Keputusan.

6 0 0
                                    

:::::

Malam yang sunyi tidak ada obrolan untuk memecahkan suasana hanya suara alat makan yang bergema. Malam ini hanya ada Roza dan orangtuanya yang berkumpul di meja makan Reza sudah pasti laki-laki itu pulang malam.

"Ayah sama bunda tadi siang kemana?" Roza berinisiatif untuk bertanya memecahkan sunyi malam ini.

"Ayah tadi hanya ketemu sama teman lama" setelah menjawab putrinya Adi langsung pergi, Mira hanya diam membereskan piring kotor Roza hanya memperhatikan semuanya menurutnya ada yang aneh dan janggal.

Roza berniat membantu Mira tapi ditolak secara halus oleh Mira, Roza berjalan bermaksud untuk mencari koran itu lagi barangkali ada sesuatu di koran itu. Ia kembali didepan kamar orang tuanya mencari koran itu disekitar sana tapi nihil koran itu sudah tidak ada.

Roza pikir artnya yang membereskan koran itu, art itu kebetulan melewati Roza. "Mbak tunggu bentar, mbak liat koran disekitar sini ga?"

"Enggak non saya gatau soal koran disini" Roza hanya manggut-manggut menanggapi jawaban artnya. Roza turun untuk menanyakan ke Mira tapi Mira sudah tidak ada didapur.

Handphone Roza berdering menampilkan nomor saja tidak ada nama penggunanya.

"Halo" tidak ada balasan apapun dari nomer itu. "Halo dengar ga" Roza sedikit berteriak supaya penelpon itu mendengarnya, tapi tetap saja tidak ada balasan apapun.

Telpon itu mati dan notif pesan pun muncul dari nomer itu menampilkan lokasi letak orang itu berada tapi tidak ditanggapi oleh Roza. Ia kembali mencari Mira saat sedang di ruang tv ia mendengar motor kakaknya masuk pekarangan rumah.

Sesaat kemudian pintu rumah terbuka menampilkan Reza yang berjalan sempoyongan rambut acak-acakan dan wajah yang lebam-lebam. Roza mengamati penampilan Reza yang begitu berantakan dengan tatapan kaget karena berantem sangatlah jarang dilakukan oleh Reza.

"Lo berantem?" Reza hanya tersenyum menanggapi adiknya setelah itu langsung ambruk ditubuh Roza dan memeluknya, Roza menahan tubuhnya agar mereka berdua tidak jatuh.

Roza hanya diam tidak bisa bergerak karena Reza memeluknya dengan erat.
"Ayah ayah bunda!!, Tolongin Roza"

"Ini dimana sih orangnya, mbak mbak... Tolong kesini dulu mbak"

Mbak art datang dengan panik dan membantu Roza untuk menidurkan kakaknya. "Mbak tolong ambilin obat" art itu langsung pergi dengan cepat karena panik, Reza memang sering berantem tapi tidak sampai luka seperti ini.

Beberapa saat Adi dan Mira datang dari arah taman belakang, mereka panik melihat anak sulungnya yang tiduran lemas di sofa. "Yaampun Reza, ini kenapa?" Mira panik ia mengusap rambut Reza dengan cemas.

"Pasti berantem bun" Roza duduk di dekat Reza sembari memainkan handphonenya, art itu datang dengan membawa obat Mira mulai mengobati anaknya dengan hati-hati.

"Bun laper" nada bicara Reza lirih. "Mbak siapin makan buat Reza"

"Baik bu"

"Kamu berantem sama siapa lagi?" Adi diam berkacak pinggang melihat kelakuan anak lelakinya. Reza hanya diam tidak menjawab pertanyaan sang ayah. "Kakak sama adek sama aja berantem mulu" Adi mulai nada marah memposisikan dirinya duduk di sofa ujung kiri.

"Bisa ga sehari ga bikin masalah ga cari gara-gara berantem mulu" Adi menatap Roza didepannya, Roza hanya diam menundukkan kepala. "Reza besok kamu kembali ke Jakarta dan kamu Roza, kamu tinggal di Jakarta juga tapi dirumah om Mahesa dan Tante Yura, ayah sudah daftarkan kamu ke sekolah anaknya om Mahesa"

"Yah Roza ga perlu tinggal sama mereka, Roza bisa ko tinggal sendiri kayak bang re"

"Kamu itu perempuan siapa yang bakal jaga kamu kalau kamu tinggal sendiri lagipula tinggal sama om Mahesa juga gaada salahnya"

Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang