Chapter 10

235 14 0
                                    

Berminggu-minggu, aku hanya bisa terdiam melihat Clarissa dan Daniel. Aku tidak memiliki keberanian untuk merusak hubungan mereka.

"Hei!"sapa Austin.

Aku tersenyum dan memasuki mobil Austin. Dia melihat penampilanku yang berbeda.

Well, aku tidak jadi memakai pakaian yang ketat. Aku tidak akan merusak hubungan mereka, cukup orang tuaku saja yang menjadi perusak hubungan orang lain. Aku memakai gaun pendek berwarna merah yang lumayan terbuka dan masih bernilai seksi.

"Kau sangat seksi, Tiffany,"puji Austin.

Aku hanya tersenyum tipis.

Austin mengendarai mobilnya sampai ke kampus. Kami saling mengaitkan tangan dan memasuki kampus. Yeah, aku bisa melihat Clarissa yang sedang memeluk Daniel dengan sangat erat. Daniel melirik ke arahku dan aku langsung menunduk.

"Kau mau berdansa?"tanya Austin.

"Yeah,"jawabku.

Kami berdansa di aula dan Daniel terus melirikku. Aku berusaha untuk tidak meliriknya. Austin menatap wajahku dan saat Austin akan menciumku, Daniel datang dan menyapa Austin. Aku bisa melihat wajah kesal Clarissa.

"Bisakah kau tidak mengganggu kami, Daniel?"ujarku berani.

Daniel menatapku dengan hangat dan menjawab, "Ya."

Kami berdansa lagi dan saat Austin akan menciumku, aku memeluknya dengan erat. Aku mengintip sedikit dan melihat Daniel yang terus melirik ke arah kami.

Aku menyelesaikan dansa ini dan mulai mencicipi hidangan yang telah disediakan. Aku dan Austin berbicara dan bercanda.

"Hei!"sapa Jake.

Aku dan Lily berpelukan. Aku menceritakan segalanya tentang Austin. Ini tindakan agar Lily percaya bahwa aku telah melupakan Daniel.

Daniel melewati kami yang sedang membicarakan Austin dan setelah itu, aku berkeliling dengan Lily dan mencoba untuk tidak menghiraukan Daniel dan Clarissa. Aku dan Lily berdiri di atas balkon dan ketika sedang berbicara, kami melihat Austin dengan Clarissa. Mereka sedang berciuman. "Dia memang nakal,"komentar Lily dengan geram.

"Tidak apa-apa,"ujarku santai.

"Lily? Kau dipanggil Jake,"ujar Carl.

"Kau mau ikut?"tanya Lily.

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala.

Aku melihat Austin dan Clarissa yang berciuman dengan panasnya. Aku menitikkan air mata dan sadar, aku adalah orang yang tidak pantas dan tidak akan pernah merasakan cinta. Aku menangis dan terisak. Well, ini tempat yang sepi.

"Jangan menangis,"ujar seseorang dengan hangat.

Aku menghapus air mataku dan melihat Daniel memberikan sapu tangannya. Dia melepaskan tuksedonya dan menaruhnya di bahuku agar aku tetap hangat.

"Aku tidak mempedulikannya,"ujar Daniel melihat Clarissa dan Austin.

"Dia pacarmu,"ujarku.

"Dia hanya temanku untuk datang ke prom,"jelas Daniel.

Aku tersenyum tipis kepadanya. Daniel memelukku dari belakang dan berkata, "Aku masih mencintaimu. Aku berbohong kepadamu dan diriku sendiri kalau aku tidak mencintaimu. Entahlah, aku merasa salah ketika berusaha untuk melupakanmu."

Aku melepaskan pelukan Daniel dan berkata, "Maaf, aku tidak bisa menerimamu kembali."

Aku menjauhi Daniel dan mulai menangis. Aku bertingkah bodoh lagi. Daniel mengejarku dan dia menahanku. "Aku tahu bagaimana perasaanmu. Jangan pernah merasa bodoh untuk mengakuinya, Tiffany. Apa kau mencintaiku?"

Love isn't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang