Maling.

8 2 0
                                    

:::::

"kayaknya gua bakal pindah ikut bang re deh"

"Yah za masa lo ke Jakarta sih, cari sekolah di Bandung aja biar gua sama Farhan masih bisa ketemu lo"

"Ga bisa Diah... Lo lupa orang tuanya Felly siapa, mereka bisa dengan gampang bikin gua ga diterima dimana-mana, liat aja besok dah ada tuh berita tentang gua dikoran"

"Emang bangsat si Felly, dan pastinya besok dia bakal lebih gencar buat bikin semua anak-anak tunduk ke dia"

"Iya emang anjing"

"Udah udah udah, Udah ke berapa kali lo ngomong kek gitu, anak perempuan mulutnya dijaga sayang"

"Kaya lo ga aja, emang gitu. Iihhh... Mati aja sana lo" Roza sangat kesal ia menonjok boneka yang ada didepannya dengan brutal.

"Roza gua sama Farhan udah nyusun rencana buat ngerjain Felly"

"Serius?!!" Roza berteriak dengan cepat menutup mulutnya supaya tidak terdengar dari luar. "Emang rencana apaan?" Roza bertanya dengan sangat penasaran.

"Udah besok aja gua kirim vidionya, lo tenang aja besok bakal jadi hari yang seru"

"Gede juga ya nyali lu" Roza heran kenapa Diah dan Farhan bisa seberani ini.

"Gua sama Farhan ngajak semua siswa buat lawan tuh nenek lampir, termasuk Naya juga"

"Gua ga yakin Naya bakal ikut" Roza meragukan Naya, pasalnya waktu Roza di ruang BK Naya hanya diam tidak bantu Roza padahal Roza berantem juga karena ngebantu Naya.

"Liat aja besok, eh udah ya nyokap manggil see you baby"

"See you gua tunggu vidionya" Roza langsung mematikan hpnya, ia mulai memposisikan tidurnya dengan terlentang sebentar sebelum akhirnya merasa tenggorakannya kering, ia bangun untuk minum tapi botol airnya sudah habis.

Roza turun untuk mengambil air saat berada di tangga ia melihat dibawah ada seseorang sedang membuka kulkas seperti mencari sesuatu. Ia memposisikan botolnya untuk menjadi pukulan maling.

Roza mengendap-endap melangkah menuruni tangan dengan hati-hati agar tak bersuara. "Maling.... Malingg ayah maling maling ada maling bundaa..!!!" Roza berteriak sekuat tenaga dan terus memukuli maling tersebut tanpa ampun dan tanpa memberi ruang untuk kabur.

Maling itu duduk dan menyilangkan tangannya keatas untuk menahan pukulan botol Roza. Ayah dan bunda Roza yang berada di kamar bergegas untuk turun ia takut jika anak perempuannya kenapa-kenapa.

"Yaampun Roza itu bang Reza" Mira, bunda dari Roza berteriak supaya gadis itu berhenti memukuli putra sulungnya. Roza menghentikan pukulannya ia mengamati lelaki didepannya ini. Reza menurunkan tangannya dan memasang wajah datar dengan tatapan tajam, Roza takut dengan tatapan itu ia berlari kebelakang orang tuanya.

Roza mengintip dari celah tengah kedua orang tuanya. Reza berdiri dengan ekspresi yang sama dan rambut acak-acakan, Bagas dan istrinya bergeser kesamping melihat Roza dengan tatapan yang kesal karena telah dibangunkan malam-malam oleh teriakan Roza yang cempreng.

Roza hanya bisa ketawa kikuk untuk mencairkan suasana yang bahaya. "Hehehe... Maaf yah bun udah bikin heboh, habisnya tuh orang pakaiannya item-item kaya maling dan mana tau aku kalau abang pulang hari ini gaada yang ngasih tau"

Mira melipat tangannya dan langsung pergi ke kamar. Ayahnya hanya diem mengikuti Mira dibelakang, pria itu tidak berkomentar sama sekali karena ia sudah lelah menghadapi putrinya hari ini. "Yah bun maapin Roza, Roza ga tau. Ayah!! Bunda!!"

Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang