Aira kaget, dia yang sempat terperanjat, langsung celingukan mencari sumber suara; dan menemukan Sephia Harundani yang meliriknya dari atas dari bilik sebelah.
Kehadirannya seperti kehadiran hantu-hantu di film horor.
"Phia, ngagetin!" Sephia tak menjawab. Gadis itu keluar, lalu masuk ke bilik Aira. Begitu masuk, Sephia disambut oleh pelukan Aira sembari menangis kering. "Sephia ... gimana ini? Gue tadi bilang sama kak Danu kalau gue pacarnya Saka, terus sama dia malah dicepuin ke orang-orang! Hue ... ini kenapa beritanya jadi heboh ...?"
Sephia tidak merespons, sampai Aira melepas pelukannya. Gadis itu hanya menyilangkan tangan dan menatap Aira dengan tatapan tak peduli.
"Sephia jangan cosplay jadi action figure, dong! Elo dari tadi diem aja padahal gue dikerubungin orang-orang!"
"Gue gak habis pikir sih," kata Sephia akhirnya, "dari sekian banyak nama yang ada, kenapa harus Saka yang lo sebutin?"
"Gue gak tau ... nama itu tiba-tiba muncul di kepala gue, ya udah gue pake begitu aja."
"Begitu mudahnya ... begitu mudahnya menempatkan dirimu dalam masalah, anak muda." Sephia bersandar di pintu, seperti sudah tidak tahu mau bertindak.
Aira jadi semakin cemas ketika Sephia berkata seperti tadi. "Memangnya beneran sebuah 'masalah', ya kalau gue berhubungan sama Saka Sagara itu?"
Sephia melihat dengan wajah prihatin. "Menurut lo gimana dari deskripsi singkat gue tentang kak Saka tadi?" Aira diam saja, luntur kepercayaan dirinya. "Cowo 'kan ada banyak, Ai! Elo bisa bilang siapa aja ... Alfian Sukma, kek! Bintang, Sandi ... atau Harun! Kenapa harus kak Saka? Kenapa harus milih si tukang tawuran, sih, Ai ...?"
Aira tertegun, matanya membulat mendengar pernyataan Sephia. "Tu-tukang tawuran?"
"Iya! Kalau lo mau tau, kak Saka itu tukang tawuran yang gak perlu ditanyain lagi popularitasnya se-antero JakSel. Di mana ada tawuran, pasti ada dia. Dia anak yang gak peduli sama sekolah, masuk seminggu dalam sebulan. Makanya gue bilang dia itu artis ruang konseling karena emang sering dipanggil ruang BK!"
Aira syok, dengan mata yang masih melotot; ia memijat dahinya. "Sephia, gue kudu gimana ...?" tanyanya, sekali lagi meminta saran.
Tetapi Sephia malah menepuk pelan pundaknya dan berkata, "Kalau udah siap, bilang, ya. Nanti gue siapin persiapan buat rekaman kata-kata terakhir lo."
"Sephia, jangan nakut-nakutin gue!"
Sejujurnya, Sephia juga tidak memiliki ide apa pun di kepalanya, sebab dia juga tidak menduga kalau Aira akan menyebutkan Saka Sagara sebagai nama dari kekasihnya. Sephia tidak menyangka kalau Aira akan bertindak sebodoh itu hanya karena tidak ada nama lain yang terlintas, padahal dia belum tahu seperti apa Saka Sagara itu.
"Gini, elo chat aja kak Saka baik-baik dan lurusin kesalahpahaman ini kalau elo gak bermaksud untuk menyalahgunakan nama dia. Bilang kalau ini bener-bener cuma salah paham yang disebabkan oleh kebodohan elo." Itu saja solusi paling rasional yang terlintas di kepala Sephia. Berharap akan membantu Aira menyelesaikan masalahnya.
Namun, gadis dengan rambut hitam lurus itu malah merengut ragu. "Tapi beritanya udah kesebar begini, Phi ... masa gue harus bilang juga nantinya kalau gue cuma ngaku-ngaku jadi pacar Saka. Nanti gue di cap tukang halu, gimana?"
"Terus mau lo gimana? Mau minta kak Saka buat jadi pacar bohongan lo?" Aira terdiam, berpikir. Ucapan Sephia seperti memberinya sebuah ide, yang membuat Aira tersenyum kemudian. Sephia menatap curiga. "Ai? Setuju lo? Lo nggak mikir itu ide boleh dipake, kan?"
"Ide lo bagus juga, Phi!" Sephia makin mengerutkan keningnya mendengar respons Aira. "Oke, gue bakal minta Saka buat jadi pacar bohongan gue-"
"Aira, jangan bego!" Ketika Aira hendak keluar dari bilik, Sephia menariknya kembali. "Elo mau menutup kebohongan lo dengan kebohongan baru?"
"Gue cuma bikin satu kebohongan; yaitu pacaran sama Saka doang, Phi! Gue gak mencoba buat menciptakan kebohongan baru, kok!"
"Tapi minta kak Saka buat jadi pacar bohongan lo itu kayak create anothor trouble for you!"
"TERUS GUE HARUS GIMANA? GUE HARUS MEMBIARKAN DIRI GUE DIPERMALUIN SATU SEKOLAH CUMA KARENA KESALAHAN KECIL BEGINI?"
Sephia spontan terdiam, dengan raut kesal dia berkata, "Kok elo malah ngebentak gue?" membuat Aira seketika sadar apa yang baru saja dilakukannya dan menyesal.
"So-sorry ... gue gak bermaksud buat lampiasin amarah ke elo," ujarnya, sembari mundur sesaat dan duduk di atas kloset yang tertutup.
Aira menyisir kasar rambutnya, membuat atasnya jadi berantakan. Dia benar-benar bingung saat ini, harus memutuskan hal terbaik untuknya dengan efek seminimal mungkin.
Aira tahu ini adalah kekacauan yang dia sebabkan, tetapi karena kesalahan kecil yang berasal dari kecerobohannya, dia merasa dirinya tak pantas dipermalukan satu sekolah hanya karena itu.
Tetapi benar juga ucapan Sephia; meminta Saka untuk menjadi pacar bohongannya hanya akan menciptakan masalah baru untuknya ...
Mungkin?
Keheningan memakan waktu yang lama, Sephia mulai merasa sumpek dan tak tahan.
"Ai, mending elo pulang dulu, sambil berpikir dengan kepala dingin untuk tindakan yang bakal lo ambil kedepannya. Kekacauan ini palingan cuma bertahan sampe besok aja lah, atau bahkan sehari ini doang. Lagian Kak Saka itu juga bakal sulit dimintai konfirmasi, percaya deh sama gue."
Aira melirik Sephia, mendengarkan segala ucapan yang Sephia maksudkan untuk menghibur. Tetapi itu tak membuat kurva menurun di bibir Aira menghilang, malah dibalas dengan; "Musyrik dong kalau gue percaya sama lo?"
Sephia hanya merotasi bola matanya dengan kesal. "Menyebalkan!" ujarnya lalu meninggalkan bilik dengan langkah besar.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE VIVID LINE OF YOU : Park Seonghwa
Ficção Adolescente[Silakan baca buku VIVID lebih dulu] Mengenal Saka Banyu Sagara itu seperti membuka kotak besar yang di dalamnya masih ada banyak kotak lagi. Kamu harus sabar membuka kotaknya satu persatu, sampai temui apa yang sebenarnya ada di dalamnya. Aira Mand...