Saat ini, mentari bersinar sangat terang tanpa ada satupun awan di sekitarnya. Hari yang cerah, secerah senyum siswa-siswa berkaos olahraga yang berlarian keluar kelas untuk bersiap memulai mata pelajaran baru.
Berbeda dengan suasana hati Kanna saat ini, walaupun sudah memakai seragam olahraga lengkap Kanna tidak mau sekalipun beranjak dari tempat duduknya. Kanna masih saja setia menempelkan wajahnya di meja. Hanya satu kata yang dapat menggambarkan Kanna saat ini, malas.
Kanna benar-benar malas untuk keluar kelas saat ini. Bukan karena kelaparan, tetapi karena kejadian 2 hari yang lalu disaat dirinya tidak sengaja bertemu dengan Arsha di situasi yang sangat tidak tepat. Dan sampai saat ini ia masih saja memikirkan kejadian itu.
Sudah 2 hari berlalu, dan selama waktu itu juga Kanna selalu berusaha menghindar dari Arsha. Sebisa mungkin ia tidak mau bertemu dengan Arsha.
"Sial, kenapa waktu itu gue harus ketemu dia pas situasi kayak gitu si. Ah males banget keluar kelas, mau tidur aja." Batin Kanna.
Kanna terdiam sejenak. Ekspresi wajah Arsha saat itu masih saja mendiami kepala Kanna mengalahkan matematika dan ekonomi. Ekspresi bahkan aura yang Kanna tidak pernah lihat sebelumnya.
Sebelumnya, Kanna memang sudah sedikit menduga bahwa semua senyum ramah Arsha terkadang hanyalah kepalsuan. Tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa Arsha bisa semenyeramkan itu, bahkan memiliki kepribadian yang sangat berbanding terbalik dengan yang biasanya ia lihat.
Kanna merenung, "Manusia itu emang penuh kebohongan ya." Gumam Kanna pelan.
Brakk!
Kanna tersentak, lamunannya buyar seketika saat ada yang membuka pintu dengan keras, netra indahnya pun mencari pelaku yang tadi membuka pintu dengan kasar dan membuat jantungnya berdegup kaget.
"Ah, si Romi. Sialan bikin kaget aja tuh bocah." Kanna menghela nafas lega sembari mengusap dadanya, ia kembali tenang karena pelakunya adalah teman sekelasnya, Romi.
Kanna melihat jam, masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Lebih baik ia pergi ke toilet dan mencuci mukanya agar lebih segar pikirnya. Dengan langkah gontai Kanna menuju toilet yang tidak terlalu ramai itu. Tanpa ia sadari ada yang melihatnya dari kejauhan.
Kanna menampar pipinya yang basah, "Bodoamat, ga usah terlalu pikirin soal kemarin. Selama rahasianya ga kebongkar gue bakal aman aja kok." Gumam Kanna dalam hati meyakinkan dirinya. Merasa dirinya sudah lebih semangat dan percaya diri, Kanna beranjak pergi dari sana dan berniat kembali ke kelasnya untuk mengambil botol minumnya sebelum pergi ke lapangan untuk berolahraga.
"Akh!" Pekik Kanna saat ia berbelok dan melihat ada seseorang yg bersandar di tembok. Seseorang dengan wajah yang familiar.
Sepertinya jantung Kanna ditakdirkan untuk pemanasan terlebih dahulu, karena hal yang paling dihindarinya saat ini malah terjadi.
"Sialan!" Umpatnya dalam hati.
Gadis itu berfikir, kenapa dirinya harus berpapasan dengan Arsha saat ini setelah ia sudah bertekad untuk tidak terlalu memikirkan kejadian kemarin.
"Oh, hai Na." Sapa Arsha yang menoleh sembari memasukkan handphone dengan case hitam polos ke kantong celananya.
"Hai juga Sha." Kanna mengangguk dan tersenyum tipis, ia mencoba berjalan melewati Arsha dengan harapan bahwa mereka memang hanya kebetulan bertemu. Tapi seketika harapan itu hilang saat Arsha menarik tangannya.
Kanna berusaha menutupi ekspresi kagetnya dengan senyuman manisnya, "Kenapa Sha?"
Arsha diam sejenak memperhatikan Kanna tanpa melepaskan genggamannya, "Lo-"
Kanna memotong ucapannya, "Tenang aja, lo ga usah khawatir soal itu. Rahasia lo aman, jadi bisa.tolong.lepasin.tangan gue?" Ucap Kanna dengan sedikit penekanan. Kanna berusaha terlihat tenang, walaupun saat ini pikirannya bercabang. Apakah ia akan diancam lagi? Apakah Arsha meragukan dirinya? Atau apakah Arsha akan memukul dirinya? Tetapi Kanna kembali berfikir. Kenapa ia harus takut dengan Arsha saat ini? Bukankah seharusnya Arsha yang takut bahwa rahasianya bisa saja terbongkar? Dan bukankah posisi Arsha sebenarnya yang tidak diuntungkan saat ini?
Arsha memperhatikan sikap Kanna, "Hm, keliatannya lo gapapa." Arsha melepaskan tangan Kanna.
"Hah? Maksud-" Ucapan Kanna terpotong karena Arsha kembali bersuara.
"Yaudah gue pergi dulu, bye Na." Arsha beranjak pergi, melambaikan tangannya dengan pandangan lurus ke depan tanpa melihat Kanna.
"Ha-hah?! Apaan si bocah itu? Ga jelas banget?" Kanna benar-benar bingung dengan ucapan Arsha.
Daripada memikirkan apa motif Arsha tadi, lebih baik Kanna bergegas ke kelas karena sebentar lagi bel berbunyi pikirnya.
~~~
Setelah jam olahraga selesai Kanna bersama teman-teman sekelasnya bergegas pergi ke tempat sumber makanan dan minuman berada, kantin. Seperti orang kelaparan yang belum makan seminggu teman-teman sekelas Kanna benar-benar menyerbu kantin tanpa aba-aba. Kanna hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah para siswa dikelasnya itu. Kanna hanya membeli sedikit snack karena ia tahu bahwa sebentar lagi bel pergantian jam berbunyi.
Angin berhembus menerpa setiap helaian rambut seorang pria dengan wajah yang dipahat tampan dan terlihat tenang. Manik berwarna hitam pekat dan terlihat indah itu menatap seorang gadis manis yang dengan asik memilih snack dihadapannya tanpa menyadari ada yang memperhatikannya.
Dari kejauhan Arsha memperhatikan... atau mengawasi Kanna agar rahasianya tetap aman? Kebetulan saat ini kelas Arsha jam kosong, jadi yang ia lakukan hanya duduk di depan kelasnya sembari mengawasi Kanna dari kejauhan dengan berpura-pura membaca buku.
Ya, Arsha selalu saja berpura-pura, entah sikapnya ataupun kata-kata yang meluncur dari mulutnya. Tidak ada yang tahu pasti mana kebohongan atau kebenaran. Mungkin dirinya sekalipun.
Tetapi, entah kenapa Kanna secara tiba-tiba ingin memastikan bahwa dirinya tidak sedang diawasi oleh seseorang yang selama ini ia hindari, Arsha. Sebelum beranjak pergi meninggalkan kantin, Kanna melihat ke arah kelas Arsha berada. Dan, ya! ia terkejut bukan main melihat Arsha berada disana terduduk dengan buku ditangannya, tetapi matanya bukan melihat ke arah lembaran kertas yang dipegang. Melainkan melihat ke arah Kanna dan tersenyum karena tahu bahwa Kanna melihat ke arahnya.
Jantung Kanna benar-benar tidak aman saat ini, terasa ingin melompat keluar dari tubuhnya karena menyadari bahwa Arsha mengawasi dirinya. Kanna bergegas pergi dari sana karena ia tidak mau diawasi lagi oleh Arsha. Di perjalanan Kanna berfikir sejenak, ini yang pertama kalinya, atau memang sejak kejadian itu Arsha sudah mengawasi dirinya tanpa ia sadari? Akhirnya gadis manis itu mengambil kesimpulan bahwa Arsha sudah mengawasi dirinya sejak kejadian itu tanpa ia sadari sampai sekarang.
Sayangnya, pria itu tidak seperti Kanna yang ingin menghindar darinya.
________________________________________
GIMANA KABARNYA HARI INI???
Dengan harap semoga tetap baik, dan gimana episode hari ini???
Masih banyak yg belum terbuka ya... Layaknya hati kedua insan pemeran utama di cerita ini.
Jangan lupa vote, comment, share, and add library kalian yaa~
Oh iya jika ada yg typo atau salah bisa comment yaa^^
Love u all~
Author sangat-sangat berterima kasih untuk vote dari kalian<3
see u all~
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHANNA [On Going]
Teen Fiction'When the Sun finds it's Light' "Terkadang banyak lara tersimpan rapat dalam topeng berukir senyum Menyimpan dan menahan perih luka yang tak terobati sekian lama Dan akhirnya menjadi kawan dengan sengsara dalam kegelapan" ...