"Kau tau pig? Bocah itu sangat, sangat, sangat menyebalkan. Dia menguras dompetku hari ini." Sakura bercerita di depan layar laptop dengan wajah dipenuhi masker berwarna kuning dan memakai headband bermotif bebek warna kuning.
Dari sebrang layar, terlihat muka Ino yang tengah tertawa lepas. "Jadi? Kau sudah merindukan pisau bedahmu itu?" tanyanya.
"Sedikit, rasanya agak aneh karena seharian aku tidak membedah tubuh orang." ujar Sakura. Wanita itu memakan puding yang di bawanya.
"Itu terdengar seperti psikolog jidat." sahut Ino.
"Psikopat bodoh, bukan psikolog." ujar Sakura membenarkan. Kemudian, mereka sama-sama tertawa.
"Jadi? Semenyebalkan apa anak itu?" tanya Ino.
"Dia menyebalkan sekali. Lebih menyebalkan daripada dirimu. Dia selalu mengancam ku akan melaporkan kepada Sasuke jika aku menolak keinginannya." jawab Sakura menggebu-gebu.
"Wah, wah, keren sekali anak itu, sampai berani mengancammu segala." sahut Ino.
"Keren apanya. Bahkan, tadi dia menguras sampai puluhan juta dari isi ATM ku." ujar Sakura.
Ino tertawa meledek. "Kau tidak akan jatuh miskin hanya karena mengeluarkan uang segitu jidat." ujarnya.
"Aku tau." sahut Sakura.
"Sayang." Dari sebrang laptop, terdengar suara seorang pria. Sudah Sakura duga kalau itu suara Sai yang tengah masuk kedalam kamar Ino.
"Aku tutup dulu ya jidat, Sai sudah menunggu. Sampai jumpa, aku menyayangimu." Ino mematikan sambungannya sepihak, membuat Sakura menatap malas layar laptop yang telah menampilkan warna hitam.
"Sialan Ino." ujar Sakura. Dia menghela napas pelan, kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi. "Lebih baik aku membilas wajah, lalu tidur. Besok sepertinya akan lebih banyak masalah lagi." lanjutnya sembari memasuki kamar mandi.
Tak berselang lama, Sakura keluar dari kamar mandi dengan wajah yang fresh. Dia mengecek ponselnya sebentar, lalu mematikannya saat tidak ada notif penting. Sakura merebahkan tubuh dan menyelimuti dirinya. "Selamat malam diriku, selamat malam dunia yang gila." ujarnya sebelum memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.
***
"Sakura."
"Iya tuan?"
"Apa saja yang kau berikan pada keponakanku kemarin?" tanya Sasuke.
"Hanya mainan, dan sedikit makanan tuan. Dia sendiri yang memintanya." jawab Sakura.
Pagi ini, ketika jam menunjukkan pukul enam, Sakura sudah disuruh datang ke kantor. Alasannya sangat tidak jelas, hanya karena Sasuke yang suka berangkat pagi-pagi sekali, dia juga harus mengikuti Sasuke. Padahal, jam kantor baru akan mulai pukul delapan. Sialan memang.
"Tuan, kalau boleh jujur, saya masih mengantuk. Kenapa saya harus datang pagi-pagi seperti ini?" tanya Sakura mencoba membuat topik pembicaraan.
Sasuke hanya menatap Sakura sekilas. Pria yang duduk dikursi kebesarannya itu tampak tak peduli. "Karena aku suka berangkat pagi." jawabnya.
"Ya terus?" Sakura kembali bertanya.
"Kau itu sekertaris ku. Selama dilingkungan kantor, dimana ada diriku, harus juga ada dirimu." ujar Sasuke.
Sakura menatap pria menyebalkan yang sialnya sangat tampan ini sambil menguap. "Anda menyebalkan tuan." ujarnya sembari berlalu menuju sofa yang berada diruangan Sasuke.
"Kau terlalu berani kepada atasan." sahut Sasuke. "Aku bisa memecatmu." lanjutnya.
Sakura menatap Sasuke dengan bibir yang melengkung kebawah. "Saya hanya bercanda tuan. Anda ini kaku sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LOVER
HumorSakura dengan segala kegilaannya. Berprofesi sebagai dokter muda tidak membuatnya sesibuk itu hingga dia merasa bosan dan ingin mencoba profesi lain. Dibantu oleh salah satu sahabatnya, Sakura berhasil menjadi sekertaris di perusahaan Uchiha. Lebih...