-Five-

15 10 4
                                    


"Hah? hah?! itu kan..." Kanna berbicara dalam hati sembari menutup mulutnya dengan tangan dan berusaha menenangkan dirinya yang terkejut akan kejadian yang dilihatnya saat ini.

"Apa gue salah liat? Tapi ga mungkin, itu jelas bener-bener dia. Logo diseragamnya juga... dari sekolah gue." Kanna tidak pernah menyangka akan melihat kejadian seperti itu.

Pria dengan seragam sekolah yang acak-acakkan, rambut yang terlihat berantakkan, dengan tatapan tajam dan tangan yang penuh darah. Penampilan yang sama sekali tidak menunjukkan seorang siswa teladan.

Kanna menghitung dalam hati, "Itu ada sekitar, 1, 2, 3, 4,... 5? Hah? 5 orang dia lawan sendirian? Dan semuanya udah terkapar babak belur. Sedangkan dia cuman keliatan kecapekkan aja? Gila!"

Sekali lagi pria itu menghajar salah satu orang yang terlihat berasal dari sekolah lain. 5 orang yang tidak berdaya dipenuhi bekas pukulan yang membiru di sekujur tubuhnya, serta beberapa yang berdarah karena terkena pukulan yang dilayangkan oleh satu orang disana.

"HEH LO SEMUA DENGER YA ANJING!!!"

Pria itu berteriak dan menjatuhkan orang yang di pegangnya tadi. Bahkan ia menginjak lagi orang-orang yang sudah terkapar tidak berdaya itu.

Beberapa yang masih sadarkan diri membawa temannya pergi sebelum pria itu kembali menghajarnya sampai tidak bisa berjalan. Dengan tertatih-tatih mereka bergegas pergi. Meninggalkan Kanna dan pria itu berdua di sana.

Menghembuskan nafas kasar, pria dengan tampilan berantakan itu mengusap wajahnya yang penuh keringat dan sedikit terkena percikan darah. Merapikan rambutnya dengan jari-jarinya yang indah. Tatapannya masih menatap tajam dan dingin, tidak sedikitpun ditemukan kehangatan disana.

Saat itu yang Kanna rasakan, yaitu menakutkan sekaligus, "Gila anjir! mantep juga bisa ngelawan mereka semua sendirian. Ah, tapi gue harus cepet-cepet pergi dari sini sebelum ketauan dia." Kanna yang sangat menyukai komik atau film action, melihat kejadian ini bukan hanya kengerian yang ia rasakan. Tetapi juga terkesima akan kehebatan kemampuan berkelahinya.

Bergerak perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Tetapi sayang, saat Kanna mundur perlahan beberapa langkah dan membalikkan badannya ingin beranjak pergi. Ia malah menginjak botol plastik kosong disana.

Rasanya, jantung Kanna ingin melompat saat ini juga. Merutuki dirinya sendiri dalam hati karena dengan ceroboh ia tidak melihat keberadaan botol disana.

Gerutu Kanna dalam hati, "Aduh! sial! sial! kenapa gue ga liat ada botol disini sih, anjirrrr!!!!" Kanna kebingungan dan keringat mulai bercucuran.

Suara derap langkah kaki terdengar semakin jelas yang tandanya pria itu semakin berjalan mendekati Kanna.

"Ah tau ah! lari aja bodoamatt!!! Ini beneran hari sial gue sialann!!!" Kanna berkata dalam hati dan cepat-cepat beranjak pergi dari sana.

Tetapi sudah terlambat, baru saja gadis itu ingin berlari sekuat tenaga, "Lo?!" Suara berat seorang pria yang berasal tepat dari belakang Kanna.

Deg!

"Bangsat." Umpat Kanna dalam hati, menyesali keputusan dirinya untuk menuruti rasa penasaran. Jantungnya berdetak cepat, keringat dingin mulai mengalir disekujur tubuhnya.

Jika dilihat dari tas, rambut, tinggi, dan penampilannya dari belakang. Pria itu sudah pasti bisa menebaknya,

"Kanna?"

Sepertinya hari ini jantung Kanna akan berolahraga lebih, sudah lama juga Kanna tidak senam. Senam jantungnya.

Kanna meremas tali tasnya dan terdiam membeku di tempat. Ia bingung harus bersikap bagaimana di situasi ini,

Memejamkan mata dan membatin, "Haduh tamat deh gue,"

"L-lo salah orang gue bukan Kanna." Ucap Kanna tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

Pria itu terus berjalan mendekati Kanna, "Hah? udah jelas-jelas keliatan kalo itu lo."

"G-gue KIKIII!!!" Teriak Kanna tiba-tiba. Kanna merasakan kakinya melemas. Tetapi Kanna harus cepat-cepat pergi, baru saja ia mulai melangkah,

Kanna tersentak, "Oh shit, what the fuck!" Umpatnya dalam hati.

Pria itu menarik pergelangan tangan Kanna, "Udah ga usah cari alesan lagi, lo mau kabur kemana KANNA?" Ucap penuh penekanan pria yang bernama Arsha itu, menarik dan membalikkan badan Kanna secara paksa. Senyuman manis terukir di wajahnya yang tampan, tetapi di mata Kanna saat ini senyuman itu seperti senyuman iblis.

"Eh kabur? lo salah paham. Gue cuman mau pulang kok soalnya udah sore, hehe." Kanna mengalihkan pandangan, mencari alasan karena ia memang ingin cepat pulang sekarang ini bukan karena hari sudah sore saja, tetapi juga karena ia takut jadi butiran pasir disini.

"Pulang? Lo yakin bisa pulang gitu aja dengan apa yang baru aja lo liat?" Arsha tersenyum lagi.

"Anggep aja gue ga liat apa-apa, gue juga bakal anggep kalo gue ga pernah liat ada kejadian apapun disini." Tawar Kanna. Ia memberikan penawaran karena ia pikir percuma berbohong dan mencari alasan di depan orang terpintar di sekolahnya ini. Lebih baik ia mencari kesepakatan agar bisa pulang dengan aman dan selamat.

Arsha masih tersenyum dan berucap penuh penekanan, " GA.BI.SA."

"Kalo gitu lo tenang aja gue bakal tutup mulut gue rapet-rapet dan ga akan kesebar kok." Kanna tersenyum,

"Percaya sama gue, gue bisa jaga rahasia."

Arsha berpikir sejenak, "Karena lo udah terlanjur liat gue,"

Ia melanjutkan, "Kalo gitu gue pegang omongan lo."

Kanna lega karena ia pikir bisa pulang dengan selamat.

"Dan kalo hal ini sampe kesebar ke seluruh sekolah-,"

Arsha tersenyum dan menyeringai, "Liat aja nanti lo bakal gimana."

Deg!

Kanna pikir jantungnya hampir saja lompat keluar dari tubuhnya. Hari ini ia benar-benar sial.

Arsha melepaskan tangan Kanna dan berbisik tepat di telinga kiri Kanna, "Lo dalam pengawasan gue jadi jangan berani macem-macem, good luck Keanna." Ia pun beranjak pergi dari sana, melambaikan tangan kanannya dengan tangan kiri yang ia masukkan ke saku celana.

Kaki Kanna lemas, dan keringatnya bercucuran. Bagai petir menyambar dirinya. Kanna merasa mulai detik ini, kehidupannya yang damai akan hilang dan kedepannya ia merasa bahwa semuanya tidak akan baik-baik saja. Merutuki dirinya sendiri karena seharusnya ia tidak penasaran. Jika saja Kanna segera pulang, mungkin tidak ada kejadian seperti ini.

"Sial!" Kesal Kanna, ia menendang botol yang ia injak tadi dan berjalan pulang dengan lunglai.

Sedangkan, Pria tadi masih memperhatikan gadis itu dari kejauhan, "Hmph, cewek itu lagi ya... Kanna... mulai sekarang, lo masuk pengawasan gue." Ia tersenyum licik. Dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

To be continued ↓

_________________________________________

HALO GUYSSS!!!!
Gimana chapter kali ini? seru ga? ikut deg-degan kayak Kanna ga? Hehe.

Terus tunggu update chapter terbaru yaa

Jangan lupa buat terus vote, comment, and share yaa <3

Masukkin juga ke perpustakaan dan reading list kalian ya~

Jika ada kesalahan typo, komen aja buat ngasih tau letaknya yaa makasihh

Have a nice day guys^^

ARSHANNA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang