[Bulan depan Papi sama Mami pulang. Ada yang mau Papi bicarakan sama kamu.]
Tidak perlu bertanya. Adel tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Papinya. Apa lagi kalau bukan soal perjodohan. Seperti yang Arka bilang, kemarin Mami mereka mengatakan kalau Papi terlihat menyukai anak temannya.
Berdiri di depan dinding kaca kamar, Adel bersedekap, menatap sendu ke depan.
Sejak remaja, Adel sudah tahu tentang semua itu. Adel pun menerimanya. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini Adel merasa sangat gelisah. Ada perasaan cemas dan juga takut, bahkan kalau saja Adel punya keberanian, Adel ingin meminta sedikit waktu lebih lama sebelum Papinya memutuskan perjodohan itu.
Tapi sejak kecil, Adel sudah terbiasa menjadi putri kesayangan Leo Hamizan yang patuh. Dia bahagia setiap kali melihat sorot mata penuh bangga Papinya setiap kali dia melakukan sesuatu yang membanggakan.
Di antara Adel, Arka dan Bara, hanya Adel yang tidak pernah melakukan kesalahan. Adel selalu menjadi juara kelas, tidak pernah bolos sekolah, tidak pernah melanggar peraturan apa pun di rumah. Dan menjadi kebanggaan semua orang.
Tapi, Adel punya rahasia kecil yang tidak pernah berani dia bagi dengan siapa pun.
Adel tahu apa itu bahagia. Tapi Adel merasa kalau dia belum pernah benar-benar bahagia. Dulu, ketika Adel sedang jenuh dengan semua tumpukan buku pelajaran yang dia baca, Adel akan mencari di mana keberadaan Arka dan Alma.
Lalu dari kejauhan, dia mengamati mereka berdua. Arka dan Alma yang bercanda, berlarian hingga membuat keributan dan tertawa lepas. Adel menyaksikan semua itu dalam diam dengan perasaan cemburu.
Karena sejujurnya, jauh di dalam isi hatinya, Adel juga ingin merasakan semua itu. Memiliki seseorang yang bisa tertawa bersamanya. Tapi, Adel tidak pernah bisa menemukan jalannya.
Meski dia memiliki Arka yang selalu ada di sisinya, namun tetap saja Adel tidak bisa melakukan semua hal itu bersama Arka. Sedangkan untuk mencari teman di luar rumah, Adel tidak mengerti bagaimana caranya.
Sikap dan karakternya membuat Adel sulit memiliki teman. Bahkan sekarang, meski dia memiliki banyak teman dari kalangan mana pun, Adel tetap tidak bisa melakukan apa yang Arka dan Alma lakukan bersama teman-teman mereka. Apa lagi Adel bukan jenis orang yang mudah mempercayai orang lain.
Lalu sebentar lagi, Adel akan segera menikah dengan seseorang yang tidak dia kenal. Dan keinginannya itu harus dia kubur selama-lamanya.
Memikirkan semua itu, sorot mata Adel berubah muram. Hatinya bergejolak tak terima, namun dia tidak tahu harus melakukan apa.
Di tengah pikirannya yang kusut, muncul satu nama di benaknya secara begitu saja.
Adel meraih ponsel dari ranjang, kembali ke tempat semula sembari menempelkan ponsel di telinga. "Halo."
[Eh, tumben banget gue di telepon sama Ibu Dewan.]
Adel tersenyum. Alma tidak pernah berubah. Tapi anehnya, hanya mendengar celetukan menyebalkan gadis itu saja pun, Adel merasa senang. "Apa kabar, Al?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden
RomanceAdel tidak pernah tertarik dengan urusan asmara. Karena sejak kecil, Papinya sudah menyatakan dengan tegas kalau Adel hanya bisa menikah dengan lelaki pilihan Papinya. Sampai suatu ketika Adel bertemu dengan Javier, lelaki pembuat onar yang senang s...