6

1.7K 201 38
                                    

Waktu terus berjalan, keluarga baru itu sudah kembali ke rutinitas semula. Pagi ini keluarga Heru tengah bersiap melakukan aktivitas masing-masing.

"Freen, kamu berangkat bareng Becca saja," kata Heru ketika mereka sedang sarapan.

"Gue cuma punya satu helm," jawab Freen, dia tidak berbohong.

"Naik mobil."

"Nggak, makasih. Gue lebih suka naik motor. Naik mobil hanya buang-buang waktu."

"Yasudah kalau begitu."

"Pa, Adek boleh bareng kak Freen nggak? Nanti Adek pinjem helm pak satpam," tanya Becca kemudian.

Heru menatap ragu kepada putrinya. Dia sebenarnya tidak ingin mengizinkan Becca naik motor takut Freen ngebut dijalan yang bisa membahayakan jantung Becca namun melihat tatapan mengharap putrinya Heru jadi tidak tega untuk tidak memberinya izin.

"Bolehkan kak?" tanya Becca kepada Freen.

"Terserah," jawabnya singkat.

Freen sudah tidak memiliki alasan lagi untuk membenci Becca karena pernikahan mamanya sudah terjadi namun kalau harus terlalu akrab Freen tidak bisa, belum bisa.

"Ya udah, nggak apa-apa," jawab Heru dengan terpaksa.

"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya Ya Jo. Takut jantung Becca kambuh."

Heru lega mendengar istrinya menyampaikan apa yang menganggu pikirannya. Dia tahu Freen akan mematuhi mamanya.

"Sana ganti celana," perintah Freen kepada Becca.

Sesaat Becca bingung kenapa harus ganti celana namun akhirnya dia mengerti. Tidak mungkin naik motor dengan rok sependek ini.
Gadis itu bergegas kembali ke kamar lalu kembali dengan memakai celana panjang dan juga jaket, seperti Freen.
***

Freen memutar bola matanya ketika Becca kesulitan mengunci helm yang dipakainya. Terpaksa dia harus turun tangan. Tapi Freen malah melepas helm itu dari kepala Becca membuat gadis itu mengerutkan keningnya karena bingung.

Freen membuka tasnya lalu mengambil masker yang masih baru lalu memakaikannya ke muka Becca membuat gadis itu mendadak jadi tersipu. Dia terkejut dengan apa yang dilakukan Freen.

Setelah mereka menjadi keluarga, Freen memang belum mau bicara banyak kepadanya namun Freen sudah mau memperlakukannya dengan wajar.

"Makasih kak," ucap Becca pelan setelah Freen membantunya memakai masker dan helm.

Freen lalu menaiki motornya yang disusul oleh Becca.
Seperti pesan mamanya, Freen menjalankan motornya dengan kecepatan sedang namun ternyata itu masih terlalu kencang untuk Becca yang tidak pernah naik motor. Terlebih Freen selalu meliuk-liuk ketika menyalip.

Becca mencengkram pinggang Freen dengan kencang, jantungnya kini bekerja dengan keras.

"Kak, pelan-pelan," teriaknya.

"Ini sudah pelan," jawab Freen.

"Aku takut kak."

Merasakan cengkraman tangan Becca yang cukup kuat membuat Freen sadar bahwa Becca benar-benar ketakutan, dia lalu menurunkan kecepatannya lagi meski dalam hati dia tidak berhenti mengumpat.

Ternyata Freen sampai di sekolah bersamaan dengan Hengki. Freen yakin dia tidak akan lolos dari olokan teman-temannya melihat tampang tengil Hengki saat ini.

Apalagi ketika Becca lagi-lagi tidak bisa membuka kunci helmnya. Freen tahu mulut Hengki sudah tidak sabar untuk meledekinya.

"Akur ya sister yang satu ini. Pagi-pagi udah romantis aja."

SAFE & SOUND (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang