habiskan sebelumnya.

Tidak ada obrolan apapun lagi. Setidaknya kesunyian yang terjadi bukan sesuatu yang menyesakkan dan membuat tidak nyaman.

Hinata semakin yakin jika Sasuke memang hanya manusia normal saja seperti teman-temannya. Bukan missing-nin kelas atas yang berniat menghancurkan desa Konoha. Sasuke tidak sejahat itu.

Setelah melapor keberhasilan misi pada Hokage. Sasuke dan Hinata harus berpisah di luar gedung. Hinata akan pulang ke mansion Hyuuga sedangkan Sasuke, dari yang Hinata tahu dia akan langsung pergi lagi dari Konoha. Padahal Hinata pikir, pemuda Uchiha itu akan menetap dulu sampai bertemu dengan Naruto-Sakura nanti.

"Sasuke-kun," Hinata memanggil Sasuke, kemudian menjulurkan tangan kanannya ke arah Sasuke.

Sasuke heran menatap uluran tangan tersebut. Dan Hinata tidak mengucapkan apa-apa, seolah menunggu untuk Sasuke menyambut tangannya.

Melihat ke dalam mata Hinata, Sasuke mengalah dan menyambut tangannya. Hinata tersenyum manis sekali saat mereka akhirnya berjabat tangan.

Sasuke jadi kembali diingatkan halus dan lembutnya kulit tangan gadis itu yang tidak sesuai dengan image seorang shinobi wanita yang ia tahu. Membuatnya sempat meragukan gadis dengan kulit bayi dan suara seperti penyanyi ini. Yang kemudian dengan mudahnya Hinata hancurkan keraguan Sasuke setelah misi. Karena Sasuke jadi tahu jika Hinata gadis yang cukup kuat dan mampu mengimbangi kekuatannya. Tidak buruk. Kekurangannya hanya selalu menyebut Naruto saja.

"Hati-hati di jalan, Sasuke-kun."

Senyum manis dan kata-kata tulus dari Hinata membuat Sasuke tertegun. Sesuatu di dalam hatinya ada yang berdesir dan jantungnya terasa seperti kesemutan.

Lidah Sasuke mendadak sulit untuk mengucapkan kata. Dengan kasar, ia putuskan jabatan tangan mereka berdua.

Hinata berkedip bingung, tapi gadis itu tak mau terlalu memikirkannya lagi.

"Kalau begitu aku pulang ya, Sasuke-kun."

"Sampai jumpa!" Hinata melambaikan tangannya dengan senyum riang sebelum membungkuk dan berjalan menjauhi Sasuke yang masih terdiam.

"Ya, sampai jum—" Tidak. Harusnya tidak akan ada perjumpaan lagi. Bukankah dirinya sudah berniat untuk menjauhi gadis itu?

Dunia sepertinya sudah gila. Keanehan terus saja terjadi padanya sejak bertemu dengan si kulit bayi ini.

Sasuke menghela napas. Dia harus segera menjauhi Hinata dan Konoha.

Menatap tempat di mana Hinata pergi, Sasuke hanya bergumam.

"Selamat tinggal,"

Benar. Itu adalah kalimat yang harusnya ia katakan tadi.

.

.

.

.

Selamat tinggal.

Bukankah itu kalimat yang dia ucapkan pada gadis itu? Atau karena Hinata tidak mendengarnya akhirnya bayangan gadis itu jadi tak pernah meninggalkannya?

Teman Tapi Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang