Chapter 11

228 11 0
                                    

"Jangan pernah mendekati pacarku, Daniel,"ujar Clarissa dengan tajam.

"Aku tidak mendekatinya.

"Kau pulang dengannya, Roderick."

"Kau berciuman dengan Austin."

Clarissa menatapku dengan tajam dan berkata, "Kau jangan pernah mendekati Daniel. Dia pacarku!"

"Kenapa?"tanyaku sambil menyilangkan kedua tanganku.

"Daniel akan melamarku!"katanya.

"Benarkah? Selamat!"ujarku dan meninggalkannya.

Hari ini, aku melihat Clarissa yang selalu mendekati Daniel. Daniel selalu tersenyum kepadaku. Well, itu tidak penting. Pulang kuliah, aku dan Daniel akan pergi ke sebuah kafe untuk menemui Mom. Daniel akan meminta restu kepada Mom.

"Bisakah kau menjauhi Clarissa?"tanyaku saat turun dari mobil.

"Aku akan menjauhinya."

Kami duduk bersama dengan Mom dan Daniel mulai menyampaikan maksudnya. Mom tersenyum mendengarnya dan berkata, "Aku melihat kau sebagai pria yang bertanggung jawab. Aku memberi restu untuk hubungan kalian berdua."

"Terima kasih, Mrs. Smith!"ujar Daniel lega.

"Kapan kalian akan menikah?"tanya Mom.

"Aku belum mendapat restu dari Mr. Roderick."

"Tenanglah, dia akan merestui kalian,"ujar Mom dengan hangat.

Aku dan Daniel berbicang-bincang dengan Mom. Kami semakin dekat dan aku bisa merasakan bagaimana Mom menyayangiku. Dia menceritakan kebiasaanku saat aku masih kecil, walaupun dia tidak tahu segalanya.

"Intinya, aku menyayangi Tiffany lebih dari apapun,"ujar Mom sambil tersenyum kepadaku.

Aku tersenyum kepadanya dan aku tidak pernah merasa bahagia seperti ini sebelumnya.

Malam harinya, Daniel mengantarkanku pulang dan aku menciumnya. "Sampai jumpa besok."

Aku masuk ke dalam rumah dan melihat Dad yang sudah menungguku di ruang tamu.

"Hei, sayang."

"Hai, Dad."

"Kau mengalami hari yang bahagia, huh? Kau terlihat sangat senang,"katanya dengan hangat.

Aku tersenyum kepadanya dan dari matanya, aku bisa merasakan kalau dia sangat bahagia ketika aku tersenyum kepadanya. Well, mata menjelaskan segalanya.

"Yeah, aku dan Daniel bertemu dengan Mom,"ujarku.

"Kenapa kau menemuinya?"tanya Dad dengan nada tinggi.

"Daniel meminta restu kepada Mom dan Mom merestuinya,"jawabku.

"Kau tidak perlu meminta kepadanya!"bentak Dad.

"Kenapa?"tanyaku dengan nada menantang.

"Kenapa? karena kau anakku dan dia sudah memiliki Henry sebagai anaknya. Dia tidak perlu memberimu restu!"

Dad sangat marah.

"Kau tahu, Dad? Kau baru saja merusak hariku,"ujarku sambil berjalan ke kamarku.

Aku mengganti pakaianku dan menitikkan air mata. Kenapa dia tidak pernah memberikkan aku waktu untuk bertemu dengan Mom? Well, dia ibuku. Dia yang melahirkanku.

Aku mengambil ponselku dan saling berkirim pesan dengan Daniel. Yeah, dia berhasil membuatku tertawa lagi.

Aku berjalan ke arah kolam renang dan duduk di kursi santainya. Aku tidak akan pergi ke kolam renangnya langsung. Air di musim dingin akan membekukanku. Aku bercanda.

"Tiffany,"ujar Dad.

"Apa? Kau mau memberitahuku kalau kau senang merusak hariku?"tanyaku dengan sewot.

"Aku menyesal, Tiffany."

Dad duduk disampingku. Dia membawa sebuah kardus yang bertuliskan, 'Memories'.

Dia mengeluarkan sebuah kertas yang dari wujudnya, itu adalah kertas yang sangat penting. Dad menyerahkannya kepadaku dan aku membacanya.

"Akte pernikahan Dad dan Mom,"ujarku singkat.

