"DEMI APA?! " teriak Arka, berlari kecil ke area depan rumahnya dengan cepat membuka lebar pagar rumahnya yang sudah sedikit terbuka oleh adiknya beberapa menit lalu.
Abyan dengan setelan urakan nya, ujung baju kemeja seragam di keluarkan, bagian lengannya di gulung, kancing kemeja bagian atas di buka hingga memperlihatkan dada atasnya, dan sama sekali tidak mengenakan dasi, bahkan celana bahan berwarna abunya yang hampir ketat. Begitu santai dengan penampilan nya, mengulum senyumnya begitu yakin menatap Arka yang sudah berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang menatap seram kearah dirinya.
"Hehe, ayo! " seru Abyan dengan cengiran tengil khasnya, lalu menidurkan papan beroda di bawah sana yang sedari tadi ia pegang. Lau memaju mundurkan papan skate itu dengan kaki kanannya.
Arka malah semakin menatap tajam ke arah Abyan, "lo berangkat sendiri aja dah, gue mau naek ojek on-line, gue muak banget sama lo, " ketusnya.
"Lah? Kewajiban gue sekarang kan nganterin lo kemana-mana sebagai imbalan, " jawab Abyan santai, sambil mengedikkan bahunya sedikit.
Berjalan mendahului Abyan di sana, "gak usah, batalin aja dah daripada gue menderita selama dua Minggu ke depan, " ucapnya.
Abyan menghembuskan nafasnya berat, lalu cepat mengejar Arka yang sudah meninggalkan nya lumayan jauh dengan menaiki papan skate nya. "Naik, biar cepet, " titah Abyan, memelankan laju roda papannya mensejajarkan dengan langkah Arka.
"Males, pegel, " singkat Arka dengan muka datarnya.
"Sampe lo ketemu ojek deh, daripada jalan sampe depan sana, lebih pegel? " yakin Abyan, lalu turun dari papan nya dan mempersilahkan Arka untuk segera menaikinya.
Menghela nafasnya berat berbarengan dengan matanya yang memutar malas. Dengan muka ketusnya, berjalan malas segera menaiki papan beroda milik Abyan itu. Pelan-pelan, takut jika ia akan terjatuh karena rodanya yang sering bergeser membuat Arka hampir susah berdiri tegak. Hingga Arka kini sudah berdiri dengan kedua kakinya sedikit gemetar terus mengimbangi. "Geser depan, dikit, " titah Abyan. Lalu mengulurkan tangannya untuk tumpuan Arka yang nampak seperti ketakutan akan terjatuh.
Tanpa aba-aba apapun, Abyan cepat menaiki papan skate nya setengah, tepat di belakang Arka beridiri. "Yang waras dong, su-ssumpah anying, gue takut lo jangan naik atuh ah, " tangan Arka merentang spontan mengimbangi dirinya sendiri dengan posisi tubuh yang gemetar.
"Pegangan ke gue aja, "
Cepat Arka memegang bagian pinggang Abyan dari depan, bahkan tubuhnya hampir condong kebelakang dengan mukanya yang begitu khawatir takut. "Pegangan! " ucap Abyan, sebelum kakinya siap mendorong papan skate nya hingga melaju kencang menelusuri jalanan perumahan mereka.
"ABYAN!!!! "
•
•
•