11

1.4K 161 32
                                    

      Karina membantu Becca istirahat di kamar Freen. Rumah mereka memang hanya memiliki dua kamar sehingga Becca harus berbagi kamar dengan Freen. Beruntung gadis itu tidak keberatan.
Kondisi Becca saat ini sudah stabil sehingga dia diperbolehkan pulang.

"Maaf ya, kamu harus berbagi kamar dengan Jo," ucap Karina.

"Nggak apa-apa, Ma. Becca yang harus berterimakasih karena mama dan kak Freen udah baik banget sama Becca."

"Nggak usah dipikirin. Kamu nggak keberatan kalau mama tinggal sebentar, mama ada urusan diluar?" tanya Karina.

Dia memang ada janji temu dengan pak Wijaya, pengacara yang direkomendasikan Max.
Semalam pria itu menemuinya untuk menawarkan bantuan. Karina tidak menyia-nyiakan bantuan yang datang karena bagaimanapun dia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan.

"Nggak apa-apa Ma."

"Mama akan pulang saat makan siang."
Wanita itu mencium kepala Becca lalu pamit untuk segera pergi.

Becca memandangi kamar Freen yang memang tidak luas namun rapi.
Ranjangnya juga tidak sebesar miliknya namun cukup untuk dua orang walaupun agak sempit.

Kamar Freen dominan warna biru laut.
Ada rak kaca besar yang menyimpan sepatu Freen. Sepertinya Freen menyukai sepatu terutama sepatu basket. Ada banyak koleksi sepatu-sepatu olahraga dengan harga yang mahal. Becca tahu bahwa ada diantara koleksi itu yang tidak dijual di Indonesia.

Becca menoleh ketika mendengar pintu dibuka. Dia kira mamanya yang datang ternyata Freen.

Freen terkejut dengan keberadaan Becca di kamarnya namun dia segera ingat bahwa dia harus berbagi kamar dengan Becca.

"Lo udah pulang?" tanya Freen. Dia melempar tas nya ke lantai lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Becca tanpa repot-repot melepas sepatunya.

Becca memperhatikan tingkah laku kakaknya tanpa ingin berkomentar.

"Kok kakak udah pulang?" tanyanya.

Freen tidak langsung menjawab, gadis itu menatap langit-langit kamarnya seolah ada hal yang menarik disana.

Freen masih bingung apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Becca atau tidak.
Seandainya Freen mengatakan yang sebenarnya dia takut hal itu akan mempengaruhi kesehatan Becca.

"Malas."

Freen akhirnya memilih untuk berbohong. Besok dia akan meminta mamanya agar Becca istirahat dulu saja tidak perlu ke sekolah.

"Mama kemana?"

"Mama baru aja pergi katanya ada urusan."

Freen tidak lagi menanggapi. Dia memejamkan matanya. Dia ingin tidur sebentar.

"Ganti baju dulu kak," ucap Becca yang melihat Frees sepertinya akan tidur.

"Males."

Becca membasahi bibirnya yang kering kemudian bangun lalu turun dari kasur.
Gadis itu melepas sepatu dari kaki Freen membuat sang pemilik sedikit terkejut.

"Eh lo ngapain?" tanya Freen.

"Nggak apa-apa kak, biar kakak nyaman kalo mau tidur," jelas Becca.

Setelah itu dia menyimpan sepatu dan tas milik Freen di rak dekat pintu kamar.

Becca kemudian menyusul Freen.
Gadis itu mendesah. Dia memainkan jari telunjuknya untuk mengurangi rasa yang tidak nyaman.
Dia lalu menoleh, menatap Freen yang sudah memejamkan mata.

"Kak?" panggilnya.

"Hmm?"

"Gimana keadaan di sekolah?"

SAFE & SOUND (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang