Pulang.

0 0 0
                                    

:::::


Kini Roza sudah sampai di depan rumahnya ia melihat Farhan dan Diah yang menyambutnya dengan sendu ia juga melihat karangan bunga yang berjejer rapi didepan rumahnya dan juga bendera kuning yang ditaruh di samping pintu rumah.

Terlihat Adi yang kasihan kepada kedua anaknya ia berjalan pelan menyambut anaknya dengan tangan terbuka lebar. Reza dan Roza memeluk ayahnya dan menangis bersama semua orang sedih melihat mereka.

Diah tidak kuat melihat Roza yang menjadi serapuh itu ia berbalik menangis untuk sahabatnya dan ditenangkan oleh Rehan yang menunduk tidak kuat juga melihat sahabatnya yang menyedihkan.

Dema menundukkan kepalanya dan Yura berbalik menangis dipelukan Mahesa ia juga tidak kuat melihat pemandangan yang menyedihkan itu.

Adi menuntun anaknya untuk melihat bundanya. Reza langsung berlari memeluk cinta pertamanya ia tidak kuat ia juga seorang anak ia tidak bisa kehilangan seseorang yang sangat ia cintai baginya bunda adalah segalanya.

Roza hanya berjalan dengan pelan melihat bundanya didalam peti dalam keadaan cantik ia merusut kebawah ia tidak kuat melihat semuanya ia menundukkan kepalanya ia tidak bisa menangis dengan keras seperti kakanya ia hanya bisa menangis tertunduk terlihat ia sangat rapuh tidak seperti biasanya yang sangat frontal dan bar-bar jiwa seakan runtuh terbawa sedih yang mendalam.

Adi hanya bisa memeluk Roza dengan sayang ia tau perasaan anak bungsunya yang kehilangan sosok ibu padahal ia juga kehilangan separuh nyawanya.

Pemandangan yang menyedihkan bagi semua orang termasuk Dema yang selama ini menganggap Roza cewe yang ga kenal sedih ternyata hati Roza selembut itu baru kali ini ia melihat kesedihan di dalam diri Roza singa yang garang sekarang terganti dengan kucing yang ditinggalkan oleh induknya.

Reza selesai memeluk bunda tercintanya ia sudah lapang dada dengan semua lapang dada menerima kepergian bundanya. Reza menghapus air matanya dengan kasar "gamau peluk bunda?"

Roza mendongak menatap Reza dengan sendu Roza beralih melihat peti bundanya ia berjalan pelan mendekat melihat bundanya yang cantik dengan riasan dan gaun putih yang bundanya pakai.

"Bunda cantik sama kaya Roza hehehe" Roza tertawa renyah agar suasana tidak menyedihkan tapi kalimat itu terdengar sangat menyakitkan dan menyedihkan bagi Adi.

"Bunda..." Roza ga mampu berkata ia mengelus pipi bundanya dengan lembut seraya menahan tangisan nya ia menghapus air matanya dengan kasar.

"Bunda tau selama ini aku sama bang re ga pernah nangis sama sekali bunda berhasil bikin bang re nangis kayak tadi bunda berhasil bikin aku nangis juga bunda juga berhasil bikin ayah nangis juga bunda berhasil" Roza berhenti berbicara karena belum terima dengan kenyataan ini.

"Bunda kenapa pergi? Dijanjiin apa sama tuhan buat ninggalin Roza? Bunda Roza pengen masakannya bunda Roza pulang ko penyambutannya gini Roza ga suka bunda Roza pengen disambut sama senyuman bunda dan pelukannya bunda, bunda bangun sebentar aja tuhan Roza minta 5 menit aja Roza udah lama ga ketemu bunda" semua tidak tahan untuk tidak menangis ucapan Roza sangat menyedihkan.

'bunda Roza takut bunda diluar sana Roza diincar buat dibunuh bunda Roza takutt'  batin Roza sangat tersiksa ia menunduk membiarkan air matanya jatuh mengenai bundanya.

Hari ini adalah hari yang ga disukai Roza ia ga pernah membayangkan hal ini terjadi Reza ga sanggup melihat adiknya seperti ini ia keluar rumah ia tidak sanggup melihat ayahnya juga yang hanya bisa menunduk dengan air mata yang berjatuhan ia benci akan hal semacam ini.

Sekarang Roza melihat bundanya diturunkan ditanah dan ditimbun oleh tanah dan juga bunga merah yang mendominasi kuburan bundanya, Roza mengusap batu nisan itu ia berusaha akan lapang dada menerima kenyataan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang