Chapter 2

111 27 5
                                    

"Krek" suara terdengar dari loker seorang pria yang baru saja ia buka, manik matanya sedikit terkejut bukan main kala sebuah kartu berwarna merah terpampang di hadapannya. "Kartu itu keluar" isi pesan yang di kirimkan seseorang dalam sebuah grup dimana semua murid di sekolah ini hampir masuk kedalam grup tersebut.

"Ting"
"Ting"
"Ting" sebuah notif memenuhi ruangan dari berbagai ponsel, pria itu menutup pintu lokernya dan berlari pergi.

Sebuah rekaman masuk kedalam chat grup "Ketemu, pria itu berlari menuju gor" ucap seseorang anonim, isi chat kembali ramai.

"Arahkan dia ke lapang" isi pesan yang kembali datang.

Yerin yang baru saja tiba di sekolah melirik ke berbagai tempat kala setiap siswa siswi tengah berlari menuju satu tempat. Karena penasaran ia ikut menuju tempat yang mereka tuju.

Manik matanya teralihkan pada sebuah gedung yang sudah rusak di belakang lapang. "Huuuuuuu" teriakkan itu membuat Yerin kembali melangkah dan masuk kedalam gedung itu. Mulutnya terbuka saat itu bukanlah sebuah gedung melainkan sebuah arena olahraga yang sudah tak terpakai. Bahkan hampir setiap tempat di sekitar di penuhi oleh siswa siswi di sekolahnya. "Apa apaan ini?" tanyanya saat manik matanya melihat seorang pria tengah di cengram oleh dua orang pria dan satu orang yang memukulinya.

"F4 datangggggg" manik mata Yerin melirik ke arah lorong yang terarah pada pria yang tengah di pukuli di bawahnya. Ada 4 orang pria keluar dari lorong itu, siswa yang memukuli itu berhenti. "Mohon perintah selanjutnya" ucapnya sambil berlutut dihadapan empat pria itu, yang tengah duduk di sofa yang di sediakan di sisi lapang.

"INI TIDAK ADIL" teriakkan itu membuat Yerin melirik pria yang masih di cengkram "APA YANG AKU PERBUAT PADAMU, KALIAN ORANG ORANG KAYA APA PANTAS MELAKUKAN__ bugh" sebuah pukulan kembali di layangkan padanya hingga membuatnya berlutut. "Berisik" ucap salah satu pria yang mencengkeramnya. Manik mata Yerin masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Kau tau bukan, sekolah ini sekolah elit hanya orang orang yang terpandang yang bisa masuk kesini" pria bernama Taehyung itu berdiri dan berjalan ke arah pria itu "Kecoa sepertimu tak pantas berada di sini"
"Orang miskin" Yerin menutup mulutnya mendengar ucapan itu "Aku sudah memberimu waktu untuk bertahan sampai pada hari ini"
"Jadi.. pergilah dengan baik" tangan kanan Taehyung menepuk nepuk pipi kanan pria yang di cengkram "Kau tau harus berbuat apa bukan" ucapnya dan lantas kembali berjalan menuju sofanya.

"Bugh" pria itu kembali di pukuli dengan sorakkan yang di berikan padanya "Keluar.. keluar.. keluar"

"Kejam" ucap Yerin sambil melihat ke arah empat pria itu, Jungkook berdiri dari duduknya, memasukkan kedua tangannya pada saku celananya, manik matanya melirik ke arah kanan dimana lokasi Yerin berada, tak lama ia pun meninggalkan lokasi.

Yerin mengepal kedua tangannya kala pria yang menjadi bahan bullyan itu tersungkur di tengah lapang. Ke tiga pria itu beranjak dari duduknya dan berjalan pergi, "Ah" langkah Jimin terhenti "Bel masuk sudah berbunyi, kembalilah ke kelas kalian" ucapnya sambil tersenyum manis.

"Neeee" Yerin masih berdiri dan masih tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar, ia bahkan baru masuk kedalam sekolah yang di banggakan banyak orang, bahkan dirinya pernah dengan bahagianya ingin masuk ke sekolah ini. Namun melihat apa yang telah terjadi di sini, ia merasa ini semua tidaklah benar, ini bukanlah sekolah, ini neraka. Yang tidak masuk akal adalah para siswa siswi di sekolah sudah gila, mereka semua seolah olah di kendalikan oleh ke empat pria itu, mereka mendengar dan melakukan apa yang di perintahkan oleh mereka.

Yerin berjalan turun saat gedung ini sudah kosong, ia berlari ke arah pria yang masih tersungkur itu. Ia berjongkok "Kau baik baik saja" ucapnya

"Pergilah" ucap pria itu yang berusaha bangkit sendiri, Yerin memengang tangannya untuk membantu namun langsung di hempaskan "AKU BILANG PERGI" bentaknya

"Pergilah ke UKS, kau harus mengobati lukamu" ucap Yerin dan berjalan pergi setelahnya, pria itu melirik Yerin yang sudah berjalan pergi.

Di kelas pelajaran sudah di mulai, melihat kondisi kelas dan guru yang mengajar, seolah olah tak pernah terjadi sesuatu di sini, para siswa siswi juga belajar dan memperhatikan kelas dengan baik.

"Ting Ting" bel istirahat kini berbunyi dan semua murid di kelas langsung berhamburan keluar kelas.

Yerin masih duduk di bangkunya sambil mengeluarkan ponselnya "Hai" kepalanya teralihkan mendengar ucapan itu, ada seorang siswi yang datang padanya dan duduk di bangku depan sambil melihat ke arahnya, sebelah tangannya terulur "Kenalkan, aku Umji" Yerin hanya melihat uluran tangan itu tanpa ingin berjabat tangan dengannya "Aku Yerin" Umji, gadis itu menurunkan tangannya, dan melihat gadis di hadapannya "Di banding anak lain, sepertinya hanya kau yang baik di sini" Yerin melihatnya kala sedari tadi ia mencoba menyibukkan dirinya dengan ponselnya, "Aku.. tidak terlalu bisa berteman dan memulai pembicaraan dengan orang lain"
"Tapi.. maukah kau menjadi salah satu temanku" sambungnya, bola mata Yerin melihat ke arah kanan di mana ada tiga orang gadis yang tengah sibuk memamerkan tas mahal miliknya.

"Baiklah" ucap Yerin dan kembali pada ponselnya "Benarkah" ucap Umji dengan bangga "Kalau begitu, senang bertemu denganmu"

"O..oh, aku juga" jawab Yerin

Yerin dan Umji kini tengah berjalan menuju kantin saat rasa lapar tiba, Yerin kembali di buat kagum saat manik matanya melihat betapa besar dan luasnya kantin yang di sediakan di sini. Lampu lampu yang bergantung, hiasan sertas barang barang mewah tertata rapih, seperti layaknya restaurant mewah. Kemarin ia tidak bisa mengunjungi kantin, karena kemarin mereka sudah pulang dan hanya di beri arahan soal kelas dan jadwal.

Mereka berdiri dan mengantri makanan yang sudah di sediakan pihak sekolah. "Bibi, berapa harga lobster ini"

Ucapan itu membuat Yerin berhenti "Umji, maaf.. sepertinya aku harus ke toilet" ucap Yerin sambil memengang perutnya "Tap__" ucapan Umji terpotong saat Yerin kembali bicara "Maafnya" dan lari setelahnya.

"Sial, itu kantin apa restaurant"
"Makan saja harus bayar" gerutu Yerin yang kembali berjalan menuju kelasnya "Sepertinya hari ini aku harus menahan rasa lapar"

"Brukk" langkah Yerin terhenti saat telinganya mendengar sesuatu, ia berjalan mendekat ke arah sumber suara.

"Ya apa masih kurang, kau masih ingin di hajar" Yerin mencoba mengintip, dan matanya melihat pria pagi tadi tengah kembali di jahili oleh anak anak lain.

Yerin menghela napas dan berjalan pergi saat ia tak ingin melihat hal seperti itu, ia kembali berjalan ke kelasnya.

"Yerin" panggilan itu mengalihkan pandangan Yerin kala ia tengah mengerjakan beberapa soal di buku paketnya "Aku mencarimu dari tadi" ucap Umji yang kini tengah berjalan dan duduk di bangku di depan Yerin. "Maaf" ucap Yerin dan kembali pada soal soal di buku paket itu.

"Oh, ini.. bagaimana cara menyelesaikan soal ini" Umji menunjuk salah satu soal yang sudah di kerjakan Yerin "Pakai rumus" jawab Yerin dan masih sibuk dengan soalnya "Kau tau, aku selalu salah saat guru privat ku memberikan soal tentang ini"
"Tapi kau bahkan dengan mudahnya mengerjakannya"
"Kau pasti sangat pintar"

"Tidak juga"

"Perhatian" pandangan Yerin dan Umji teralihkan ke arah depan saat seorang siswa masuk kedalam kelas yang bahkan bel masuk belum berbunyi "Bagikan kertas ini, dan kumpulkan di ketua kelas kalian, sepulang sekolah, kirimkan kertas ini di ruangan F4" ucapnya yang langsung berjalan pergi setelah meninggalkan setumpuk kertas di atas meja guru.

Ketua kelas berjalan menuju kertas yang di tinggalkan itu dan membagikan dan menyimpannya pada masing masing meja.

Yerin menerima dan membaca isi kertas itu, ia mengigit bibir bawahnya saat isi kertas itu berisikan formulir tentang identitas kasta masing masing siswa siswi.

"Apa aku harus mengisinya"
"Keluargaku pemilik salah satu universitas di negri ini"
"Bagaimana denganmu, Yerin" ucapan Umji membuat Yerin semakin kepikiran soal ucapan yang ia dengar pagi ini. "Kecoa sepertimu tak pantas berada di sini"
"Orang miskin"

"Apa aku juga akan berakhir sama dengan pria itu?" pikir Yerin sambil melihat lembar kertas di tangannya

F4 : 4 Pria Tampan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang