Chapter 3

387 18 0
                                    

Siang ini, aku dan Lily pergi ke sebuah kafe. Kami memutuskan untuk makan dan bersantai disini.

"Tadi malam adalah pesta yang sangat menyenangkan. Jake menjadi orang yang lebih romantis. Aku dan Jake juga mengucapkan permohonan tahun baru secara bersamaan dan anehnya, permohonan kami sama! So sweet!"ceritanya dengan wajah berbinar.

"Aku bahkan lupa untuk mengucapkan permohonan tahun baru,"kataku dengan santai.

"Bagaimana bisa? Apa kau sudah bosan dengan permohonan tahun baru yang selalu berisi agar kau tidak jatuh cinta?"tanya Lily dengan nada heran.

"Aku lupa!"ujarku.

Wajah Daniel kembali terbayang di dalam pikiranku. Aku menghela nafas dan menggelengkan kepala agar wajahnta menghilang dari pikiranku.

"Aku juga tidak melihatmu di tempat hidangan. Kau kemana?"tanya Lily.

"Aku berada di balkon dan berbicara dengan seseorang,"jawabku.

"Kau berbicara dengan seseorang di balkon saat banyak hidangan kesukaanmu di pesta itu? Kau akan sangat menyesal,"ujar Lily.

"Yeah, dia menyenangkan dan entahlah, aku tidak merasa sangat menyesal,"jawabku dengan jujur.

Lily mengangguk dan melipat kedua tangannya. "Aku hanya ingin tahu, siapa orang yang lebih menyenangkan daripada aku, sahabatmu?"

"Daniel,"jawabku.

Lily tertawa dan berkata, "Daniel? pria kutu buku itu? Beraninya mendekatimu, Tiffany!"

"Bukan. Maksudku, Daniel Isaiah Garrison,"kataku mengklarifikasi.

Lily membuka matanya lebar dan dia berkata, "Ya, Tuhan! Kau sangat beruntung, Tiffany."

Aku hanya mengangkat kedua alisku dan menyeruput minuman hangat di musim dingin ini. Kami terdiam cukup lama. Lily mengamati kendaraan yang berlalu-lalang dari balik kaca kafe.

"Kau bilang Daniel menyenangkan,"ujarnya dengan datar.

"Yeah,"jawabku.

"Aku tidak bertanya, Tiffany. Seharusnya, kau lebih memperhatikan saat kelas bahasa,"kata Lily.

"Jadi, kau mulai menyukai seseorang?"tanyanya kini.

"Tidak! Dia hanya temanku,"ujarku mengelak.

"Apa dia mengajakmu pergi?"tanya Lily lagi.

"Well, Daniel mengajakku untuk pergi ke taman kota besok. Katanya, itu bulan kencan. Kita hanya teman dan aku masih menganggap cinta itu tidak selamanya."

Lily mengangguk mengerti. Dia hanya terdiam.

"Sebelum kau pergi ke taman, antarkan aku pulang,"kata Lily.

"Baiklah,aku akan mengantarkanmu."

"Sebaiknya, kita harus pulang. Kita sudah terlalu lama disini,"ujar Lily melihat ke arah seorang pelayan.

Aku membayar semua yang kami makan dan minum. Setelah itu, kami memasuki mobilku. Dan ponselku kembali berdering. Ibuku menelpon, seperti biasanya. Aku hanya meliriknya dan kembali fokus ke jalanan.

"Kau harus mengangkatnya,"ujar Lily.

"Aku sedang menyetir."

"Kau benar. Kita akan kemana?"

"Entahlah. Bagaimana kalau kita pergi ke festival tahun baru? Kita tidak terlalu telat untuk pergi kesana,"usulku.

"Apa kau yakin? Disana sangat banyak kamera yang menyorot orang-orang sepertimu, Tiff."

Love isn't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang