Adelia
Baru sampai di rumah
Mau mandi dulu
Javier
Kabarin kalau udah selesai
Adelia
Kenapa?
Javier
Mau telepon kamu
Adelia
Oh
Javier terkekeh pelan membaca balasan Adel. Meski hanya berbalas pesan, tapi Javier bisa membayangkan ekspresi di wajah Adel saat ini.
Kini Javier meletakkan ponsel di samping tubuhnya. Lalu dia melipat kedua tangan di bawah kepala, bersiul-siul pelan seraya memandang langit-langit kamarnya.
Lagi-lagi Javier mengingat momen kebersamaan mereka beberapa saat lalu, sebelum Adel harus pulang di jemput oleh supirnya.
Hari ini mereka berdua membuat janji untuk bertemu. Janji yang mereka lakukan saat membagi-bagikan nasi kotak beberapa saat lalu. Lalu ketika bertemu, Javier mengajak Adel naik motor bersamanya.
"Naik motor?"
"Iya."
"Kita bisa pergi naik mobil aku."
"Lebih seru naik motor. Bebas macet, Adelia."
"Tapi aku..."
"Nggak pernah naik motor?"
"Pernah. Tapi cuma boleh naik motor sama Papi."
"Itu artinya aku bakal jadi laki-laki pertama selain Papi kamu, kan?"
Saat itu Adel hanya mendengus. Namun tangannya sudah terulur ke depan. Saat Javier bertanya apa maksudnya, Adel meminta Javier menyerahkan helm padanya.
Maka siang tadi, Javier membawa Adel berkeliling kota dengan motornya. Mula-mula Adel tidak mau berpegangan, tapi Javier selalu mencari cara agar Adel mau berpegangan padanya. Javier berhasil. Awalnya Adel hanya memegang sisi pakaian Javier di bagian pinggang. Tapi semakin lama, dia mulai menyentuh pinggang Javier. Dan entah sengaja atau tidak, saat diperjalanan pulang dari Kafe tempat mereka menghabiskan waktu sambil mengobrol tentang banyak hal, Adel malah memeluk pinggang Javier.
Saat itu Javier sempat tertegun, namun setelah itu dia justru tersenyum-senyum selama berkendara sambil mengobrol dan sesekali bercanda bersama Adel.
Ternyata Adel tidak sekaku yang Javier bayangkan. Dia juga bisa tersenyum dan tertawa. Meski hanya sebentar, tapi setiap kali melihat Adel tertawa, Javier merasa senang. Tawa dan senyum Adelia itu sangat langka menurut Javier.
Tapi hari ini, Javier sering kali melihat Adel tertawa.
"Kegiatan kamu apa aja selain bekerja?" tanya Javier dalam sebuah percakapan mereka.
"Bersantai di rumah."
"Itu aja?"
"Terkadang aku berkuda, golf, dan juga—"
"Shopping?"
"Hm."
"Tipikal anak orang kaya banget."
"Jangan mulai, Javier."
"Bercanda, Adelia."
Adel memberenggut kala itu. Tapi anehnya Javier menyukai ekspresi cemberut Adel hingga dia dengan sengaja berlama-lama memandangi wajah gadis itu. Tidak seperti gadis kebanyakan yang akan merona malu kala ditatap seperti itu oleh seorang lelaki, Adel justru membalas tatapan Javier dengan cara yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden
RomanceAdel tidak pernah tertarik dengan urusan asmara. Karena sejak kecil, Papinya sudah menyatakan dengan tegas kalau Adel hanya bisa menikah dengan lelaki pilihan Papinya. Sampai suatu ketika Adel bertemu dengan Javier, lelaki pembuat onar yang senang s...