"Yeah, itu hanya kenangan. Dulu aku pernah berpikir untuk menaruhnya di sebuah ruangan yang berisi kenangan. Aku akan memajangnya dan dengan bangga berkata, aku suami dari Karen Angelica Smith. Tapi itu tidak berarti apa-apa lagi,"ujarnya.

Dad mengeluarkan lima buah foto dan memberikannya kepadaku. "Itu diambil saat aku dan ibumu menghadiri prom terakhir kami di kampus. Setelahnya, kami akan menikah."

Aku melihat foto Dad dan Mom yang sangat mesra. Aku sedikit tersenyum.

"Ini adalah cincin yang aku berikan kepada ibumu. Dia membuangnya tepat di hadapanku ketika di pengadilan. Dia sangat membenciku,"kenang Dad sambil melihat cincin itu.

"Ini sangat cantik,"ujarku melihatnya.

"Yeah, aku sangat susah mencari cincin itu."

Dad mengeluarkan sebuah barang lagi. Dia menunjukkanku sebuah kotak kayu. "Ini kotak rahasia."

Aku membukanya dan mendapatkan tiga buah surat. Aku membacanya dan tertawa. Well, surat pertama adalah surat yang ditulis Dad saat pertama kali melihat Mom. Surat kedua adalah surat yang ditulis Dad saat dia memberanikan diri untuk pergi bersama Mom dan surat ketiga adalah... surat yang ditulis Dad setelah bercerai dengan Mom. Aku membacanya.

Karen, ini sangat menyedihkan. Aku tahu semua ini salahku. Aku sudah sangat bodoh melakukan hal itu. Kita sama-sama bodoh. Kau tahu? Aku tidak bisa merawat Tiffany sendirian, tapi aku selalu berusaha untuk membuatnya tersenyum dan itu selalu gagal. Dia menganggapku sebagai pria brengsek. Aku lelah dengan semua ini. Aku perlu kau merawat Tiffany bersamaku, tapi ini semua sudah telat. Apalagi, kau dan Logan akan segera menikah. Karen, aku menyesal dan aku akan selalu mencintaimu. Sampai jumpa di waktu lain.

"Kau mengirimnya ini semua kepada Mom?"tanyaku dengan suara parau.

"Tidak. Surat pertama dan kedua aku berikan kepada Mom dan dia menerimaku dengan mengembalikan surat ini. Surat terakhir aku simpan baik-baik,"jawab Dad.

"Dad, aku menyesal dengan segala yang aku lakukan kepadamu,"ujarku menyesal.

"Kau tidak perlu mengatakannya. Ini semua salahku. Kita akan mulai bersama lagi menjadi ayah dan anak yang tidak pernah saling membenci,"ujar Dad.

Aku tersenyum dan memeluk Dad. Aku menangis dan berkata, "Aku sangat menyayangimu, Dad. Lebih dari apapun."

"Aku juga, Tiffany."

Kami melepaskan pelukan dan Dad berkata, "Aku akan pergi ke luar negri selama seminggu. Aku mau mengadakan makan malam bersama dengan ibumu dan Daniel. Kau juga boleh mengajak Logan dan Henry. Aku akan baik-baik saja."

"Kau yang terbaik, Dad!"ujarku senang.

"Baiklah, ini saatnya tidur. Kau harus pergi kuliah besok."

"Bisa kau antarkan aku ke kampus besok? Aku tidak pernah merasakannya,"pintaku.

"Semuanya. Akan aku turuti jika itu baik, Tiffany."

Aku tersenyum dan mencium kening Dad. "Selamat malam, Dad. Aku menyayangimu."

Aku berjalan ke kamarku dan tersenyum. Mom benar, prinsipku akan terpatahkan. Keadaan mulai membaik dan aku sangat lega dengan situasi ini. Aku mengirimkan pesan kepada Mom.

Mom, Dad mengajakmu untuk makan malam bersama minggu depan dengan Daniel. Dad bilang, kau juga boleh mengajak Logan dan Henry.

Aku menunggu balasan dari Mom dan mendapatkannya.

See you next week.

Aku tersenyum riang dan mengirimkan pesan kepada Daniel untuk tidak mengantarkanku ke sekolah karena aku akan diantar oleh Dad untuk yang pertama kalinya. Terima kasih, Tuhan!

***

Hai, ini udah hampir mau final chapter. Asli, ini ceritanya absurd :(
Terima kasih yang udah mau baca :)

Love isn't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang