Chapter 9

235 12 0
                                    

Awal Februari datang. Hari ini adalah hari pertama kuliah di semester 4. Aku beranjak dengan sangat malas menuju ruang makan.

"Hai, Tiffany!"sapa Dad dengan ramah.

Aku hanya mendiaminya dan memakan sarapanku.

" Aku tersadar dengan ucapanmu,"ujarnya.

"Yang mana? Kalau kau pria brengsek?"kataku dengan santai.

"Bukan, kalau aku memang tidak becus menjadi seorang ayah. Aku akan memperbaiki diriku dan aku akan memperhatikanmu,"ujarnya.

Aku meneguk minumanku sampai habis. "Buktikan!"kataku sambil membawa roti bakar.

Aku mengendarai mobilku ke kampus dan saat sampai, aku menemukan banyak spanduk yang berbunyi, "Ramaikan acara valentine!"

Valentine? huh. Aku tidak pernah merayakannya sampai saat ini. Well, kampusku akan mengadakan acara prom di hari valentine. Aku tidak akan ikut.

Aku memarkir mobilku dan berjalan ke kelas pertamaku. Well, aku melihat Clarissa sedang bermesraan dengan Daniel. Aku merasa sangat marah dan menghampiri mereka.

Aku tersenyum dan menyilangkan kedua tanganku. "Hai, Tuan dan Nyonya Garrison,"sapaku dengan tajam.

"Hai, Wild Tiffany."

Aku tersenyum sinis dan berkata, "Kalian akan menjadi pasangan yang cocok untuk menghadiri prom nanti."

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu menjadi begitu menyenangkan, Tiffany. Terima kasih,"ujar Clarissa.

Aku melirik ke arah Daniel dan berkata sambil tersenyum, "Sama-sama."

Aku pergi ke kamar mandi dan mulai menangis dengan pelan. Seharusnya, aku yang mendapatkan Daniel. Kupikir, Daniel akan menyesal dan berbalik kepadaku, tapi ternyata aku salah.

"Ini sudah saatnya masuk kelas,"ujar seseorang dari luar.

Aku segera terburu-buru dan menunduk. Aku menabrak seseorang dan aku terua menunduk. "Maaf?"

Orang itu tidak bergerak dan mengangkat daguku. Itu Daniel. Dia melihat mataku yang sayu dan dia berkata, "Pura-pura tegar."

Aku tersenyum dan segera meninggalkannya memasuki kelas pertamaku. Pelajaran begitu membuatku pusing dan saat bel kelas berbunyi, aku segera keluar dan menuju ke arah lokerku. Aku mengambil buku dan saat menutup pintu loker, aku dikejutkan oleh Daniel.

"Apa yang kau lakukan?"tanyaku.

"Masih menangisiku?"tanyanya.

Aku tertawa dan menjawab, "Kau pikir, air mataku hanya untukmu? Pergilah, aku muak denganmu."

Daniel menahanku dan dia mencium bibirku. Kami berciuman sangat lama dan aku mendengar suara seseorang berdeham.

Aku melihat Clarissa menyilangkan kedua tangannya dan berkata, "Kau melewati batas. Dia pacarku, jangan pernah mencoba untuk menyentuhnya, Roderick."

Clarissa menarik tangan Daniel dan aku menghela nafas. Clarissa benar.

Aku segera pergi ke kelas selanjutnya dan aku terus memikirkan Daniel. Aku tidak konsentrasi dan lebih banyak termenung.

Bel berbunyi, aku segera pergi ke kantin untuk menemui Lily yang sedang berdua dengan Jake. Aku menghela nafas ketika melihat Daniel.

"Mereka tidak benar-benar berpacaran,"ujar Jake sambil melihat Daniel dan Clarissa yang sedang bermesraan.

Aku memakan makan siangku dan berkata, "Yeah. Mereka sedang dalam perjalanan."

Jake melepaskan rangkulannya di pundak Lily dan dia berkata, "Aku serius, Tiffany. Clarissa sudah tahu kalau kampus akan mengadakan prom pada hari valentine. Dia mengajak pergi Daniel ke prom tersebut dan Daniel menerimanya."

"Yeah, karena mereka benar-benar saling tertarik,"kataku.

"Kalau itu, aku kurang tahu,"ujar Jake.

"Kau cemburu?"tanya Lily dengan serius.

Aku tertawa dan berkata dengan penuh kebohongan, "Siapa yang peduli dengan mereka? Aku telah melupakannya. Well, aku akan mengajak Austin untuk ke prom itu."

Lily tersenyum puas dan berkata, "Yeah! Jangan pernah menangisi pria itu."

Aku tersenyum dengan penuh kebohongan.

Setelah makan siang, kami pergi ke bangku taman dan melihat Clarissa yang sedang bermesraan dengan Daniel. Beberapa kali, Clarissa tersenyum kepadaku dengan penuh kemenangan. Aku membalasnya dengan senyum dan tidak lupa mengacungkan jempol kepadanya.

Mereka bermesraan di hadapanku sepanjang waktu. Aku tersenyum kepada mereka beberapa kali dan jujur, aku sangat cemburu. Aku tidak mungkin mengatakannya karena itu akan terdengar bodoh.

Aku kembali ke rumah dan berteriak. Aku menangis. Pintu kamarku terbuka dan Dad masuk ke dalam kamarku. Aku menghela nafas ketika menyadari kehadirannya yang sebenarnya tidak aku inginkan. "Kau terlihat  sedang memiliki masalah. Beritahu aku."

"Kau tidak perlu tahu,"ujarku.

Dad terdiam dan berkata, "Ibumu menelponku dari kemarin. Dia berusaha menghubungimu, tapi kau selalu tidak mengangkatnya."

"Aku sedang malas,"kataku ketus.

"Baiklah, aku ingin kau menceritakan masalah yang sedang kau hadapi. Aku berusaha untuk menjadi ayah yang baik bagimu, Tiffany. Aku akan membuktikannya,"ujar Dad.

"Sebaiknya kau pergi dari kamarku. Aku sedang tidak ingin bertemu denganmu,"kataku membuang muka.

"Dengar, Tiffany. Aku pernah melakukan kesalahan yang besar dan aku sadar kalau aku adalah orang terdekat yang kau punya. Aku akan selalu berada disampingmu. Kau akan tetap menjadi gadis kecilku,"ujar Dad dengan lembut.

"Sebaiknya kau pergi,"ujarku.

Dad melangkahkan kakinya dari kamarku dan dia meninggalkan kamarku.

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku memukul bantal-bantalku dan aku membenci diriku sendiri. Aku mengambil ponselku dan menghubungi Austin. Dia salah satu atlet terbaik di kampusku.

Kau mau pergi ke prom bersamaku?

Aku menunggu balasannya dan tidak lama kemudian, dia menjawab.

Ya, Tiffany. Aku akan menjemputmu jam 7 malam di rumahmu.

Aku sedikit lega dengan jawaban Austin dan kembali menatap diriku yang berantakan. Aku merasa jenuh dengan penampilanku. Aku membuka isi lemariku dan menghamburkan seluruh pakaianku. Pakaianku yang sangat ketat aku kumpulkan dan aku pakai untuk acara prom nanti. Lihat saja, aku akan menjauhkan Daniel dari Clarissa saat prom nanti!

***

Hai, ini chapter 9 dan terima kasih yang udah mau baca. Sumpah, ini absurd banget. Jangan lupa vote dan comment.

Love isn't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang