✎Character Building (1)

12 0 0
                                    

CHARACTER BUILDING/MEMBANGUN KARAKTER PADA TOKOH CERITA

Sebelum memulai, pernah tidak kalian merasakan kebingungan sama tokoh kalian sendiri? Misal, konsepnya sudah ada, tapi ketika ditulis justru si tokoh ini melenceng jauh dari yang kita harapkan. Atau juga, ketika kita bingung ke mana arah karakter si tokoh di dalam cerita. Nah, untuk lebih jelasnya, mari simak pembahasan kali ini, ya!

MEMBENTUK KARAKTER YANG KUAT

1. Tokoh harus punya keinginan, tujuan, ataupun ambisi. Kenapa? Itu karena tanpa hal-hal ini, tokoh tidak akan mencapai apa pun di dalam ceritanya. Alurnya pun akan terasa flat dan monoton jika si tokoh tidak menginginkan tujuan apa pun di dalam dirinya. Selain itu, tokoh juga harus merasakan perasaan emosi seperti amarah, sedih, serta riang, layaknya sifat manusia pada umumnya.

2. Perdalam wawasan dari ilmu psikologi yang membahas tipe-tipe kepribadian tiap tokoh, agar saat menghadapi konflik dalam cerita, sang tokoh bisa menyelesaikan masalahnya sesuai dengan caranya sendiri. Ini adalah bentuk reaksi tokoh yang akan membuat karakter kuat dan membentuk plot cerita yang hidup.

3. Buatlah karakter yang memorable. Maksudnya adalah, penokohan yang bisa membuat pembaca percaya, bahwa tokoh itu ada—nyata dan hidup. Buat semua yang ada dalam diri tokoh itu membuat terkesan para pembaca agar membekas di ingatan dan meninggalkan kesan yang kuat di pikiran.

4. Menciptakan tokoh yang masuk akal dan sewajarnya. Meskipun cerpen atau novel hanyalah cerita rekaan, tetapi pembaca selalu memiliki referensi ke kehidupan nyata berdasarkan dari bacaan dan observasi mereka masing-masing.

Jadi, ada baiknya agar membuat tokoh yang lazim dan tidak melenceng baik sesuai dengan latar belakang maupun pokok masalah si tokoh. Perubahan karakter juga bisa dilihat dari bagaimana keadaan psikis pada diri tokoh mampu memengaruhi jalan cerita, ini juga menjadi pertimbangan dalam membuat tokoh yang baik.

Misal, tokoh yang menjadi psikopat karena masa lalunya, atau tokoh yang menjadi penjahat karena pengkhianatan, dsb.

5. Kekonsistenan karakter dalam tokoh. Hal seperti ini juga diperlukan dalam beberapa hal.

Misalnya:

Tokoh : Monkey D. Luffy
Karakter : Sederhana, polos, dan berkeinginan kuat
Kebiasaan : Makan daging dan bersenang-senang

Pada beberapa episode awal, Luffy digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi raja bajak laut. Luffy juga seseorang yang ceroboh, terkesan bodoh, dan berpikiran pendek. Namun, di episode-episode selanjutnya, Luffy ternyata menunjukkan hal yang jauh berbeda dari pandangan awal karakternya diperkenalkan, yang mana hal itu justru memikat para penonton anime maupun pembaca manga-nya. Seperti, rela berkorban demi teman-temannya, menghargai orang lain, dan selalu bekerja keras meraih impiannya.

Namun, apa inti dari semua ini?

Pada kesimpulannya, perubahan karakter itu boleh, tapi punya resiko yang sangat tinggi. Apalagi kalau semisal perubahan karakternya ini mendadak. Pasti pembaca bakal bingung sendiri, "Kok tiba-tiba berubah gini? Kok aneh jadinya?"

Itu lumrah sekali terjadi, apalagi untuk penulis yang baru memasuki dunia kepenulisan. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus meminimalisir perubahan karakter agar tidak mengacaukan inti si tokoh dan alur di dalam cerita.

Iya, harus konsisten dan teratur.

Cara menghindarinya, penulis bisa dengan menampilkan ucapan atau dialog yang benar-benar sesuai dengan sifat, profesi, golongan, etnis, tempat tinggal dan sebagainya dari si tokoh tersebut. Sebisa mungkin, ciptakanlah cara bicara yang berbeda-beda antar satu tokoh dengan tokoh yang lainnya agar mereka memiliki ciri khas tersendiri dan menghasilkan karakter yang kuat kepada pembaca.

Hal seperti ini juga agar para pembaca dapat dengan mudah membedakan antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Penulis juga dapat menonjolkan hal yang menjadi kelebihan maupun kekurangan si tokoh agar lebih meyakinkan.

Perlu diperhatikan juga hal-hal kecil dari tokoh seperti kebiasaan, hobi, hal yang disukai dan tidak disukai dll, di mana penulis harus bisa memunculkannya di dalam cerita entah secara tersirat maupun tersurat.

—Lanjut ke chapter selanjutnya.

Buku || Materi FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang