Saka benar-benar lupa jika ada satu hal yang belum ia tuntaskan di hari minggu yang cerah itu. Karenanya ia buru-buru menuju sebuah tempat; bekas pabrik tua yang sering dijadikan tempatnya dan antek-anteknya untuk kumpul atau rapat-seperti hari ini.
Melihat Saka datang, para pemuda yang tak terpaut jauh usia darinya itu langsung bersorak; memberi tahu yang lain dan dalam sekejap, suasana hening.
Saka melangkah lurus menuju sebuah sofa tua yang ada di depan sana; singgasana yang disiapkan teman-teman untuk didudukinya.
"Jadi, hari ini acaranya?" tanya Saka pada teman-temannya.
"Iya. Gue dapet kabar kalau SMA Bibang sama SMK 3 bakal ketemuan hari ini."
Mendengar ucapan Sandrio, raut Saka menjadi lebih serius. Terlebih ketika ia mendengar nama SMA Bina Bangsa yang sudah lama menjadi targetnya.
"Apa dia bakal ada di sana?" gumam Saka, bertanya.
Aji, Wino, Johan dan Sandrio yang juga ada di sana, kompak melirik Saka ketika sang pemimpin menyinggung keberadaan 'dia'. Sudah pasti mereka tahu siapa sosok 'dia' yang Saka maksudkan.
Tapi sayangnya, salah satu di antara mereka tidak bisa menjawab dengan yakin pertanyaan Saka.
"Kalau itu, gue kurang tau, Bang. Lo juga tau dia demen main kucing-kucingan sama lo," sahut Aji, anggota dengan tubuh paling besar di antara anak-anak lainnya.
Saka mendesah berat. Sayang sekali jika di misi kali ini dia tidak bisa bertemu dengan sosok yang sudah sejak lama diincarnya. Tetapi kemudian Saka tersenyum hangat, membangun semangat sebelum para prajuritnya memulai pertarungan.
"Gak masalah kalau bos Bibang gak dateng, itu biar jadi masalah gue," ucap Saka, berdiri lebih tegap di depan kursi yang tak didudukinya sejak tadi.
Ia menatap teman-temannya dengan penuh kepercayaan, kemudian tersenyum yakin seolah hari ini Dewi Fortuna akan kembali memihaknya.
"Waktunya kelas kedisiplinan ...."
Setelah mengatakan itu, teman-temannya bersorak-sorai penuh semangat. Mereka satu persatu keluar dari area terbengkalai itu dengan motor masing-masing; menuju ke lokasi tempat di mana pertemuan dua aliansi sekolah diadakan.
Lumayan lama menempuh perjalanan dari markas ke lokasi pertemuan, Saka sedikit dibuat terkejut dengan kekacauan yang terjadi begitu ia dan teman-temannya sampai.
"Wow ... wow ...," ujarnya sambil melihat kerusuhan, "udah mulai ternyata."
"Iya, haha ... kalau gini kayaknya bakal susah buat dilerai."
"Gas aja, nggak sih? Bisa bahaya. Apalagi ini anak-anak tolol ngadain pesta di tempat umum, mana deket SD juga."
Wino yang mengendarai motor, membalas, "Polisi belum dateng, nih?" tanyanya.
"Masih ngurusin pungli, kali."
"Wah ... yang ngedisiplinin, yak?"
"Yang narikin. Hahaha!"
"Hahaha!" Wino dan Saka tertawa bersama, sembari mereka mencari tempat parkir yang aman untuk melindungi motor mahal mereka. "BTW, Bang, motor lo ke mana, dah? Ngapain nebeng gue?" tanya Wino ketika mesin motor ia matikan.
"Dibawa mbak Jennar ke pasar, mobilnya lagi diservis," jawab Saka tak acuh; ini juga alasannya gabut sampai jalan santai ke rumah Aira.
"Wih ... bukan main juga mbak Jennar, beli terasi pake Kawahsakti."
"Emang sok keren anaknya, wkwk."
Setelah itu, Saka dan Wino turun dari motor, mereka berjalan menuju kerusuhan yang terjadi akibat tawuran antar pelajar. Kerusuhan yang khidmat, mereka tidak menyadari jika ada satu kubu lagi yang ingin andil dalam pesta yang mereka buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE VIVID LINE OF YOU : Park Seonghwa
Teen Fiction[Silakan baca buku VIVID lebih dulu] Mengenal Saka Banyu Sagara itu seperti membuka kotak besar yang di dalamnya masih ada banyak kotak lagi. Kamu harus sabar membuka kotaknya satu persatu, sampai temui apa yang sebenarnya ada di dalamnya. Aira Mand...