Senin pagi, Lisa terbangun dari tidurnya dan dia menemukan Jennie sedang tidur dengan tenang sambil memeluk tubuhnya.
Melihat itu, Lisa segera mendorong tubuh Jennie ke sisi tempat tidur, membuat Jennie perlahan bangun dari tidurnya.
Gadis bermata kucing menggosok matanya ketika dia duduk di tempat tidur, lalu tangannya terentang sambil menguap.
Lisa memandang gadis berambut coklat dengan serius. Sebaliknya, Jennie memberinya senyuman ketika dia memandang Lisa.
"Apa kau tidak punya sesuatu untuk dipeluk saat kau tidur? Kau sudah melakukannya dua hari ini." Jennie mengangkat bahu dengan acuh tak acuh sedangkan Manoban mendengus. "Jangan lakukan itu lagi! Kita sudah membicarakan ini. Yang kau lakukan adalah salah satu larangan yang ada di dalam aturan."
Meskipun dimarahi dengan keras, Jennie sepertinya mengabaikannya, karena dia hanya mengelus perutnya sambil membuka dan menutup mulutnya seperti sedang mengunyah sesuatu.
Manoban menerima pesan itu.
"Oh rupanya kau lapar," gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur untuk berjalan menuju Jennie. "Mari kita lihat apa yang bisa kita makan untuk sarapan hari ini."
Ketika keduanya sampai di dapur, Lisa menemukan lemarinya kosong dan dia baru ingat jika dia tidak pergi ke supermarket akhir pekan kemarin karena harus menjaga Jennie.
Tapi untungnya Lisa masih bisa menyelamatkan situasi karena dia memiliki sereal untuk sarapan yang sangat disukai oleh Jennie.
Saat mereka berdua menikmati sarapan, Lisa mengambil ponselnya untuk melakukan panggilan penting.
"Halo?" jawab Jisoo di sisi lain.
"Jisoo, hari ini aku tidak pergi ke kelas, aku ingin kau memberi tahu dosen dan jika dia bertanya, buatlah sebuah alasan," kata Lisa langsung sementara Jisoo lambat dalam menjawab.
"Apa kau benar-benar akan meninggalkan kelas?"
Gadis bermata hazel memutar bola matanya.
"Ya, itu yang aku katakan, kau bisa membantuku tidak?"
"T-tentu, tidak masalah, tapi kenapa kau memutuskan untuk tidak datang ke kelas begitu tiba-tiba?" Jisoo bertanya dengan bingung.
"Baiklah, kalau begitu selamat tinggal."
Lisa menutup telepon sebelum Jisoo mulai mengajukan lebih banyak pertanyaan. Perhatiannya tertuju lagi pada Jennie yang sudah menghabiskan semangkuk sereal keduanya.
"Hari ini kamu akan belajar berjalan lagi," kata Manoban. "Dengan begitu semuanya akan lebih mudah."
Dalam hati, Lisa gugup, dia sangat gugup tetapi juga bersemangat.Setelah berlatih sepanjang pagi, untuk pertama kalinya Jennie akan berjalan sendiri tanpa bantuan Lisa yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Pasalnya gadis bermata hazel menambahkan bantal dan selimut disekeliling jalan yang akan dilalui Jennie.
"Apa kamu siap?" Jennie mengangguk dengan raut wajah yang terlihat sangat gugup.
Lisa menghela napas.
"Aku akan melepaskan tubuhmu sedikit demi sedikit dan aku akan berada di depanmu untuk maju bersamamu. Jadi kau fokus saja oke?"
Jennie mengangguk berulang kali dan saat itulah Lisa melepaskannya.
Saat gadis berambut coklat sudah bisa berdiri sendiri, Manoban merasa lebih rileks dan dia menghela napas dengan lega, namun dia kembali waspada saat melihat Jennie bertekad untuk maju.
"Hati-Hati!" Teriak Lisa sambil berlari ke arah Jennie ketika gadis itu kehilangan keseimbangan.
Jennie akan jatuh dan Manoban bergerak lebih cepat untuk mencoba menolong Jennie, Namun dia justru jatuh ke lantai dan berakhir dengan tubuh Jennie yang jatuh menimpanya.
"Ohh!"
Lisa langsung merasakan sakit punggung akibat benturan dari berat badan Jennie yang berada di atasnya yang menatap Lisa dengan raut wajah khawatir.
"Aku baik-baik saja, kamu hanya mematahkan tulang rusukku," goda Lisa menyebabkan Jennie tertawa terbahak-bahak dan Manobanpun ikut tertawa ketika menemukan sisi lucu dari situasi itu.
Ratusan upayapun berlalu.
