Aku bangun lebih dahulu daripada Hailey. Aku segera mandi dan membereskan barang-barangku.
"Kau sudah bangun?"tanyaku ketika menyadari Hailey yang sedang memperhatikanku.
"Yeah, aku akan mandi,"katanya.
Setelah semua beres, aku duduk di balkon dan menunggu Hailey selesai mandi. Aku terus memandangi kota dan berharap agar aku bisa melepaskan perasaanku. Aku tidak mungkin meninggalkan prinsipku.
Suara pintu kembali diketuk. Aku segera membukanya dan melihat Daniel. Dia tersenyum dengan hangat dan menyapaku, "Hai."
Aku menunduk dan terdiam.
"Apa kau sudah siap untuk sarapan?"tanyanya.
"Aku akan ke bawah bersama dengan Hailey,"ujarku langsung menutup pintu.
Aku menghela nafas dan segera duduk di tepi ranjang. Aku merasa sangat bersalah dan berusaha untuk tetap pada prinsipku.
"Kau harus bercerita kepada seseorang yang benar-benar mengerti cinta. Aku tidak bisa memberikan saran yang tepat untukku, aku masih menganggap cinta hanya sebuah permainan,"ujar Hailey sambil menyisir rambutnya.
"Tidak apa-apa, Hailey."
Kami keluar dari kamar dan segera menuju ruang makan. Hailey terus menyemangatiku dan aku hanya tersenyum.
Kami makan bersama dan Daniel terus melirikku. Mrs. Garrison selalu tersenyum ketika aku meliriknya. Aku mulai merasakan gugup.
"Terima kasih atas semuanya, Mrs. Garrison, Daniel dan Hailey. Aku tidak bermaksud merepotkan kalian. Aku akan pulang sendiria,"ujarku dengan senyum ramah.
"Daniel akan mengantarkanmu, sayang,"ujar Mrs. Garrison dengan lembut.
Aku bisa merasakan kehangatan Mrs. Garrison di setiap kata-katanya. Aku merasa sedikit lega dan menjawab, "Tidak perlu. Aku sudah merepotkan. Aku akan pulang sendiri, Mrs. Garrison."
"Aku akan mengambil kunci mobil,"ujar Daniel beranjak dari kursinya.
"Tidak apa-apa,"ujar Mrs. Garrison setelah melihatku dengan wajah cemas.
"Aku..."
"Ayo,"ujar Daniel memotong pembicaraanku.
"Hati-hati di jalan,"ujar Mrs. Garrison.
Aku tersenyum dan berpelukan singkat dengan Mrs. Garrison dan Hailey. Hailey menepuk pundakku dan aku tersenyum kepadanya.
Aku dan Daniel berjalan ke lobi rumah dan masuk ke mobil. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami. Aku hanya mengamati jalanan dan saat di pertengahan jalan, Daniel berdeham. Aku tidak mempedulikannya.
"Apa kau baik-baik saja?"tanyanya.
"Yeah,"jawabku berbohong.
"Aku tahu kau memiliki suatu masalah. Kau bisa beritahu aku,"ujar Daniel.
Aku menitikkan air mata karena solusi yang harus aku lakukan hanya satu, menjauhi Daniel yang bahkan, akan menilaiku konyol.
"Aku baik-baik saja."
Daniel berbelok ke tepi jalan dan kami berhenti. Dia menyentuh pundakku dan aku tidak melihat ke arahnya. Aku takut dia melihatku menangis dan aku harus mengakui hal ini.
"Tiffany."
Aku menunduk.
Daniel memegang daguku dan dia bisa melihatku menangis sekarang. Dia menghapus air mataku dan berkata, "Aku tahu kau punya masalah. Aku temanmu, kau bisa menceritakannya kepadaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love isn't Forever
Romance[18+] Tiffany Alicia Roderick tidak pernah percaya adanya cinta yang selamanya. Itu semua karena pengalaman yang dialaminya saat remaja sampai saat ini. Tapi semuanya berubah ketika seorang pria masuk ke dalam ruang pesta. Ada yang berbeda dari deta...