"Rusak dan hancurkan gadis itu."
Kalimat yang diucapkan Om Omen pada Javier kemarin malam masih selalu membayangi. Saat itu, Javier datang dan memberitahu Om Omen kalau dia ingin membalaskan dendam pada Adel.
Javier ingin Adel tahu apa itu penderitaan yang sesungguhnya.
Lalu rencana balas dendam itu mulai di susun. Semua ide itu berasal dari Yares, Om Omen terlihat puas. Namun tidak dengan Javier.
Benar, dia memang ingin memberi Adel pelajaran atas ucapan semena-mena yang dia katakan waktu itu. Tapi rencana Yares itu terdengar sangat mengerikan bagi Javier hingga dia merasa gelisah.
"Buat dia jatuh cinta, rusak masa depannya dengan skandal hubungan kalian, lalu tinggalkan. Orang-orang harus tahu gadis itu menjalin cinta dengan anak dari laki-laki yang hampir membunuh Ibunya. Dengan begitu, kamu bisa menghancurkan dua orang sekaligus. Yang pertama Adel, dan yang kedua... Papinya."
Javier memang ingin sekali memberi pelajaran pada gadis sombong itu, agar dia tidak terbiasa memandang orang dengan sebelah mata. Namun jika harus merusak hidupnya... apakah Javier tega melakukannya?
"Javier,"
Seseorang memanggilnya. Javier yang sejak tadi duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu, memandang kosong pada sebuah taman yang memiliki banyak pepohonan dan juga tanaman-tanaman yang memanjakan mata, kini menoleh ke asal suara.
Javier tersenyum dan lekas berdiri, menyambut kedatangan Pak Wandi, pengurus panti asuhan yang dulu pernah menjadi tempat tinggal Javier.
"Apa kabar, Pak?" Javier menyalami Pak Wandi.
"Baik. Kamu gimana? Udah lama nggak datang ke mari." Pak Wandi mempersilahkan Javier kembali duduk.
"Iya, nih, Pak. Lagi sibuk kerja."
"Masih kerja juga?" ada nada bercanda yang terselip di dalam kalimatnya.
Javier menyengir kecil seraya menggaruk tengkuknya salah tingkah. Pak Wandi salah satu di antara beberapa orang yang mengetahui siapa Javier sebenarnya. Semenjak Javier menjadi donatur tetap di Panti asuhan ketika dia berusaha tujuh belas tahun, Pak Wani meminta Javier untuk berkata jujur karena Pak Wandi tidak bisa menerima uang yang Javier berikan jika dia tidak tahu dari mana uang itu berasal.
Saat itu Javier masih berusia tujuh belas tahun, sedangkan jumlah uang yang dia berikan sangat banyak, wajar kalau Pak Wandi bertanya.
Di sana lah Javier memberitahu segalanya. Pak Wandi bisa merasakan kesedihan dan juga rasa malu yang Javier sembunyikan ketika dia memberitahu siapa Papanya. Namun Pak Wandi tidak mempermasalahkan hal itu, Pak Wandi bilang, siapa pun Javier, dari mana dia berasal, di matanya, Javier tetap lah anak laki-laki polos dan ceria yang senang membantu teman-temannya.
Persis ketika Javier tinggal di panti asuhan itu.
Javier selalu mengunjungi tempat itu. Biasanya tiga bulan sekali. Javier tidak tahu mengapa, tapi setiap kali ada masalah yang menimpanya, dan dia tidak bisa berpikir jernih, Javier selalu mendatangi tempat itu.
Seperti tadi, hanya duduk diam menatap keasrian suasana panti, sembari berpikir dalam senyap. Biasanya hal itu sangat membantu, tapi entah mengapa hari ini pikirannya masih saja terasa buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden
RomanceAdel tidak pernah tertarik dengan urusan asmara. Karena sejak kecil, Papinya sudah menyatakan dengan tegas kalau Adel hanya bisa menikah dengan lelaki pilihan Papinya. Sampai suatu ketika Adel bertemu dengan Javier, lelaki pembuat onar yang senang s...