°•○☆○•°
Dua anak kecil tengah mengayuh sepedanya menuju taman dekat kompleks mereka tinggal. Itu adalah kegiatan rutin yang mereka lakukan setelah pulang sekolah sampai sore tiba.
Setelah lelah bersepeda, dua bocah itu seperti biasa akan beristirahat di bawah pohon besar yang terdapat di taman tersebut. Tidak hanya bermain, terkadang mereka mengerjakan pekerjaan rumahnya di sana. Pohon yang rindang itu bagaikan bukti nyata dari persahabatan mereka.
Saat ini, kedua bocah tersebut sedang berteduh sambil meminum susu kotak yang baru saja mereka beli.
"Habis ujian nanti, kita bakal lulus SD dan jadi anak SMP. Kamu mau sekolah di SMP mana?" tanya bocah laki-laki itu kepada sahabatnya.
"Di mana aja asal sama kamu. Aku gak mau punya temen baru." jawab si bocah perempuan.
"Kenapa gak mau?"
"Kata Kinan, anak SMP tuh harus punya hape canggih, kayak hape jenis cranberry atau hape yang layarnya bisa dipencet. Kalo gak punya, nanti aku dijauhin trus gak diajak temenan. Aku kan gak punya hape kayak gitu, makanya aku takut," anak perempuan itu pun cemberut.
Mendengar hal itu, sontak bocah laki-laki di sampingnya pun tertawa.
"Harin, Harin. Kamu itu habis dibohongin sama Kinan. Mana ada yang kayak gitu, kok kamu percaya aja sih?" ujarnya sambil masih tertawa.
Melihat reaksi bocah itu, Harin semakin kesal, "Ish, aku mana tau kalo itu bohongan! malah diketawain!"
Anak laki-laki di sampingnya terus tertawa sampai Harin menyentil jidatnya itu lumayan keras supaya berhenti tertawa.
Pletak!
"Aw! sakit," teriak bocah laki-laki itu seraya mengusap jidatnya.
"Rasain tuh! mau lagi hah?!" bentar Harin.
"Enggak. Ampun-ampun, Rin. Sampe berdarah nih."
Harin mulai terlihat panik dan mengecek jidat temannya. "S-serius?"
"Bercanda HAHAHAHA..." ujar bocah laki-laki itu dengan muka tanpa dosa dan dia kembali tertawa.
"Gak lucu! aku pulang aja kalo gitu!" Harin kembali kesal, lantas dia berdiri dan hendak mengambil sepedanya.
"Eh, eh, jangan dong! gak lagi-lagi bercanda kayak gitu, maafin aku, Rin. Kan belum sore, jangan balik dulu, masa aku main sendiri?" ujarnya sambil memasang muka melas dan menahan Harin.
Harin yang tidak tega pun mengurungkan niatnya. "Iya, gak jadi pulang! Janji gak gitu lagi?" Harin menyodorkan jari kelingkingnya.
"Aku, Lee Heeseung. Aku janji gak akan ngulangin itu lagi," ujarnya sambil menautkan jari kelingkingnya, membuat pinky promise.
"Kamu juga janji dong, harus bisa punya temen baru," lanjut Heeseung.
"Ck, iya-iya. Aku, Kim Harin. Aku janji bakal punya temen baru."
Begitulah kisah pertemanan mereka, ada saja tingkah Heeseung yang membuat Harin kesal, tapi bocah laki-laki itu selalu punya cara untuk membujuk Harin supaya gadis itu memaafkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/348133656-288-k831740.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid | Heeseung Lee
Fanfic"Lo terus-terusan berhasil bantuin masalah percintaan orang, tapi diri lo sendiri belum punya pacar." "Well, lo pasti tau kan, kalo pelatih itu gak main di lapangan?" "Halah, bilang aja gak ada yang mau sama lo." "Sialan." ︶꒦꒷ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ ʏᴜᴋ ꜱᴇʙᴇʟᴜ...