Bunda.

0 0 0
                                    

:::::

Roza sudah sampai dirumah ia menutup pintu kamar dan langsung merosot kebawah, duduk dengan tatapan kosong kedepan. Iya masih memikirkan orang misterius itu terlintas dipikirannya kalau orang itu bisa saja masuk kedalam rumah dengan gampang.

Dorr!! Dorr!!
Gedoran pintu kamar yang keras membuat Roza kaget ia segera membuka terdapat Dema yang hampir memukul kepala Roza.

"Lo kem..."

Ucapan Dema terhenti kala melihat luka dibibir Roza. "Lo diapain sama orang itu?" Suara berat Dema membuat Roza merinding Roza hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya. Roza dengan cepat menutup pintu tapi ditahan oleh Dema.

Dema mendorong pintu dengan kuat mengunci pintu dan hanya ada mereka berdua saja. "Lo ngapain sih anjing"

"Lo dikejar sama orang itu kan?" Mata tajam itu tertuju kepada Roza sekarang.

"Kenapa lo ga bilang sama gua biar gua kejar tadi?" Dema perlahan maju dan membuat Roza mundur sampai mentok ke meja belajarnya, Roza hanya menatap mata itu tidak takut sedikitpun.

"Peduli apa lo sama gua? Gausah ikut campur" roza mendorong Dema dengan kuat tapi sama sekali tidak membuat lelaki itu bergeser sedikit pun.

"Lo dititipin disini, lo tanggung jawab orang tua gua otomatis lo tanggung jawab gua juga. Jadi sadar diri jangan jadi orang pembangkang" Dema bicara dengan penuh penekanan sembari jari telunjuknya mengarah ke Roza.

"Gausah repot-repot" Roza mendorong tubuh kekar Dema dengan keras membuat Dema mundur beberapa langkah.

"Okee kalau lo gabisa dijaga dan tetep ngeyel fine lo bilang ke kak Reza kalau lo ga perlu dititipin disini, lebih simpelnya lo pergi deh dari sini biar ga repot-repot jaga lo ngurusin lo"

BRAKK...!!

Dema menutup pintu dengan keras, Dema mengatakan omongan tadi tanpa sadar. Ucapan itu sudah keluar otomatis dari mulutnya.

Roza hanya diam tanpa ekspresi apapun ia paham maksud dari Dema yang mengusirnya. Dipikirannya sekarang keluar dari rumah ini tanpa ada yang tau.

Saat tengah malam Roza mengintip dari keluar apa ada orang tapi ternyata ada penjaga yang sedang bermain catur, Roza kembali masuk ga jadi kabur untuk malam ini. Nyawanya juga terancam ga memungkinkan dia kabur malam ini yang ada mati konyol di tangan orang itu.

.....

Saat pagi seperti biasa ia berangkat bersama Dema "gua minta maaf soal omongan gua semalem" Dema menatap lurus sama dengan Roza.

Roza keluar tanpa merespon omongan Dema Roza marah tapi ia tidak meluapkannya kepada Dema.

Alih-alih Roza masuk ke sekolah ia berjalan menemui pak satpam, Dema melihat Roza dari kaca depan mobil tapi Dema mengikuti Roza dengan santai tanpa mengalihkan pandangannya dari Roza.

"Pagi bapak" dengan tersenyum manis sampai pak satpam itu kagum.

"Eh iyaa, ada apa neng?" Pak satpam itu tersenyum dengan ramah.

"Bapak saya mau tanya soal kemarin pak"

"Tanya apa ya neng?"

"Kemarin apa ada orang yang masuk sekolah tapi pakaiannya hitam pakai masker hitam rambutnya pirang ada ga ya pak?"

"Kemarin ya neng emmm..." Pak satpam terlihat seperti mengingat hari kemarin dengan keras, Dema berhenti saat mendengar pertanyaan yang terlontarkan dari Roza.

'berarti kemarin dia beneran dikejar di koridor sekolah? Kenapa gua ga nemuin siapa-siapa kemarin? Keliatan banget dia ketakutan' Dema menatap Roza dengan sendu ia merasa sangat bersalah sudah mengatakan hal yang menyakitkan kepada Roza semalam.

Complicated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang