BAB 2

1.2K 189 10
                                    

Sinar matahari yang redup, masuk melalui jendela untuk mengumumkan bahwa pagi yang hangat telah tiba. Itu adalah Minggu pagi yang indah. Lisa bangun dari tidurnya dan dia menemukan kaki Jennie berada di depan wajahnya, sementara kepala Jennie di kaki Lisa sambil memeluk kakinya.

Lisa tidak tahu bagaimana bisa keduanya sampai di posisi itu, jadi dia segera melepaskan pelukan itu untuk bangun dari tempat tidurnya.

Mengikuti rutinitas yang sama, Lisa membantu Jennie bangun, lalu mereka sarapan bersama. Lagi-lagi Jennie makan dengan tangannya karena Lisa menolak membuang waktu untuk mengajarinya makan.

Disisi lain, Jennie adalah pembelajar yang cepat. Ada hal-hal yang dia pelajari sendiri tanpa Lisa harus menjelaskan apapun padanya seolah-olah pengetahuan itu tiba-tiba muncul di benaknya.

Setelah sarapan yang singkat, Manoban mengunci diri di ruang belajarnya meninggalkan Jennie yang menonton kartun di ruang tamu.

Berjam-jam telah berlalu dan Lisa berpikir akan mudah untuk mengabaikan kehadiran Jennie, namun kenyataannya dia tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun pada bukunya karena secara internal, dia khawatir meninggalkan Jennie sendirian. 

Meskipun tidak ada masalah besar karena Jennie masih belum bisa berjalan dan hanya bisa menggerakkan tangannya. Namun sesuatu di dalam hati Manoban merasa prihatin terhadap gadis bermata kucing itu.

Lisa telah mempertimbangkan dirinya sendiri untuk mengajari Jennie semua yang dia butuhkan seperti belajar berjalan, belajar makan dan belajar berbicara. 

Tetapi begitu pikiran itu muncul di benaknya, dia menampar dirinya sendiri karena Lisa berpikir itu jelas bukan kewajibannya. 

Lalisa Manoban tidak dikenal sebagai orang yang ramah dan suportif, justru sebaliknya. Dan karena alasan itulah dia percaya bahwa, bodoh sekali jika dia mau berubah dari satu saat ke saat berikutnya hanya untuk seseorang yang sama sekali tidak dia kenal.

“Mengajari seorang remaja untuk berjalan dan berbicara?” Lisa bertanya pada dirinya sendiri sambil menyilangkan tangan.

“Konyol sekali.”

Namun tatapan Lisa tertuju pada komputernya yang menyala dengan halaman Internet yang kosong.

“Tapi seharusnya tidak terlalu sulit bagiku untuk mengajarinya bukan?” gumamnya sambil mulai mengetik

Cara mengajari seseorang berjalan.

Lisa mengunjungi beberapa halaman sampai tidak menyadari waktu.

Setelah membaca begitu banyak rekomendasi dan instruksi yang tidak berguna, Lisa membuang mouse komputernya dengan putus asa.

“Sialan! Semua informasinya benar-benar murahan, tidak ada yang berguna untukku.” Lisa menghela nafas dengan stres. Kemudian dia memikirkan kata-katanya sendiri. 

“Tidak masalah, tidak masalah, lagipula gadis itu bukan tanggung jawabku... aku tidak perlu mengkhawatirkannya.”

Setelah percakapan dengan dirinya sendiri selesai, Lisa bangkit dari kursi mejanya siap untuk mencari buku di perpustakaannya, Namun tak lama setelah itu suara kaca pecah berkeping-keping terdengar di ruangan, diikuti oleh dentuman tajam yang mengingatkannya pada Jennie.

Lisa seketika merasakan jantungnya berdebar kencang dan dengan cepat dia lari ke ruangan tempat Kim berada.

Disana, Lisa langsung melihat pemandangan pecahan gelas berserakan di sekitar ruangan. Yang benar-benar membuatnya khawatir adalah ketika melihat Jennie tergeletak di lantai tempat gelas itu pecah. 

Melihat bagaimana air mata kecil mengalir di pipi Jennie, membuat kekhawatiran Lisa semakin meningkat. Dia berlari ke arahnya lalu mengangkatnya dan meletakkannya kembali ke sofa.

STARGAZING (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang