Cinta Pertama

6 0 0
                                    

1 tahun kemudian

Tidak terasa Fairuz sudah menginjak usia 6 tahun, dia pun sudah lulus dari TK nya dengan nilai terbaik di kelasnya, tidak menyangkan Dinda melihat anaknya berhasil menempuh pendidikan TK selama satu tahun dengan mudah, apa karena Fairuz belajar terlalu cepat?

Fairuz mulai mendaftar ke sekolah SD, tentunya ke sekolah yang mahal juga. Edward yakin dengan menyekolahkan Fairuz ke sekolah mahal akan membuat Fairuz menjadi orang yang berhasil dibidang akademiknya, bidang non akademiknya Dinda mendaftarkannya pendidikan bela diri, dia tidak ingin Fairuz terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama dia sendirian di luar.

Sekolah SD dimulai, seperti biasa Fairuz menjalaninya dengan semangat, dia selalu mendapat perhatian dari gurunya, selain semangatnya juga keaktifan dia selama di kelas membuat guru merasa tidak keberatan untuk memberi nilai tambah untuk Fairuz.

Tiba waktu UTS, Fairuz bisa menjawab pertanyaan soal dengan baik, mulai dari yang termudah sampai tersulit pada tingkatnya dia habiskan semua, sampai pada akhirnya pembagian hasil UTS dia mendapat nilai yang sangat baik.

Sepulang dari sekolah, pertama Fairuz mencari ibunya.

"Ibuu ... aku dapat nilai yang bagus" kata Fairuz sambil berteriak

"Selamat ya sayang, pertahankan terus nilainya, kalau ada kesulitan tanya sama ibu" ucap Dinda pada Fairuz

"Iya bu" kata Fairuz sambil memeluk ibunya

Hal itu sering dilakukan oleh Fairuz saat dia mendapat nilai, baik memenuhi standar atau tidak dia beri tahu, namun saat dia mendapat nilai yang tidak memuaskan dia merasa takut karena takut dimarahi seperti teman-temannya yang dimarahi orang tuanya karena mendapat nilai kecil. Fairuz salah, ternyata justru ibunya memberikan semangat lagi untuk Fairuz supaya lebih giat lagi belajarnya.

"Ibu tahu kamu sudah berusaha sebisa kamu, kamu gak perlu takut ibu memarahimu karena kamu mendapat nilai jelek, ibu tidak akan memarahi kamu karena hal sepele itu. Ibu bangga sama kamu karena sudah berjuang semaksimal mungkin untuk mendapat yang terbaik, hasil tidak akan ibu permasalahkan"

Begitulah apa yang dikatakan ibunya saat dirinya mendapat nilai rendah, dia tidak pernah mengira hal itu akan terjadi, ibunya sangat berbeda dengan orang tua yang lain.

Dinda baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan menuju kamarnya, Dinda tidak tahu kenapa hari ini terasa lebih cepat lelah dari biasanya, dia pun merasa pusing dan mual. Edward baru saja keluar dari kamar mandi melihat istrinya tertidur.

"Ibu udah beres pekerjaannya?" tanya Edward

"Belum yah, ibu pusing sama mual juga" jawab Dinda dengan lemas

"Kenapa? ibu sakit? Udah makan?"

Dinda menggelengkan kepalanya tanda belum makan

"Yaudah ayah ambilin makanannya ya, mau sama apa?"

"Makan juga gak enak yah, pengen istirahat aja"

"Kalau gak makan nanti sakit ibu makin parah, ayah ambilin makan ya sama obatnya"

"Hmm..."

Dinda menganggukan kepalanya, dia pasrah dengan permintaan suaminya itu.

Sepeninggalan suaminya dari kamarnya, Dinda pergi ke kamar mandi dan memandangi cermin yang ada di wastafelnya.

"Kenapa aku mual banget?" batin Dinda

"Apa aku salah makan ya?"

Dinda tidak bisa menahan lagi, dengan kepala menghadap dari atas wastafel, dia siap-siap mengeluarkan muntahannya

FairuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang