Pagi ini, Lily terkejut dengan pemandangan kamarku yang sangat berantakan. Aku masih menangis.
"Apa-apaan ini?"tanyanya.
"Aku bodoh. Kau benar, Lily. Seharusnya, aku melupakan prinsip bodoh itu!"kataku.
"Apa yang terjadi?"
Aku menceritakan keseluruhannya. Lily tampak geram dan bertanya, "Dimana ponselmu?"
Aku menunjuk ke dalam laci dan dia melihat ponselku yang sudah mati karena aku abaikan sejak dua hari yang lalu. Dia mengisi baterainya dan menunjukkan seluruh notifikasi yang ada di ponselku. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dari Mom. Lily mencoba menelpon Daniel dan hasilnta nihil.
Lily meraih ponselnya dan mengetik sesuatu dengan sangat cepat. Aku masih terus menangis dan setelah selesai dengan ponselnya, dia mulai membereskan kamar dan menyuruhku untuk mandi dan juga memakai pakaian pergi.
Aku menurutinya dan setelah mandi, aku segera berdandan untuk memperbaiki penampilanku yang sangat kacau. Aku membantu Lily membereskan kamarku. Setelah rapih, Lily memberikan kunci mobilku.
"Kita akan kemana?"tanyaku saat sudah berada di dalam mobil.
"Danau tempat kau mendapatkan ciuman pertamamu, Roderick."
Aku segera mengendarai mobilku dan saat sampai, aku memarkir mobilku di belakang mobil Jake. Daniel menyadari kehadiranku dan langsung menghampiri Jake. Lily menghampiri Daniel dan mereka berdebat, sedangkan aku duduk di ujung dermaga menikmati danau yang tenang.
"Menyesal,"ujarnya ketus.
"Semua orang pasti menyesal,"jawabku sambil terus menatap danau.
Daniel duduk disampingku. Kami terdiam cukup lama dan berkata, "Aku disini hanya untuk berbicara denganmu saja. Aku tidak akan membahas tentang perasaan karena kau sudah menghancurkannya duluan, Tiffany."
Kata-kata itu begitu menusuk di dalam hatiku. Aku mengangguk pelan.
"Aku benar-benar jatuh cinta terhadapmu. Mereka benar, itu prinsip konyol yang akan menyakitiku sendiri."
"Kau belajar sesuatu."
"Maaf,"kataku.
"Tidak apa-apa,"katanya ketus.
Aku berusaha tersenyum dan menghela nafasku lagi. "Baiklah, hanya itu saja. Aku cukup lega."
"Kenapa kau selalu berbohong? Aku tahu kalau kau kecewa. Maafkan aku, Tiffany. Aku tidak bisa membalas cintamu karena aku sudah terlanjur tersakiti,"ujarnya lembut.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah berbicara denganku. Titipkan salamku kepada Mrs. Garrison dan Hailey."
"Baiklah,"ujarnya.
Aku tersenyum tipis kepada Lily dan mengajaknya masuk ke dalam mobilku. Aku mengendarainya sambil menangis. Lily menguatkanku dan aku tersenyum tipis. Kami makan siang di sebuah kafe dan aku terus memikirkan Daniel. Aku memang terlalu bodoh.
Mom mengirimiku pesan.
Bagaimana kabarmu? Kau tidak menjawab seluruh teleponku. Apa kau baik-baik saja? Beritahu aku, sayang.
Aku sedikit tersenyum dan membalas dengan kebohongan.
I'm fine, Mom.
"Mungkin, kau akan mendapatkan seorang pria yang lebih dari Daniel. Sudahlah, jangan dipikirkan. Sibukkan dirimu agar kau lupa dengannya."
Aku tersenyum dan menggenggam tangan Lily. "Terima kasih, Lily."
"Aku akan membuat daftar tempat yang harus kita kunjungi sampai akhir Januari. Kita akan menyibukkan diri berdua dan aku janji, aku tidak akan meluangkan waktuku sedikitpun untuk pergi kencan dengan Jake,"ujar Lily sambil meraih sebuah buku kecil dari balik tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love isn't Forever
Romance[18+] Tiffany Alicia Roderick tidak pernah percaya adanya cinta yang selamanya. Itu semua karena pengalaman yang dialaminya saat remaja sampai saat ini. Tapi semuanya berubah ketika seorang pria masuk ke dalam ruang pesta. Ada yang berbeda dari deta...