Jantungnya berdegup kencang, melihat kejadian mencengangkan di hadapan matanya. Harry menutup pintu kamar asramanya dengan keras, sehingga tak sengaja membuat Seamus terbangun.
"Berisik!" Wajah ngantuknya sangat terganggu.
"Maaf, kembali tidurlah." Dengan cepat menyimpan alat lukisnya dan mulai menaiki ranjang untuk tidur.
Matanya masih terbuka lebar, kejadian tadi masih terbayang di benaknya. Dia tak menyangka jika Malfoy bisa melakukan hal seperti itu.
Meski menyebalkan, tapi image seperti itu tak pernah terbayang dalam benak Harry sedikitpun.
"Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Seamus bertanya di ranjang sebelahnya dengan suara yang sedikit serak.
"Tidak, aku hanya insomnia." Harry menggeleng.
Kemudian Seamus berbalik memunggungi Harry dan kembali dalam tidurnya.
.
.
.
."Kau membuat seorang Potter jantungan." Blaise mencemooh.
"Bukan salahku jika dia datang kemari secara tiba-tiba."
"Lalu apa yang akan kau lakukan padanya setelah ini?" dagunya menunjuk pada gadis yang sedang pingsan.
"Kau saja yang urus." Dengan enteng Draco mengalihkan tanggung jawabnya. Sementara tangannya sibuk mengancigkan kemeja, terlihat dada berototnya dibalik cahaya rembulan.
"Kau selalu membuat masalah." mendencih kesal.
"Aku akan mengurus si Potter besok." Draco bergumam.
"Terserah...." sementara Blaise mengendurkan bahunya.
Blaise susah cukup bertahan lama dan sangat terbiasa dengan tingkah mengerikan temannya. Dia sudah sering membersihkan jejak kekejian Malfoy muda tersebut. Mau bagaimana lagi, dirinya adalah kaki tangan kepercayaan pria itu.
Mungkin setelah ini dia harus memanggil Crabe and Goyle untuk membersihkan tempat yang menjijikkan ini.
Sementara Draco meninggalkan Blaise terlebih dahulu, tidak peduli jika Blaise sudah mengerang kerepotan atas tingkahnya.
Selepas kepergian Draco, Blaise sedikit mengecek keadaan gadis yang pingsan itu dengan ujung kakinya. Wajahnya menampakkan rasa geli, meski dalam hati ada sedikit rasa iba dan kasihan.
Mata gadis itu sedikit demi sedikit mulai terbuka. Wajahnya berubah ketakutan ketika melihat Blaise yang sudah menatapnya datar.
"Sudah sadar ya? Kalau begitu aku tak perlu repot-repot memanggil dua orang bodoh itu kesini untuk mengurusmu."
Gadis itu hanya semakin terdiam, wajahnya nampak pucat pasti setelah melayani kelakuan bejat
"Segera bangun dan pergi dari sini. Jangan buat orang lain curiga dan tutup mulutmu." Blaise berbisik dengan penuh ancaman.
Gadis tersebut mengangguk.
"Jika hal yang terjadi padamu sampai bocor, maka ingat apa yang akan terjadi pada keluargamu."
"Ba-baik..." tubuhnya menggigil.
.
.
.
.Harry merasakan bulu pundaknya meremang, merasa sejak tadi jika Malfoy terus mengawasi lewat tatapan tajamnya.
Dia melihat kearah meja Slytherin secara perlahan, namun Malfoy muda itu sedang sibuk bercakap dengan teman-temannya.
Tanpa Harry ketahui jika Draco memicing tajam dan menyeringai kecil melihat tingkahnya.
Jujur saja, Harry merasa sangat terganggu. Bahkan makanan yang dirasapun menjadi hambar dan menurunkan selera makannya.
"Harry, apa kau memiliki masalah?" Ron melihat Harry yang sangat gelisah, bertanya dengan mulutnya yang penuh ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Not Draco (DRARRY)
RandomHarry berfikir jika Draco Malfoy adalah pria menyebalkan yang selalu berlindung dibalik nama keluarganya. Tapi semua itu berubah, setelah melihat sisi gelap dari Seorang Draco Malfoy. Berfikir lebih baik untuk tidak pernah mengenal Draco Malfoy saja...