07. Penjelasan

145 25 26
                                    

°•○☆○•°

Harin terus saja mengomel lantaran perbuatan Heeseung yang berhasil membuatnya emosi.

Gadis itu jelas sangat marah. Dia berusaha susah payah mencari kandidat pacar untuk Heeseung, tapi ternyata laki-laki itu dengan mudahnya menyudahi semuanya tanpa alasan yang jelas.

"Lo denger gak apa yang gue bilang daritadi?!" desak Harin yang duduk di jok belakang, sementara Heeseung mengendarai motor.

"Hah? apa, Rin? gak denger gue, anginnya kenceng banget." Entah Heeseung benar-benar tidak mendengar semua perkataan Harin atau hanya alasan saja.

Harin lantas mencubit pinggang Heeseung lumayan keras, melampiaskan semua kekesalannya. Heeseung di depannya hanya bisa mengaduh kesakitan sambil tetap menyeimbangkan motornya supaya tidak jatuh.

Demi keselamatan mereka berdua, Heeseung terpaksa memberhentikan motornya karena cubitan dan pukulan Harin semakin menjadi-jadi.

"Eh ngapain berhenti lo?" tanya Harin bingung.

Heeseung sedikit membalikkan badan lalu memegang kedua tangan Harin. "Lo mau sampe di rumah dengan selamat kan? kalo gitu, stop mukulin gue atau gue turunin lo di sini."

"Heh, enak aja loㅡ"

"Kim Harin, please?" ujar Heeseung sambil menatap Harin dengan tatapan penuh arti.

Nyali Harin sontak menciut, dia tidak berani melawan. Sepertinya Heeseung lagi mode serius.

"Good girl." Heeseung tersenyum lantas menepuk-nepuk bagian atas helm Harin. Laki-laki itu kemudian melajukan motornya.

Gue bukan anak kecil, ish!

Saat Harin kembali fokus dengan perjalanannya, dia baru menyadari kalau Heeseung tidak membawanya melewati jalan ke rumah laki-laki itu.

Memang awalnya Harin mengira dirinya akan diantar ke rumah Heeseung lalu dia akan memesan ojek online dan pergi menuju rumahnya.

"Seung, lo mau ke mana? ini kan bukan jalan rumah lo," ujar Harin.

"Emang," jawab Heeseung.

"Trus lo mau ngajak gue ke mana?!"

"Rumah lo."

Harin melotot kaget.
Ke rumahnya? oh tidak!

Bisa-bisa Harin diejek habis-habisan oleh Kiming kalau nanti abangnya tau dia pulang bersama Heeseung.

Oh iya, Kiming kan lagi di kampus. Tapi, mama pasti lagi di rumah. Tetep aja, mampus gue!

Ah, tapi apakah mungkin Heeseung masih mengingat alamat rumah Harin? menurut Harin sih, tidak mungkin.

Harin hanya diam. Gadis itu membiarkan Heeseung mengendarai motornya ke arah yang dia ingat tanpa memberitahu laki-laki itu.

Harin berharap, semoga dirinya dan Heeseung tersesat. Dengan begitu, mereka tidak jadi pergi ke rumah Harin.

Namun, semuanya sudah terlambat, tinggal beberapa belokan lagi mereka sampai ke rumahnya. Harin hanya bisa pasrah.

Ternyata Heeseung tidak main-main dengan ucapannya. Sahabatnya itu benar-benar mengingat alamat rumah Harin.

"Gue parkirin di mana motornya?" tanya Heeseung.

"Ngapain? lo mending langsung pulang."

"Yakin mau gue pulang? yah, padahal gue berniat ngejelasin kejadian tadi lho. Kayaknya tadi ada yang kepo berat deh," sindir Heeseung.

Cupid | Heeseung LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang