Kevan Alexander
Chef kedua di kost-an. Jago main basket dan memiliki vocal yang bagus, sama seperti yang lain. Kevan adalah laki-laki yang paling disukai para kaum hawa, karena tingkahnya yang terkadang seperti anak kecil. Walaupun dirinya enggan disebut anak kecil, namun sifatnya tidak bisa di pungkiri. Koko China Indonesia satu ini, merupakan keturunan pengusaha yang terkenal akan kekayaannya yang tujuh turunan.•••
"Gini amat, tinggal sama orang ke kurangan akhlak" ucapnya pelan.
Langkahnya mulai memasuki rumah yang dijadikan kost-kostan tersebut. Rumah sederhana yang memiliki halaman depan yang cukup luas, serta terdapat taman kecil yang dipenuhi bunga dan pohon-pohon kecil.
Memasuki kamarnya yang berada di lantai 2 Kevan langsung merebahkan tubuhnya, perlahan kelopak matanya tertutup dan berakhir dirinya yang ketiduran. Tanpa mandi terlebih dahulu, karena baginya mubazir membuang air.
Sedangkan dibawah, Elio, Hiro dan Reiga tengah mempersiapkan makan malam. Meski hari ini jadwalnya Reiga, namun Elio serta Hiro juga akan ikut andil membantu Reiga memasak.
"Jadi, akhirnya sekarang lu jomblo?" tanya Reiga yang tengah memotong daun bawang.
Elio yang tengah mencuci sayuran mengangguk. "Iya, udah cukup gua diperbudak sama dia"
"Bagus lah! Kenapa ngga kita rayain, hari berakhirnya drama ini?"
"SETUJU!" sahut Hiro, mengangkat pisaunya kearah Reiga.
Reiga yang memang mudah terkejut, terperanjat dari kursinya. Dengan wajah marahnya, ia melemparkan daun bawang utuh kearah Hiro. "Sialan! Ngapain lo sodorin gua pisau" ucapnya dengan mata melotot.
"Sorry sorry" ucap Hiro menggaruk tengkuknya.
"Niatnya si mau party, tapi kan noh si tiang belum pulang," sahut Elio yang kini duduk disebelah Reiga.
Reiga mengangguk membenarkan, "Eh, lu tau ngga, tad–"
"Ngga tau tuh." potong Hiro tersenyum.
Lagi, Reiga melemparkan daun bawang yang sudah ia iris ke Hiro. "Diem lu, kutu buaya!"
Melihat wajah kesal Reiga, membuat Hiro tertawa geli. "Hahaha... Sorry sorry, silahkan dilanjut tuan putri" ledeknya menekankan kata putri.
Mendengar Hiro menyebutnya putri, membuat Reiga melotot tajam kearahnya. Sedangkan Elio, turut tertawa melihat tingkah kedua temannya.
•••
Hari sudah petang, matahari perlahan mulai tengelam. Di balik selimut yang membungkus tubuhnya, seorang laki-laki yang masih tertidur nyenyak itu merasa terusik. Ketika merasakan geli pada bagian kakinya.
"Aaaa.. Siapa si, akh?!" kesalnya menendang-nendang selimut yang ia kenakan.
Sedangkan tersangka, semakin gencar menggelitik kakinya. Dengan senyum jahilnya, ia mulai menggelitik perut sang korban.
"Hahaha.. udah haha geli woy, hahaha"
"Iya iya haha, gua bangun, gua bangun haha" lanjutnya.
Perlahan matanya mulai terbuka, ingin melihat siapa pelaku yang telah mengganggunya. Di lihat dengan mata yang masih sedikit buram, ia perhatikan secara seksama.
"Akh! Bang Vero, ganggu aja" ucapnya mengerucutkan bibirnya kesal.
Savero yang melihat wajah lucu temannya, tersenyum manis dengan gemas ia mencubit pipi Kevan. "Udah sore, mandi sana"
Berhasil membangunkan Kevan, Savero berlalu meninggalkan kamar temannya. Kevan yang melihat kepergian Savero semakin kesal, bangun dari tidurnya Kevan melangkah dengan kaki yang ia hentakan menuju kamar mandi.
Sedangkan diruang tamu yang merangkap menjadi ruang keluarga, tengah ramai penghuni kost. Ada Garen, Reiga, Savero, Hiro dan Elio, mereka tengah membicarakan tentang hubungan Elio dengan Fani.
"Gila ya, dia yang selingkuh padahal. Lu mau diem aja, El?" tanya Garen yang tengah memperhatikan tweets base kampus, yang tengah ramai akibat ulah Fani.
"Haruskah?" tanya balik Elio dengan kepala yang ia miringkan, menatap Garen.
"Si goblok! Yaiyalah, lu mau nama baik lu jadi tercemar limbah?!" timpal Hiro menatap Elio jengah.
"Bongkar aja, daripada di diemin. Makin ngelunjak nanti dia" sahut Reiga yang tengah memakan kuaci bersama Savero.
"O–"
"Ada apaan nih?" tanya Kevan yang baru saja turun, menghampiri teman-temannya yang tengah bercengkrama diruang tamu.
"Nih, si Fani buat ulah lagi" kata Garen menunjukkan sebuah tweet-an dari base kampus.
Kevan membaca tweet itu dengan seksama, sampai matanya melotot dengan mulut sedikit terbuka.
"Wah, gila banget! Ini ngga bisa dibiarin si, harus kita bales!" ucapnya menggebu-gebu.
"Sebenarnya, bisa aja si gua bales, cuma bukti yang gua terima ngga banyak" sahut Elio menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Tenang, gua ada banyak bang!" sahut Kevan tersenyum smrik.
Mereka yang berada disana menoleh, menatap Kevan penuh tanya. Dengan senyum tengilnya, Kevan mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu disana.
"Kirim ke gua bang, bukti yang lu punya" pinta Kevan.
Elio lantas mengirimkan bukti yang ia dapat dari Hiro tadi, mengirimkan semuanya ke Kevan. Mereka semua terdiam, memperhatikan Kevan secara seksama.
Kevan tersenyum puas melihat ke ponselnya. "Sekarang, buka akun twitter kalian" pintanya.
Secara serempak mereka membuka akun twitter masing-masing. Dengan senyum mengembang, mereka menatap Kevan takjub. Sedangkan yang ditatap menampilkan wajah sombongnya.
"Wah, tuan muda Kevan, emang paling the best lah!" seru Hiro memeluk Kevan yang duduk disebelahnya.
"Hmm, bagus bagus! Sekarang nama lu ngga tercemar limbah lagi El"
"Tapi, masih ku–"
Brak
Suara pintu yang tertutup, membuat ucapan Elio terpotong, mereka yang berada diruang tamu menoleh ke sumber suara. Disana telah berdiri seorang laki-laki tinggi dengan koper yang ia pegang, dan tas yang berada dipunggung nya.
"Kenapa, pada diem semuanya?" bingungnya.
•••
Kevan Alexander
Mahasiswa jurusan Ekonomi Bisnis, memiliki kepribadian yang baik, serta sifat yang tidak mudah menyerah. Kevan salah satu teman favorit Savero, apapun yang di lakukan Kevan pasti Savero akan mengangguk setuju.
Lingkar pertemanan Kevan bisa dibilang lebih luas, sifatnya yang hangat serta friendly dan segala topik bisa masuk ke dalam pembahasan Kevan. Sifat jahilnya 11 12 dengan Hiro, bahkan bisa jadi partner untuk berbuat usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Kost Mahasiswa | nct_dream
HumorMenceritakan kegiatan 7 Mahasiswa yang tinggal dalam satu kost yang sama. . . . Jangan lupa like, vote dan komentarnya yaa💚 100% pemikiran sendiri