Cinta Selanjutnya

5 0 0
                                    

2 bulan kemudian

Fairuz sedang bermain dengan teman-temannya, hari ini adalah hari Minggu, di mana biasanya anak sekolah libur, jangankan anak sekolah bahkan orang yang sudah bekerja pun ada yang libur.

Fairuz dan teman-temannya sedang bermain mobil-mobilan, ceritanya seperti kehidupan nyata, mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi, dan lain-lain bahkan sampai sekolah, hanya saja saat akan bepergian mereka menggunakan mobil mereka masing-masing. Tentu saja jika di dunia nyata hal itu dilarang karena masih dibawah umur, apalagi seusia Fairuz yang baru berusia 6 tahun, jangankan membawa mobil sungguhan ke jalanan, mengemudi pun tidak bisa. Yap, orang tuanya terutama ibunya sangat mengikuti aturan yang ada, tidak seperti masyarakat pada umumnya yang menganggap "aturan dibuat untuk dilanggar" atau "perintah adalah larangan, larangan adalah perintah" dan masih banyak lagi yang lain. Jika kendaraan minimal usia 18 tahun dan memiliki SIM, maka Fairuz boleh membawa kendaraan pribadinya, hal itu diberitahu juga bahwa tidak semua jenis kendaraan boleh dikendarai dengan minimal usia 18 tahun, misalnya mobil yang sering dikendarai ayahnya atau ibunya yang mana minimal usia 21 tahun sesuai aturan yang berlaku.

Seorang anak perempuan datang menghampiri Fairuz dan teman-temannya.

"Aku mau ikut main" ucap anak perempuan yang baru saja datang

"Gak boleh, di sini laki-laki semua" balas salah satu anak laki-laki

"Gak boleh gitu Roni, kita di sini main sama siapa aja" balas Fairuz yang sebut nama Roni adalah orang yang tadi melarang teman perempuannya ikut main

"Tapi dia perempuan sendiri, sedangkan di sini laki-laki semua" balas Roni

"Emang kenapa kalau dia perempuan terus di sini laki-laki semua?" tanya Fairuz merasa bingung. Ibunya tidak pernah mengajarkan larangan untuk bermain dengan perempuan, dia boleh bermain dengan siapa saja asal tidak membahayakan dirinya dan orang lain.

"Nanti dia jadi ikutan kayak laki-laki, itu kan gak boleh" kata Roni

"Hah? Tapi perempuan juga bisa ikut main, yaa bisa jadi yang jaga rumahnya, kayak ibu kita kan di rumah terus?" balas Fairuz tidak mau kalah dari Roni, dia ingin semua yang ingin ikut main boleh bergabung.

Apa yang dia ucapkan tadi membuat dia berpikir, tapi ayah juga di rumah terus, gimana? Keluar pun kadang untuk membeli makanan, begitu pikirnya. Tapi dia tahu memang umumnya di sini seorang ibu selalu di dalam rumah, sedangkan seorang ayah selalu di luar rumah untuk bekerja dan menghasilkan uang.

"Ayo Rani sini, kita main bareng" ucap Fairuz yang panggil itu adalah anak perempuan yang tadi ingin ikut gabung bermain

Roni tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia merasa kalah oleh Fairuz

"Iya Fairuz, makasih ya" kata Rani

"Iya sama-sama"

Teman-teman yang lainnya tidak berani bersuara jika Roni sudah membuat keputusan, anak ini terkenal dengan keras kepalanya, tapi kelemahan dia ada di Fairuz.

"Dan, kamu sini" kata Fairuz

"Iya sebentar" kata seorang anak yang Fairuz panggil Dan yang sebenarnya bernama Dani

Mereka pun melanjutkan main mereka, namun tidak lama Dani menghentikan aktifitas bermainnya dan melihat seorang wanita yang dia lihat mirip dengan ibunya Fairuz.

"Fairuz, itu ibu kamu?" tanya Dani

Fairuz melihat orang yang ditunjuk Dani

"Ibu" batin Fairuz, "iya itu ibu aku, bentar ya" Fairuz berlari menuju ibunya

FairuzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang