bab lima belas

373 42 0
                                    

~•••~

semakin hari kedekatan antara anne dan jeffar terlihat.

mulai dari jeffar yang memberikan perhatian tipis seperti menjemput anne untuk berangkat bersama ke kampus atau mengecup kening dan memberikan sedikit lebih banyak waktu bersama anne.

disisi lain ada naina yang terlihat sangat buruk.

dengan rambut acakan. naina melempar semua barang bermutual mewah disekitarnya. beberapa pelayan membantu untuk menghentikan aksi gila naina yang merugikan juta atau milyaran rupiah.

"dunia gak adil!! "

"dunia gak adil sama aku!!! "teriak histeris naina mampu membuat pelayan tercengan dan tak beberapa juga melirik sinis. dia seperti berkata bahwa kau hanya menumpang dan seenaknya untuk merusak.

james datang membuka jas hitamnya lalu menyampirkannya di bahu naina yang bergetar ria.

"shtt.. tenang oke.. "

muka naina merah dan hidungnya mengeluarkan sebuah darah yang membuat james berteriak dengan nada tinggi.

"TELFON AMBULAS CEPAT!! "



james berpikir sejenak melihat keadaan naina.

dokter mengatakan bahwa naina terlalu banyak pikiran membuat istirahat nya terganggu dan akhirnya jatuh pingsan dengan darah yang mengalir di hidung.

meskipun itu james tetap mengasihani keadaan naina. adiknya,  ashel memilih berpulang ke rumah neneknya yang berada di australia. belum diketahui pasti mengapa ashel tertiba pergi meninggalkan kakaknya. jujur james sangat pusing melihat keadaanya.

semua runyam dan masalah seperti datang bertubi-tubi.

walau itu,  james berjanji bahwa dia akan menjaga naina dikala tubuh dan pikiran rapuhnya mulai tak tertahan.

ia memegang tangan naina yang diberi infus cairan. tubuh ini tampak tak menapak sama sekali. tubuhnya sedikit kurus akibat stress yang melandanya.

naina kuat,  hanya saja dunia jahat kepadanya. batin james berkata.

~•••~

"lo gak merasa bersalah karena udah pulangin adek orang ke ausiee? "sahut anne.

"ashel juga yang bilang, katanya mau pulang aja buat terusin masa sma nya disana. aku juga udah kasih dia beberapa kartu yang isinya lumayan untuk pendidikan dan uang jajan nya disana"jawab jeffar.

"kamu tau gak sih jeff? kamu udah berlebihan buay bantu adik naina dan naina, ya walaupun gue gak ada hak buat ngelarang lo tapi emang gitu faktanya. "

"ini yang terakhir, kita pasti akan menikmati masa-masa ini kembali tanpa ada kendala"jeffar meregangkan pundaknya yang sepet dan mengucek matanya.tampak mengantuk.

"kita? "

"hm..kita! "

jeffar tersenyum dan merentangkan tangan nya untuk merengkuh anne.

tempat favoritnya sepanjang masa hanya ada di pelukan ini. rasa lelah seperti terhempas menjauh saat mendapat pelukan hangat ini.

pelukan yang nyaman kedua setelah pelukan ibunya.

akhirnya jeffar mendapatkan rumahnya untuk berpulang.

~•••~

suara ketukan keras membuat anina terbangun dari tidur panjangnya.

hari telah naik dan kini sudah petang, anina mendengar suara ketukan dari seseorang yang tampak beramai didepan rumah keluarga nya.

"tunggu!"

anina cepat memakai sandal tidurnya lalu keluar dari kamar menuju keruang tamu asal suara.

"ada apa-"

tampak ada beberapa sekelompok pria ber-jas dan satu wanita yang memegang banyak berkas ditanganya. mata tajam nya memandang kearah anina seorang.

"ada urusan apa kalian?"

"atas nama ibu aninandia? "tanya seorang wanita yang memegang berkas berkacamata.

"iya? ada apa ya? "

tampak semua orang didepan pintu saling memandang kearah berlawanan bersama. seolah memberi kode untuk meberi tahu yang sebenarnya.

"rumah anda kami sita dengan hasil penjualan sertifikat rumah seharga milyaran, kami juga ditugaskan untuk mengambil dan mengadaikan fasilitas dalam rumah yang tersedia dengan pertanda tangan-nan atas nama pak leo"ucap wanita berkacamata.

"seluruh uang yang kami berikan telah ditanda tangani dan diberikan kepada pihak yang menjual"lanjutnya

anina membolakan matanya yang hampir terlepas.mendengar setiap tutur kata yang wanita didepannya bicarakan. musibah apa lagi ini semua? "

berusaha tegar dan tidak mentuturkan air mata.dengan gusar anina memandang sedih ke arah orang-orang itu.

"tolong beri saya waktu sampai besok untuk mengemas barang-barang saya"

"ibu saya ingatkan sekali lagi bahwa barang yang boleh ibu ambil hanya sekedar pakaian atau barang berharga yang ibu punya"ucapnya setelah itu berlalu pergi dari hadapan anina.

anina membanting pintu itu lalu berteriak sekencang mungkin. melepas sandalnya dan menghancurkan guci yang ia lihat.

mengapa sungguh malang hidupnya...

mengapa hidupnya harus dilahirkan semalang ini?

~•••~

tampak lelaki berkepala tiga memegang secangkir beer kesukaanya. saatnya merayakan keberhasilanya kali ini.

leo sedikiy demi sedikit mulai paham arti egois.

diam-diam leo mengambil berkas dan menyuruh suruhannya untuk memotret anina yang sedang mengemas berkas sertifikat rumah.

rasanya sungguh lega melihat uang bergepok-gepok masuk didalam tas besarnya. sangat lega dan semangat.

melepas anaknya keenan dari istri pertamanya. lalu menyuruh anina menjaga anaknya tampa harus membebani leo sendiri.

sungguh sempurna. seakan dewi fortuna selalu ada di kehidupannya.

setelah meminum banyak. tampak mata leo sedikit berkunang-kunang dan memerah. kesadarannya mulai habis di usia yang cukup mungkin melelahkan hanya untuk meminum sebotol beer.

wanita yang sedari didekatnya tersenyum miring lalu menatap jijik kearah pria yang sudah tak muda lagi.

wanita itu mendorong leo lalu menyingkirkan tangan kriputnya dari bahu indah milik jelita. dan mengambil tas berisi uang gepok lalu pergi dari sana.

waktunya bersenang-senang setelah melayani kakek tua bau tanah batinya tersenyum miring.


~•••~
to be continue...

sengaja pendek soalnya chap depan bakal full jaerose dan aku bakal buat spesial chap itu khusus untuk anne-jeffar.

enjoy..

THE ANTAGONIS •'ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang