Usai menghadiri rapat Paripurna, Adel yang sejak rapat berlangsung terlihat sangat vokal dan juga tegas saat menyampaikan opini, kini kembali ke ruangan dengan wajah kusut. Adel menentang program-program Pemprov yang akan menghabiskan APBD dengan percuma. Program-program itu sama sekali tidak menguntungkan rakyat nantinya. Tapi seperti biasa, opini-opini positif semacam itu mustahil bisa di terima dengan mudah. Alhasil, Adel keluar dari ruang rapat dengan setumpuk rasa kesal di hatinya.Bahkan ketika Hani, asisten pribadinya datang untuk menyampaikan informasi dari Sekretariat Jenderal DPR pun, Adel yang duduk di kursi dengan kaki menyilang anggun, masih berkubang dengan rasa kesal itu. Ya, selalu begini setiap kali hal yang Adel inginkan tidak terwujud.
Dia adalah Adelia Putri Hamizan. Gadis mandiri, cerdas, keras kepala, dan tidak mengenal takut. Gadis berparas cantik namun memiliki sorot mata yang tajam ini memilih terjun ke dunia Politik sejak sering mengobrol dengan anak dari supir Maminya yang bekerja sebagai Jurnalistik. Adel sudah memiliki segalanya. Selama Adel hidup, dia tidak pernah menemukan satu hambatan apa pun yang berarti.
Lalu ide itu muncul begitu saja. Membuat semua orang nyaris terkena serangan jantung ketika Adel memberitahu mereka mengenai keinginannya. Semua orang menentang Adel, Politik bukan sesuatu yang menyenangkan, mereka tidak mau Adel terlibat banyak masalah yang akan menyulitkan hidupnya.
Orang-orang bilang, hidup Adel sudah sempurna, sebaiknya Adel tidak mencari masalah dengan terjun ke dunia politik.
Tapi sayangnya, itu lah yang ingin Adel miliki.
Masalah.
Sungguh. Adel sudah muak hidup bak di negeri dongeng. Mendapatkan semua hal yang dia mau hanya dengan satu gerakan telunjuk tanpa harus berusaha karena diikelilingi puluhan pelayan yang siap melayani kebutuhannya.
Sejak kecil, Adel tidak pernah kekurangan apa pun. Dia selalu hidup bermewah-mewahan. Sebut saja negara mana yang belum pernah Adel jelajahi, Adel pasti bisa menginjakkan kedua kakinya di tempat itu tanpa harus menunggu lama.
Adel sangat muak. Sungguh. Itu kenapa dia butuh tantangan di hidupnya.
Dan ya, sejak menjadi anggota DPR, Adel akhirnya tahu kalau tidak semua keinginannya dapat terwujud ketika dia menanggalkan nama keluarganya di hadapan orang-orang. Meski kerap kali membuat amarahnya memuncak, namun Adel sangat menikmati semua tantangan itu.
"Mbak Adel," Hani sudah selesai menyampaikan informasi yang Adel perlukan. Tapi dia masih saja berdiri di depan meja Adel, menatap ragu, sedang tangannya meremas ponsel dalam pegangannya dengan gelagat gusar. Ketika Adel melirik, Hani meringis pelan. "ada thread di twitter tentang Mbak Adel."
Gadis yang jarang sekali tersenyum itu mengulurkan telapak tangan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hani mengerti, lalu buru-buru menyerahkan ponsel padanya. Adel mengernyit ketika membaca sederet tulisan satire di mana ada foto dirinya dalam postingan itu. Foto itu baru kemarin malam Adel posting di sosial media. Foto ketika Adel sedang berlibur ke luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden
RomanceAdel tidak pernah tertarik dengan urusan asmara. Karena sejak kecil, Papinya sudah menyatakan dengan tegas kalau Adel hanya bisa menikah dengan lelaki pilihan Papinya. Sampai suatu ketika Adel bertemu dengan Javier, lelaki pembuat onar yang senang s...