16

1.3K 137 18
                                    

        Hengki dan Billy meletakkan buku PR mereka di meja Freen dengan gerakan dramatis sebelum mereka pulang sekolah. Kedua cowok itu memasang wajah mengejek yang membuat Freen rasanya ingin mengolesi muka-muka tengil mereka dengan air comberan.

"Selamat nugas ya Ratu," ejek Hengki.

"Jangan coba-coba ngerjain kita atau foto ini bakal sampai ke tante Karina," ancam Billy sembari memperlihatkan foto dirinya bersama Max.

"Btw ini cowok bukannya yang pernah nantang Freen ya di arenanya bang Rico?" Dew memperhatikan foto Max yang ada di ponsel Billy.
Billy dan Hengki mencoba mengingat lalu keduanya tampak terkejut.

"Iya bener, gue baru inget. Wah nggak nyangka ternyata musuhku adalah jodohku, sinetron banget nggak sih," seru Hengki heboh.

"Lo pada ngomongin apa sih?" Nat yang tidak paham bertanya.

''Brisik." Freen mengambil buku milik Hengki dan Billy lalu meninggalkan kelas sebelum teman-temannya semakin tidak jelas.

Freen lebih dulu ke kelas Becca menjemput adiknya itu yang ternyata kelas Becca belum selesai. Freen harus menunggu sekitar sepuluh menit hingga gadis yang dia tunggu muncul.
Freen menggenggam lengan Becca lalu sedikit menyeretnya membuat gadis itu agak kesulitan mensejajari langkah Freen.

"Kak, pelan-pelan," mohon Becca. Dia takut terpleset saat menuruni tangga.

"Kak lepas, aku jalan sendiri aja," ulang Becca karena Freen tidak mengindahkan permintaannya.

Lagi-lagi Freen seperti tidak mendengarkan, dia tetap menarik Becca agar mereka bisa segera pulang.
Beruntung mamanya sudah menunggu di depan gerbang.

"Kenapa nih kok pada cemberut," tanya Karina saat kedua putrinya sudah masuk ke mobil.

"Buruan ma, Jo ada jadwal latihan," ucap Freen.

Sampai di rumah Freen menyerahkan buku miliknya juga milik Billy dan Hengki.

"Kok banyak banget?" tanya Becca.

Freen tidak menanggapi, dia pergi ke kamar kecil untuk ganti baju.
Sementara Becca membuka-buka buku yang diberikan Freen.

"Kak ini buku punya kak Billy sama kak Hengki?" tanya Becca saat Freen keluar dari kamar kecil.

"Iya. Kerjain semua," jawabnya tanpa merasa bersalah.

"Banyak banget kak, belum lagi ini PR, Becca nggak bisa ngerjainnya. Kalau cuma nyalin catatan nggak apa-apa." Becca mengeluh.

"Siapa yang nyuruh kamu protes?" Freen mendelik.

"Kak, tolong lah jangan kejam-kejam." Becca rasanya ingin menangis saat ini.

"Kamu nggak mau? Tidak masalah gue nggak pernah maksa tapi."

"Ok, aku kerjain," potong Becca. Gadis itu mengusap air matanya yang sudah menetes tapi Freen pura-pura tidak melihat.
***

     Karina terbangun dari tidurnya, dia merasakan tenggorokannya sangat kering. Wanita itu menatap jam dinding, pukul setengah satu pagi. Dia keluar kamar untuk mengambil minum.
Dahinya mengkerut ketika melihat ruang tamu yang terang karena seingatnya dia sudah mematikan lampunya.
Karina melangkahkan kakinya ke ruang tamu.

Dia terkejut menemukan Becca yang tengah sibuk mencatat dengan buku berserakan disekitarnya.
Wanita itu mempercepat langkah kakinya.

"Becca kok kamu belum tidur, ini udah malem banget lho," ucap Karina.

Becca sedikit terkesiap, tidak menyangka mamanya akan bangun.

"Enghh banyak tugas ma." Becca buru-buru menumpuk buku-bukunya takut ketahuan bahwa itu bukanlah tugasnya.

SAFE & SOUND (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang