Salah Abyan ¹⁵

366 52 22
                                    

"Ambu, "

Arka membuka matanya perlahan, dan sesekali mengerjap untuk memperjelas penglihatannya. Ruangan dengan dominasi cat warna putih, sangat begitu terang di penglihatan Arka yang baru saja tersadar.

Puskesmas, kini anak itu berada, di sebuah ruangan yang tidak begitu besar, yang hanya di pergunakan untuk pasien sementara saja. Kecelakaan yang lumayan parah dengan tiga jahitan dibelakang telinga kiri Arka, dan bibir atas sebelah kiri Arka agak kurang baik dengan lukanya. Bahkan tiga gigi atas Arka setengah patah.

Rasanya campur aduk, badan pegel linu dan meringis sendiri begitu sadar dengan setiap luka yang terasa di tubuhnya. Ingin duduk dari tidurnya, rasanya begitu lemas apalagi begitu perih. Meskipun begitu dengan sekuat tenaga ia tahan rasa sakitnya, dan hendak duduk dari tidurnya.

Seragam sekolah yang masih ia kenakan begitu acakan dengan kotoran tanah basah menempel. Astaga, bahkan setengah kemeja seragam nya sobek dan celananya sekalian. Mengingat hal itu, membuat ia mendengus sebal setengah mati.

"AMBUUUUU!!! " teriaknya lagi.

"Eheem,, "

Suara dehaman begitu berat terdengar, membuat Arka diam mematung sepersekian detik saat itu juga. Dan betapa terkejutnya saat nampak manusia yang begitu Arka kenal. Masuk dari arah luar, dengan perban di bagian tangan kirinya.

Cepat memalingkan mukanya sebal. Arka benar-benar saat ini marah kepada Abyan.

"Keluar sana, orang gue manggil Ambu bukan lo! " ketusnya, sama sekali tidak ingin menatap Abyan yang bahkan kini sudah berdiri di samping ranjangnya.

Abyan menghela nafasnya berat, ia memaklumi sikap Arka. Pantas anak itu marah, karena dirinya juga anak itu terluka seperti itu. "Ambu keluar bentar, nanti jemput lagi sekalian pulang, " jelas Abyan begitu lembut.

Arka mengedikkan bahunya acuh.

"Maafin ya? "

Abyan santai menyodorkan tangannya ke arah Arka. Rasa bersalahnya tentu sangat besar. Melihat Arka yang sampai di jahit di bagian kepalanya, semakin ia merasa tidak enak. Lagi-lagi karena ulahnya. Ya meskipun, Ai sudah memaafkan dirinya atas kejadian ini tapi tentu tidak menghilangkan rasa bersalahnya. Apalagi gigi taring Arka hingga patah setengah. Miris, kasihan, tapi lucu juga. Pikiran bangsat nya.

"Minta maaf, " Abyan meraih muka Arka dan cepat memalingkan wajahnya anak itu untuk menatapnya.

"AWHHH, SAKIT BEGO!!! " ringis Arka cepat menepis tangan kekar Abyan dan mengelus samping kepalanya perlahan.

Matanya berkaca-kaca, tangannya pun semakin nampak bergetar. Arka akan menangis, ingatkan anak itu jenis manusia cengeng. Perih di bagian kepalanya menjalar, Arka tidak kuat. Saat itu juga dia menangis, lupakan Abyan di hadapannya. Yang terpenting ia akan menangis karena sakit.

"La? "

Nampak Arka yang malah sesegukan dengan tangisnya.

"Jenggala? "

Abyan cepat duduk di atas ranjang sana, tepat di samping Arka yang masih menangis sesegukan dengan kepalanya menunduk.

"Maafin, sakit ya? Maafin gue ya? "

Abyan cepat memeluk tubuh mungil Arka, mendekap kepala anak itu dan mengusapnya pelan.

Pagi biasa, tentu seperti biasa juga orang-orang melakukan aktivitas masing-masing. Tapi tidak dengan Arka, masih terbaring nyenyak dengan posisi terlentang karena kepalanya yang masih terasa sakit itu. Nampak wajah polos itu begitu tenang dengan tidurnya, luka-luka kecil di tubuhnya sudah kering dari semalam bahkan.

Kepada JenggalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang