The Forbidden - Tiga

1.6K 247 14
                                    

RUPS adalah kegiatan yang sangat menjenuhkan bagi Javier. Sebagai pemilik dan salah satu pemegang saham terbesar Naraya Airline, Javier harus hadir di sana. Padahal Yares, Presiden Direktur di perusahaan yang tak lain adalah sepupu Javier, bisa hadir di sana sebagai perwakilan.

Tapi Yares selalu menolak dan memerintah tegas pada Javier agar dia selalu hadir di pertemuan itu.

Memakai pakaian formal, mendengar informasi perkembangan perusahaan, laporan keuangan, keuntungan dan kerugian perusahaan, dan masih banyak hal-hal yang sejujurnya malas sekali Javier dengar.

Semua itu sangat membosankan bagi Javier. Karena selama ini, meski menjadi pemilik dan pemegang saham terbesar, namun perusahaan dijalankan oleh Yares. Lelaki itu yang paling tahu segala seluk beluk perusahaan.

Sedangkan Javier hanya tinggal terima beres. Entah lah. Javier sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan itu, termasuk harta kekayaan yang telah menjadi miliknya.

Sambil mendengarkan rapat hari ini, kini ingatan Javier terlempar ke masa dua puluh tahun silam. Saat itu usianya sembilan tahun. Javier di bawa oleh seorang lelaki yang mengaku sepupu dari Papanya. Javier yang selama hidupnya tidak pernah bertemu dan mengenal sosok yang disebut Papa olehnya merasa bingung. Karena sejak Mamanya mati mengenaskan dengan cara bunuh diri, dia hanya tinggal di sebuah panti asuhan.

Lelaki yang menemui Javier itu bernama Omen, Papanya Yares. Omen membawa Javier pergi dari panti lalu mengajak Javier menemui seseorang di suatu tempat. Saat itu Javier terlalu kecil hingga tidak tahu kalau ternyata tempat itu adalah penjara.

Omen menyuruh Javier masuk ke sebuah ruangan. Javier kecil menurut begitu saja. Lalu ketika dia masuk ke ruangan persegi empat yang hanya di isi oleh sebuah meja dan dua buah kursi, Javier terpaku pada sosok laki-laki yang sedang memandangnya dari balik meja.

Javier masih berdiri di depan pintu, membalas tatapan lelaki itu dengan tatapan asing. Dia tidak tahu siapa lelaki itu dan mengapa dia dibawa ke tempat itu.

"Kemari." Lelaki itu bersuara. Kepalanya mengangguk ke arah kursi kosong.

Mulanya Javier merasa ragu, tapi pada akhirnya dia menurut. Mereka duduk berhadapan, saling menatap satu sama lain hingga Javier perlahan mengernyit saat menyadari sorot mata lelaki itu mirip sekali dengan sorot matanya. "Apa kabar?" lelaki itu bertanya. Namun Javier hanya bungkam, tidak berani bersuara karena mulai merasa takut serta gelisah. "Jangan takut. Saya adalah Papa kamu."

"Papa?"

"Hm." Lelaki itu mengangguk pelan. "Mama kamu pernah cerita soal Papa sebelumnya?"

Javier mengangguk.

"Mama kamu bilang apa?"

Javier hanya diam selama beberapa saat, "Mama bilang, suatu saat nanti, Papa datang jemput aku."

Segaris senyuman terpatri di bibir lelaki itu. Namun bukan sebuah senyuman yang membuat Javier senang melihatnya. Justru sebaliknya, Javier merasa sedikit takut.

"Mama kamu benar. Harusnya Papa sudah datang dan jemput kamu. Tapi sayangnya, Papa nggak bisa melakukan rencana itu lagi."

"Kenapa?"

"Karena sebentar lagi Papa harus mati." Mata Javier terbelalak ngeri. Tapi lelaki yang menyebut dirinya Papa itu malah tertawa pelan. "Jangan takut. Jangan cemaskan Papa. Karena kematian nggak akan pernah mengakhiri segalanya."

The ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang