Freen gelisah menunggu seseorang di lapangan basket yang dia sewa. Besok adalah hari pernikahan mamanya dan dia mengundang calon suami mamanya untuk datang. Dia menantang calon suami mamanya untuk melawannya bermain basket atau dia akan mengacaukan acara pernikahannya besok.
Menang atau kalah tidak jadi masalah asalkan pria itu datang dan wajib datang sendiri.
Setelah menunggu 20 menit seorang diri akhirnya Freen melihat kedatangan pria itu.
Dia sudah memakai pakaian olahraga.
Pria itu menghampiri Freen dengan senyum lebar yang cerah membuat Freen ingin muntah."Malam Jo. Kamu sendirian?" tanyanya mencoba untuk akrab dengan calon anaknya.
"Om bukan mama jadi jangan panggil gue Jo," sahut Freen datar.
"Ok, ok. Gimana mau mulai?"
Heru terlihat kikuk menghadapi gadis yang sama sekali tidak memiliki rasa takut.
Heru berpikir bagaimana bisa gadis ini memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan mamanya yang lembut."Iya. Kita mulai saja," kata Freen kemudian menonjok perut Heru dengan keras.
Heru yang tidak siap tentu saja terkejut terlebih pukulan Freen cukup bertenaga, tidak menggambarkan pukulan seorang gadis. Pukulan Freen mampu membuat pria itu meringis kesakitan.
Masih dengan keterkejutannya Freen kembali melayangkan tinjunya, kali ini sasarannya adalah wajah pria itu.
Satu pukulan lagi kembali dia layangkan.
Satu pukulan lagi. Dan lagi membuat Heru mengerang dan terjatuh."Itu hanya peringatan kecil seandainya nanti om sampai membuat mama menangis, gue nggak akan segan-segan ngasih yang lebih keras dari pada yang sekarang. Jadi pastikan bikin mama selalu bahagia dan jangan berani-berani buat mama sedih," ucap Freen tegas.
Lalu tanpa permisi gadis itu meninggalkan Heru seorang diri yang tengah meringis kesakitan.
Besok adalah hari pernikahannya dan sekarang wajahnya dibuat bonyok oleh calon anak tirinya. Mimpi apa dia semalam.
"Sial, gimana cara jinakin harimau kecil itu," gumamnya.
Pria itu tertatih mengambil tas olahraganya yang terlempar saat Freen memukulnya tadi.
***Becca yang ingin ke dapur mengambil minum terkejut melihat wajah papanya yang babak belur.
"Astaga Papa, ini kenapa?" pekik Becca khawatir.
Dia memperhatikan wajah papanya yang hancur, hidung dan bibir yang berdarah dan pipi yang membiru.
"Papa dikeroyok, ketemu preman dijalan tadi," jawab Heru berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa Freen lah yang melakukan ini.
"Nggak bawa ke dokter aja Pa, takutnya kenapa-kenapa." Mata Becca sudah berkaca-kaca.Dia sungguh tidak tega melihat kondisi wajah papanya saat ini terlebih besok adalah hari besar untuk papanya. Mengapa harus terjadi hal seperti ini.
"Nggak apa-apa Adek, ini cuma luka kecil. Dikompres aja cukup kok."
Heru menangkup wajah putrinya untuk menenangkannya."Tapi Papa jadi jelek," kata Becca yang disusul dengan isakan kecil yang dia coba tahan.
"Shhh Papa nggak apa-apa, Sayang. Udah jangan menangis." Heru mengusap pipi Becca.
"Mau bantu obatin muka Papa nggak?" tawarnya yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Becca.
Becca membantu mengambil P3K dan air bersih.
Pelan-pelan dia membersihkan darah yang sudah mengering di wajah papanya. Heru menahan ringisannya agar Becca tidak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAFE & SOUND (complete)
FanfictionTidakkah cukup mama memilikiku saja tanpa memasukkan orang lain ke rumah kita. Aku hanya tidak ingin mama terluka lagi _ Freenka Joffani Terimakasih karena mau menjadi mama untukku. Aku mencintaimu mama Karin _ Rebecca Suseno