Kadang-kadang Jennie jatuh berlutut, kadang-kadang gadis itu berguling ke samping dan kadang-kadang dia kehilangan fokus dan akhirnya melakukan sesuatu yang lain.
"Tidak Jennie, tidak, jangan merangkak," bentak Lisa yang putus asa saat melihat Jennie merangkak sambil tertawa.
"Ayo berdiri!"
Satu-satunya yang membuat lelah sepanjang waktu adalah saat Manoban harus lari berkali-kali untuk menangkap atau menahan tubuh Jennie ketika hampir terjatuh.
"Sekarang lakukan lagi." Lisa berkata saat Jennie berdiri dengan perlahan.
"Jangan berhenti."
Jennie mulai mengambil langkah lambat ke depan. Melihat itu, emosi tunggal menyerbu Lisa ketika dia melihat Jennie berhasil berjalan sendiri dengan perlahan.
"Kita berhasil!" seru Manoban dengan gembira dan Jennie tersenyum sama bersemangatnya seperti Lisa.
"Ayo coba lagi, lanjutkan sampai garis akhir."
Dan seperti yang Lisa tunjukkan, Jennie melakukannya dengan berjalan perlahan ke garis finish.
Meskipun terkadang Kim kehilangan keseimbangan, namun Manoban selalu menepati janjinya dengan berada di sisi Jennie sepanjang waktu untuk menjaganya.
Di penghujung hari, Jennie akhirnya berhasil berjalan sendiri. Dia menjadi lebih baik dan lebih cepat sampai-sampai bisa berjalan dengan bersemangat di sekitar ruangan tanpa ada Lisa di belakangnya.
Dan waktu untuk mengajari Jennie berjalan akhirnya berakhir.
▬▬▬▬
Setelah beberapa saat, Lisa tidak bisa berhenti mempertanyakan sesuatu dalam pikirannya yaitu, apa yang sebenarnya terjadi pada Jennie?
Sejak gadis itu muncul di depan pintunya, dia sudah bertingkah aneh. Dia tampak tersesat dan tak berdaya. Dia tampak tidak mengerti apa-apa tentang dunia ini.
Apa yang terjadi dalam kehidupan Jennie di tahun-tahun sebelumnya? Ribuan adegan mengerikan melintas di benak Lisa tentang apa yang kemungkinan terjadi pada Kim.
Gambaran orang-orang yang mengerikan yang bisa saja mengambil keuntungan dari kepolosan Jennie membuat Lisa menjadi kesal dan untuk menenangkan diri dari pikiran itu, dia akhirnya membuat keputusan.
"Jennie." Lisa memanggil dari kamarnya dan dia merasa sangat bangga saat melihat Kim berjalan melewati pintu kamar untuk mendatanginya.
"Kita akan pergi ke suatu tempat, kenakan mantel ini."
Jennie tersentak kaget saat mendengar "kita akan keluar
Dia tampak sangat bersemangat tentang hal itu dan Lisa menyadarinya, tetapi itu tidak mengejutkannya lagi, karena dia tahu bahwa semua hal bisa membuat Jennie terkejut.
Lisa meninggalkan pakaian yang dipilihnya untuk Jennie kenakan lalu dia keluar menunggu gadis yang lebih muda di ruang tamu.
Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari rumah.
Hal pertama yang Lisa lakukan untuk menenangkan intriknya adalah membawa Jennie ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis.
Saat mereka berjalan ke rumah sakit, Manoban memperhatikan betapa cerah dan indahnya mata Jennie saat gadis itu melihat apa yang ada disekelilingnya sambil tersenyum.
Lisa juga melihat betapa besar pakaian miliknya di tubuh Jennie, karena lengan mantelnya terlihat sangat panjang sehingga menutupi seluruh tangan mungil Jennie.
Lisa kemudian berhenti didepan Jennie untuk mengambil lengan mantel yang panjang itu untuk dia lipat agar tidak terlalu besar.
"Kita juga harus berbelanja baju untukmu sebelum kau menghabiskan pakaianku," gumam Manoban yang diangguki oleh Kim ketika gadis itu mengulurkan lengan baju yang lain untuk Lisa gulung juga.
"Apa kau tidak tahu apapun yang kau lihat disini?"
Jennie menggelengkan kepalanya saat mereka berjalan lagi.
"Kau beruntung tidak tahu apa-apa, tapi pada akhirnya ketika kau tahu semuanya, kau tidak akan terlalu bersemangat untuk pergi keluar. Kau sepertinya belum mengetahui bahwa dunia luar penuh dengan makhluk bodoh yang disebut manusia dan sayangnya kita adalah bagian dari mereka." Ucap Manoban dengan serius lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Beberapa waktu kemudian mereka tiba di rumah sakit dan Jennie bertemu dengan seorang dokter baik hati yang merawatnya dengan sangat baik. Butuh waktu yang cukup lama karena Jennie perlu melakukan pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan lainnya.
Setelah pemeriksaan selesai, keduanya dengan sabar menunggu hasilnya di kursi kantor yang ada di ruangan dokter. Dan tak lama kemudian, dokter datang,
"Tidak ada alergi, tidak ada penyakit bawaan, tidak ada masalah apapun pada gadis ini, semua organnya bekerja dengan sempurna." Dokter memberi tahu sambil menunjuk ke arah Jennie yang tersenyum manis padanya. Dokter balas tersenyum lalu menyerahkan sebuah map kepada Lisa yang merasa lega, tapi di saat yang bersamaan, dia sedikit bingung.
Bagaimana Jennie bisa begitu sehat sedangkan dia bahkan tidak tahu cara makan saat pertama kali bertemu dengannya?
Dokter bangkit dari meja.
"Aku ingin berada disini lebih lama, tapi ada pasien yang sedang menungguku," gumamnya sambil membetulkan jasnya.
"Sampai jumpa lagi."
Saat itu Manoban bereaksi.
"Tunggu," katanya bangkit dari kursi juga membuat Dokter menoleh.
"Seperti yang anda tahu, Jennie tidak bisa berbicara, mengapa bisa begitu?"
"Keterlambatan bicara biasanya terkait dengan trauma psikologis. Itu juga bisa menjadi masalah yang lebih kompleks, tetapi karena kami telah menganalisis kondisi kesehatannya, kami dapat mengesampingkan kemungkinan itu." Jawabnya dengan tergesa-gesa.
"Aku belum pernah menemukan kasus seorang seusia Jennie yang tidak bisa berbicara, tapi itu tidak menutup kemungkinan bagi Jennie untuk dia bisa berbicara, jadi tolong, jika kau ingin menangani kasus ini, pergilah ke psikologi untuk menemukan cara agar Jennie bisa berkomunikasi."
Manoban menghela nafas sambil tertunduk, entah mengapa, hanya membayangkan Jennie mengalami hal-hal mengerikan di masa kecilnya membuatnya sedih.
"Aku benar-benar harus pergi sekarang, tapi aku minta padamu untuk terus menjaga keadaan emosi Jennie," katanya.
"Sampai jumpa."
Dokter meninggalkan kantor dan segera setelah itu seorang perawat datang, jadi Lisa dan Jennie meninggalkan tempat itu.
Mereka mulai berjalan di bawah cuaca dingin dan matahari yang terbenam di langit. Lisa menoleh untuk melihat Jennie yang tengah melihat langit sambil tersenyum.
Sepertinya tidak ada yang membuat Jennie tidak senang. Namun Lisa tersenyum sedih ketika melihatnya, dia bertanya-tanya siapa yang menyiksa Jennie sampai meninggalkannya dengan trauma yang begitu parah.
Lisa menghela nafas masih dengan tatapan yang tertuju pada Jennie.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Lisa membisikkan pertanyaan itu. Kemudian, dia berdeham dan mengembalikan pandangannya ke depan.
"Aku hampir lupa," kata Lisa yang segera menerima perhatian Kim.
"Kita harus pergi ke supermarket, aku belum berbelanja."
Ketika sudah berada di pusat perbelanjaan, Jennie mulai melompat dengan bersemangat. Lisa membawa troli belanja dan dia berpikir ribuan kali untuk memasukkan Jennie ke dalam troli agar terhindar dari masalah.
"Jennie letakkan itu," bantah Lisa ketika melihat Jennie memegang sekotak permen berwarna-warni.
Manoban mengusap wajahnya frustasi. "Aku sudah mengatakan padamu jika kita tidak bisa mengambil sesuatu hanya karena barang itu memiliki banyak warna, kembalikan kotak itu ke tempatnya."
Jennie menggelengkan kepalanya lalu menunjuk ke gambar lolipop berwarna di sebuah kotak.
Manoban mengambil kotak itu dan setelah menganalisanya, dia menatap Jennie.
"Aku akan membelikannya untukmu jika kau mengucapkan kata Loli, itu cara yang bagus untuk belajar berbicara," kata Lisa.
"Ayo, katakan Loli, itu mudah."
Jennie membuka dan menutup mulutnya dengan ragu-ragu saat dia berusaha mengucapkan kata itu dengan susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARGAZING (GXG)
RomanceLalisa manoban adalah seorang gadis dengan kepribadian acuh tak acuh, dingin, anti sosial dan lebih suka menyendiri. Suatu malam dia mendapati dirinya terjebak dalam situasi yang melibatkan seorang gadis asing yang sangat bertolak belakang dengannya...