7 tahun kemudian
Tahun-tahun berlalu, cukup banyak perubahan yang terjadi pada Fairuz, terlebih ketika masuk SMP dia banyak disukai para perempuan karena wajahnya yang menarik di mata mereka, apalagi dia memiliki tinggi dan berat badan yang proporsional, hal itu menambah daya ketertarikan mereka pada Fairuz, dia memiliki tinggi badan rata-rata orang Amerika asli untuk seusianya, artinya tinggi badannya saat ini diatas rata-rata orang dewasa di Indonesia.
Saat kelas 1 SMP, dia berhasil memenangkan lomba pemrograman tingkat kota kemudian lanjut tingkat provinsi dan dia berhasil juga walaupun sebagai juara 3, apa yang sudah dia usahakan dari sebelum masuk SMP akhirnya terbayarkan juga. Hal itu berkat dukungan dari keluarganya terutama ibunya yang selalu memberi dukungan yang lebih dari siapa pun, Fairuz tidak bisa bohong bahwa ibunya adalah ibu terhebat yang pernah dia miliki, ibunya tidak selalu memposisikan diri menjadi seorang ibu tapi bisa menjadi teman atau bahkan sahabat untuk anak-anaknya. Hal itu yang dirasakan Fairuz sebagai anaknya yang sudah menginjak usia remaja awal, baginya ibunya adalah sahabat di rumah, itulah kenapa Fairuz tidak pernah merasa bosan di rumah apalagi punya pikiran 'rumah bukanlah tempat pulangnya'.
Ketika di rumah, Dinda dan Fairuz terlihat seperti bukan hubungan ibu dan anak, melainkan seperti sahabat, bahkan Edward dianggap teman oleh Fairuz walaupun tetap mengutamakan status dirinya sebagai anak, begitu juga dengan Faiza. Teman-teman Fairuz terkejut ketika melihat Fairuz dan ibunya bersama, benar-benar diluar dugaan ternyata tidak seperti ibu dan anak pada umumnya.
"Itu siapa Fairuz?" tanya teman-temannya yang kebingungan dengan tingkah lakunya dengan ibunya
"Itu ibu aku" jawab Fairuz dengan santai
"Serius ibu kamu? Kok kayak ke temen gitu sih?"
"Iya, aku kalau di rumah suka gitu, yaa anggaplah semua yang ada di rumah itu teman aku kecuali ibu aku."
"Kecuali ibu kamu?"
"Iya, ibu aku anggapnya sahabat aku di rumah, makanya aku gak pernah bosen di rumah"
"Wih keren sih itu, jarang-jarang loh ada keluarga kayak gitu, ya gak Adri?" Temannya menyiku teman sebelahnya
"Iya, aku aja kalau di rumah kadang suka gugup kalau lagi bareng sama orang tua, soalnya yaa itu biasa aja lah gitu."
Fairuz tersenyum mendengarnya, senyumnya itu bukan untuk bahagia di atas penderitaan orang, karena dia tahu ada salah satu temannya yang merupakan korban dari broken home.
Setiap orang memiliki rasa bahagianya masing-masing, namun sebahagianya seseorang pasti pernah berada dititik terendah ketika menghadapi cobaan hidup tidak terkecuali Fairuz, Fairuz merasa lelah apa yang terjadi di sekolahnya karena begitu banyak perempuan yang ingin bersamanya, menurut sebagian laki-laki seharusnya merasa bangga karena bisa memikat para perempuan tanpa perlu usaha keras, tapi bagi Fairuz hal itu sangat mengganggu, tapi bagaimana lagi mereka adalah teman juga. Banyaknya perempuan yang mengejar Fairuz, banyak juga lah laki-laki yang benci dengan Fairuz, bahkan ada yang pacarnya merasa ingin berpindah hati ke Fairuz, hal itu membuat beberapa laki-laki geram padanya. Fairuz tetap harus bersikap tenang dan biasa saja walaupun selalu dikelilingi oleh perempuan.
Pada suatu saat ketika pulang sekolah, Fairuz dicegah oleh tiga teman laki-laki, dua temannya itu langsung memukul dan memegang tangannya, satunya lagi memukul Fairuz pada bagian wajah, tapi hal itu tidak lama Fairuz langsung menendang teman yang memukulnnya itu di bagian ulu hati dan melawan dua lagi yang sedang memegang tangannya masing-masing itu, dia akhirnya berhasil lepas pegangan dari dua temannya itu. Fairuz tidak siap, satu teman yang tadi memukulnya langsung memukul lagi di bagian wajah sampai dia hampir jatuh karena ditarik oleh temannya dan tangan temannya itu meraih kerah baju Fairuz lalu mendorongnya ke tembok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fairuz
General FictionFairuz, seorang pria yang telah dididik oleh ibunya sebaik mungkin supaya menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, peduli pada orang sekitar, dan masih banyak lagi pelajaran berharga yang didapat dari ibunya. Tidak heran dengan dididikan ibunya mem...