Kecelakaan ¹⁴

369 47 4
                                    

"Jenggala nya ada tante? " motor CBR biru terang itu menghentikan bising knalpot di depan pagar rumah sebelahnya.

Begitu ramah, bertanya dengan penuh senyuman di pagi hari. Niat hati untuk berangkat pagi seperti biasa bersama tetangganya itu.

Ai yang tengah menggunting mawar liarnya agar nampak rapih di pekarangan rumahnya itu. Segera menghampiri Abyan yang diam di depan pagar sana.

Membuka pintu pagarnya sedikit lalu keluar, "Arka tadi udah berangkat sama Danta, Arka bilang kamu mau bolos makanya dia duluan, " ucapnya begitu lembut.

"Ck, itu alasan dia aja, tan, yaudah Abyan duluan ya, takut telat udah siang, " jawabnya, lalu segera melajukan kembali motor milik kakaknya itu menuju sekolah.

Saling ribut merapikan barang masing-masing kedalam tas. Begitu bel pulang sekolah berbunyi, tentu akan ramai-ramai murid keluar kelas untuk segera pulang ataupun melakukan urusan pribadi sendiri.

Sama halnya dengan Arka, murid lelaki yang biasa saja, tak ada nampak rajin dari anak itu. Bahkan Arka tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun di sekolahnya. Arka terlalu malas meluangkan waktu untuk ekstrakurikuler yang rasanya tidak begitu ia sukai.

"Langsung pulang? " tanya Arka sambil berdiri disebelah cewe yang lumayan lebih tinggi darinya itu, melipat kedua tangannya di dada, dengan tas ransel warna biru muda sudah ia gendong di belakang punggung nya dengan mukanya yang sudah kusut nampak sekali lelah.

Ana menggeleng saja.

Arka menghela nafasnya, mulai lagi, temannya ini kembali ke mode irit bicara, "ke cafe? " tanyanya tidak putus asa.

"Iya, Arkaa, " ucapnya gemas, dengan santai merangkul bahu Arka yang lebih pendek itu lalu berjalan beriringan keluar kelas.

Santai berjalan menyusuri koridor sekolah. Sudah biasa mereka bersama seperti itu. Lihatlah, nampak sekali yang lebih dominan malahan yang perempuan. Yang lelaki malah memasang mukanya lesu dan malas, dengan bibir yang sedikit melengkung kebawah, dan tangannya yang setia terlipat di depan dadanya.

Perempuan dengan rambut bondol itu, santai melingkar kan tangannya di bahu Arka. Dengan sesekali akan memainkan pipi berisi milik remaja lelaki temannya itu. Ana suka sekali mengerjai Arka, suka jika lelaki itu sudah marah, akan nampak lucu.

"Pulang jam berapa? " Arka membenarkan posisi tas di punggung nya.

Ana melepaskan tangannya dari bahu Arka, "jam 9, gue ijin pulang lebih awal soalnya, diajak ngeband sama temen gue, " jelasnya.

Arka mengerutkan dahinya, menatap Ana sungguh-sungguh didepannya.

"Kenapa? "

Arka tersenyum penuh, "kalo gitu pulangnya gue mau nitip roti bakar, hehe, " pintanya dengan cengiran yang menampilkan giginya yang begitu rapih.

"Boleh, kalo gue sempet nanti dibeliin ya, " jawab Ana santai.

Arka mengangguk begitu semangat untuk kali ini.

Hingga.

"JENGGALA!!! "

Teriakan seseorang dari jauh koridor sana membuat Arka dan Ana spontan menoleh. Siapa yang berani memanggil Arka dengan sebutan itu?

Ana menggeleng-gelengkan kepalanya heran begitu melihat siluet orang yang terus berjalan menghampiri dirinya dan Arka.

Arka yang memang pada awalnya sedang tidak baik, kini menjadi semakin tidak baik. Begitu nampak mukanya yang kini sangat masam, kedua alisnya yang menukik tajam menatap kedatangan orang yang memanggilnya barusan.

"Eh, ada Ana, " Abyan begitu santai, dan sok malu-malu begitu mulai mendekati kedua orang di depan koridor itu.

"NGAPAIN LO?! " sarkas Arka cepat.

Yang di tanya malah cengengesan.

Ana mengedarkan pandangannya, "gue duluan kalo gitu, udah di tungguin soalnya, bye Arka jangan cemberut mulu nanti kalo keburu gue beliin roti bakarnya, " pamit Ana cepat lalu pergi menuju parkiran untuk mengambil motornya.

Abyan begitu sumringah menatap kepergian Ana. Hatinya sedikit agak menghangat melihat Ana tersenyum kepadanya, apalagi tadi perempuan itu melambaikan tangan kepadanya. Salting, tipis-tipis.

"Ayo pulang! " ajak Abyan, cepat mencekal lengan Arka.

Dengan kasar Arka menepis tangan Abyan. Lalu pergi begitu saja menuju gerbang sana mendahului Abyan.

Abyan menghela nafasnya berat, ada apa dengan Arka?

Berdiam di halte depan sekolahnya. Lama pasti menunggu angkot datang, karena jam-jam pulang sekolah pasti angkot selalu penuh. Beberapa kali mendengus, inginnya ia cepat pulang tapi nyatanya harus menunggu angkot yang pasti lama. Kenapa ia tidak ikuti tawaran Abyan untuk pulang bersama? Jawabannya tentu Arka tidak mau terkena hal konyol yang Abyan lakukan. Apalagi dirinya tidak tahu Abyan mengendarai apa hari ini. Ingatkan kemarin-kemarin Arka serasa dibuat sengsara dengan tingkah konyol makhluk skena indie itu.

"Ayo, naik, cepetan! "

Knalpot nyaring motor CBR yang sangat khas suaranya itu, terdengar menghentikan bising nya tepat di depan Arka. Membuat yang tengah menunggu sambil mengayunkan kakinya bosan itu, spontan menatap bingung ke arah lelaki yang menaiki motor besar itu. Lalu tak lama berdecak ketika mengetahui siapa manusia dibalik helm full face sana.

Arka menggeleng cepat.

"Mau pulang cepet gak? Angkot masih lama, kehalang anak STM lagi pada konvoi suporteran ke GOR, " jelas Abyan dengan nada yang terdengar lumayan meyakinkan.

Arka mendengus sebal, mengedarkan pandangannya ke sekali. Lalu turun dari bangku besi halte sana, dan cepat menaiki jok motor belakang yang agak tinggi itu. Meskipun di hatinya firasat nya kurang baik. Tapi doakan saja semoga baik-baik saja.

"Lo kenapa jauhin gue mulu? " lampu merah memang akan selalu terasa lama, hingga Abyan kini membuka pembicaraan diantara keduanya agar tidak semakin canggung rasanya.

Arka masih diam tak menjawab.

"Jenggala? " menepuk paha Arka di belakang nya.

"Berisik! " sentak Arka, membuang mukanya begitu tidak suka.

Arka hanya terkekeh mendengar nya.

Seperti biasa, tidak akan libur dari tingkah konyolnya. Abyan kali ini melajukan motornya begitu kencang, sangat kencang. Dirasa jalanan sepi pengendara apalagi sudah memasuki area komplek rumahnya. Sangat leluasa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"PELAN-PELAN ABYAN!!! " teriak Arka dengan beberapa kali menepuk bahu Arka kencang supaya orang itu mendengar kannya.

Tingkah Abyan yang slengean, menutup telinganya rapat-rapat tidak mendengarkan sama sekali teriakan Arka di belakangnya.

Lagi-lagi hingga.

Rem mendadak yang sangat kuat. Membuat motor CBR itu hampir berdiri kedepan, karena hanya seekor kucing di jalan sana. Tentu membuat Arka yang sama sekali tidak berpegang kemanapun, kehilangan keseimbangannya. Terpental tersungkur ke pinggir jalan yang langsung bawah selokan.

Kepala Arka di bawah, kaki dan tubuhnya tersangkut di atas. Mengenaskan sekali. Motor besar dan pemilik nya, jatuh kepinggir  dengan tubuh Abyan yang tertimpa motor.

Sial, lagi-lagi Arka sial bersama Abyan.

Dan saat itulah, kesadaran Arka perlahan menghilang.

•••

Kepada JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang