"Maaf, gue bantuin dia buat deketin lo, " aku Arka secepatnya.
Berjalan santai menelusuri koridor sekolah yang sudah sepi. Karena memang jam pulang sekolah sudah 20 menit berlalu, dan Arka juga Ana baru saja keluar sebab tugasnya yang telat mereka kerjakan. Makanya mereka pulang lebih akhir kali ini.
"Lo gak bilang tentang gue yang— " ucapan Ana terpotong dengan Arka yang buru-buru menjawabnya.
"Nggak, gue maunya tanya lo dulu, karena mungkin itu privasi buat lo? Gue gak ada hak, " jelas Arka.
Dan Ana hanya mengangguk dengan pernyataan dari Arka barusan. Sudah di pastikan temannya itu berkata jujur, sejauh ini Arka tidak pernah berbohong padanya juga. Dan mengenai hal tentang Abyan barusan, ia tidak akan peduli dan menanggapinya terlalu serius. Biarkan saja akan berjalan sejauh apa dan akan bagaimana anak itu berusaha mendekati nya.
Ana mendahului Arka dan berjalan menuju motornya yang terparkir. Sedangkan Arka pergi langsung saja menuju halte menunggu angkot atau bis yang lewat.
"Gue duluan, " teriak Ana dari balik helmnya, dengan motor Suzuki RC 80 antik milik gadis itu, lalu melengos pergi melewati Arka yang terduduk di bangku besi halte sana.
Seharusnya ia pulang bersama Abyan, namun tentunya Arka menolak keras, hingga Abyan menyerah begitu saja. Dan berakhirlah meninggalkan Arka pulang sendiri kembali, toh itu kemauannya, Abyan tidak salah kan?
•
•
•
"Cie-cie pacaran nih ye, " goda Abyan dengan suaranya yang nyaring agar terdengar ke ujung luar pagar rumah sebelah sana.
Memetik gitarnya semakin kencang dengan melodi acak, menggoda Arka yang sudah meliriknya dengan tatapan tajam mematikan. Justru tak membuat Abyan berhenti meneriakinya untuk menggoda Arka disana.
"Pulang dulu ya, " seru Danta dan hanya di angguki oleh Arka cepat.
Harusnya tadi ia pulang naik angkot atau bis. Namun kenyataannya temannya itu tiba-tiba datang menjemput nya. Tentu Arka senang, siapa yang tidak senang mendapatkan tumpangan. Lumayan ongkos lebihnya bisa jadi tambahan untuk ia belikan kanvas baru nanti.
Dengan langkah cepat, Arka berjalan menuju pintu rumahnya setelah menutup pagar. Matanya tak henti mendelik ke arah Abyan di sana yang terus saja menggodanya habis-habisan. Entah dengan siulan, ejekan, atau hanya cengiran nya yang sangat menjengkelkan bagi Arka. Membuat pengang telinga Arka saja rasanya.
"Ambuuu!!!!! " Arka menggedor-gedor pintu rumahnya kencang. Dan tak ada tanda-tanda apapun dari dalam rumah sana. Nampak juga dari luar jendela bahwa sepi sekali di dalam sana.
Abyan berdiri, lalu berjalan santai kearah samping rumahnya mendekat ke arah Arka di rumah sebelah nya, "Ambu barusan berangkat, " ucapnya.
Arka hanya mendengus, dan terduduk lemas di kursi kayu teras rumahnya.
"Nunggu di sini aja, ada Bunda di dalem kok, " tawar Abyan, kasihan juga melihat Arka yang nampa lemas lunglai seperti itu.
Arka menggeleng, ia hanya mendelik ke arah Abyan di balik benteng pagar pembatas rumahnya itu.
Abyan mengembuskan nafasnya pelan, "yaudah dah, urang mah nawarin udah ya, " akhir Abyan sebelum ia masuk ke dalam rumahnya sana.
Namun nampak, meskipun dengan wajah ketusnya. Akhirnya Arka berdiri dan segera mengenakan sandalnya, menyimpan tas di atas meja kayu sana. Mengambil benda pipih kesayangan nya dari dalam tas. Lalu berjalan segera keluar dari area rumahnya.
Sedangkan Abyan hanya tersenyum lebar, sekarang ia rasa dirinya memiliki mainan baru untuk di goda, lucu juga, pikirnya."BUNDA, ADA JENGGALA, " teriak Abyan dengan suara beratnya yang menggelegar. Dan kembali nampak Arka yang semakin menyunggingkan alisnya tengah membuka pagar rumah Abyan sana dengan kasar.
"Jenggala teh saha atuh A' ? " terdengar suara balasan dari dalam rumah sana.
"Arka, Bun, " jawab Abyan santai, dengan cengiran nya yang semakin menggoda Arka disana, Abyan duduk kembali di pinggir teras sana dengan gitarnya lagi.
Arka dengan kasar mendaratkan pantatnya di sebelah Abyan, lalu begitu saja ia merebahkan tubuhnya di atas teras sana, "capek banget perasaan hari ini, " ucapnya dengan sekali menghembuskan nafasnya berat.
Abyan diam, hanya sesekali memetik senar gitarnya yang menciptakan melodi santai dengan spontan begitu saja.
"Kalo di sekolah jangan panggil Jenggala, gue gak suka dengernya, apalagi nanti di ikutin anak-anak lain, " tekan Arka dengan ucapannya, menoleh menatap Abyan yang sama sekali tak menggubris perkataan nya itu.
"Heh, Abyan!! " kesalnya, menyenggol tubuh Abyan dengan kakinya.
Abyan menghentikan petikan gitarnya, "iya, iya, " ucapnya santai.
Hingga keduanya diam untuk beberapa saat, sebelum suara berisik piring yang di letakan di teras oleh wanita setengah paruh baya itu. Membuat perhatian kedua anak remaja lelaki itu menoleh berbarengan menatap kedatangan Vivi, yang tiba-tiba meletakan piring berisi 4 butir telur asin di atasnya.
"Dimakan ya! Bunda mau ke warung depan, sekalian ketemu tetangga-tetangga, " ucapnya, lalu segera meninggalkan dua anak adam yang sama-sama mengangguk paham.
Arka menegakkan tubuhnya duduk, tersenyum begitu lebar menatap piring yang berada di sampingnya. Matanya yang berbinar, dengan jari-jari tangan yang ia regangkan sebentar siap untuk mencomot telur asin sana dengan lapar.
"Kenapa lo? Nafsu amat, " Abyan menggeser kan tubuhnya, menoleh yang kini sudah berhadapan dengan Arka.
Arka mengambil satu biji telur berwarna biru itu dengan cap ungu di bagian tengahnya, "urang harap lo gak mau sih makan ini, biar nanti gue yang abisin, " ucapnya, kini dengan lahap memakan telur asin yang menempel di bagian kulit telurnya.
"Gila, " berlagak terkejut menatap Arka dengan menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"laper atau doyan, bang? " celetuk Abyan, lalu ikut mengambil satu telur dari piring sana.
Menatap sinis kearah Abyan, lalu pelan menggeser piring yang masih berisi 2 telus itu ke sampingnya, "sisanya buat gue, lo satu aja! " ucapnya mutlak dengan penuh penekanan.
Abyan hanya menyungging senyum nya, dan menggelengkan kepalanya lagi. Ada-ada aja makhluk seperti itu, dan kenapa ia merasa gemas sendiri dengan bocah itu.
Hingga tak sadar tangan kanan Abyan kini terulur, mengusap sudut bibir Arka yang terdapat sedikit kuning telur asin disana, "tapi makannya yang bener, nanti bau anyir, " ucapnya, dan mengusap lembut sudut bibir itu lalu mengelap kan kembali ke telapak tangan Arka yang tiba-tiba kaku terdiam menatap Abyan.
Abyan terkekeh, balik menatap Arka yang masih diam menatapnya heran tanpa berkedip sama sekali.
"Kedip woe, mata lo kenapa gak ngedip gitu, hah? " Abyan tentunya mengejutkan Arka, dan spontan Arka membuang mukanya yang entah sekarang nampak memerah tiba-tiba.
°°°
aing lagi suka banget dengerin lagu-lagu nya Gusti