BAB III : Metodologi Penelitian

867 91 11
                                    

2 Minggu berlalu

"Malam ini dingin banget astaga..."

Jisung berjalan sembari mengeratkan jaketnya. Ia berangan-angan mengapa malam ini sangat dingin sekali. Dia juga menggerutu karena pak kepada desa tiba-tiba memanggilnya karena suatu hal yang Jisung masih belum bisa pastikan.

"Astaga, lewat sawah lagi..." gerutu Jisung.

Benar, karena mereka sedang berada di desa, sangat lazim melewati persawahan milik warga. Jika pagi terlihat sangat apik, sangat berbeda jika malam hari setelah matahari tenggelam. Ingin rasanya Jisung mencari jalan lain, tapi dia takut tersesat nantinya. Daerah orang, dia mana tahu?

Jisung menyematkan earphone nya ke telinganya, menyetel lagu dengan volume cukup keras, mencoba menghalau pikiran-pikiran yang ia harap tidak menjadi nyata. Bertemu hantu misalnya.

"Astaga...kenapa aku deg-degan gini?" gumam Jisung.

Langkahnya mulai masuk jalan setapak yang membelah dua persawahan yang cukup luas. Ditambah hanya beberapa lampu yang menerangi jalan setapak itu, membuat Jisung semakin merinding dibuatnya. Jarak tempuh dari sisi jalan yang ia lewati sekarang tidak cukup jauh, sekitar 500 meter. Tapi entah mengapa karena rasa takutnya, jalan itu rasanya berpuluh-puluh kilometer.

Jika jalanan gelap seperti ini, biasanya dia ditemani Seungmin dan Felix. Namun karena dirinya sekarang sendirian dan sungkan mengajak adek tingkat yang lain, ia memutuskan untuk jalan sendiri. Dia sedikit kesal karena Jake tidak bisa ditemukan dimanapun yang seharusnya ia bisa berjalan dengan pemuda itu ke rumah pak kades.

"Aku ga takut gelap...ga takut kok...." gumam Jisung.

Jisung melihat ke arah depan, ada sebuah gubuk kecil di pertengahan jalan setapak itu, dengan keadaan lampu menyala.

"Oh masih ada orang yang bekerja sampai malam?" gumamnya.

Tepat setelah mengucap kalimat itu, langkahnya terhenti. Ia berpikir, bukannya orang-orang akan selesai dari sawah sekitar jam 4 atau jam 5?

Lalu, siapa yang ada di sana?

Jisung memundurkan langkahnya perlahan, menoleh ke belakang. Jalan yang ia lalui rasanya memanjang tanpa sebab.

"Astaga ya Tuhan, maafkan hambamu ini yang jarang berdoa..." gumamnya.

Ia menaikkan volume lagu yang ada di ponselnya, lagi-lagi berusaha menghalau suara yang masuk tanpa permisi di telinganya. Dengan setengah hati, Jisung berusaha melewati gubuk yang masih menyala itu.

"Aaah~"

Terkutuklah telinga dan kaki Jisung yang sangat tidak mengeti situasi. Tepat setelah ia mendengar suara itu, tubuhnya berhenti total. Lagi-lagi kupingnya menangkap suara itu lagi. Suara perempuan.

"Aah~Jake~"

Matanya membulat. Jake?

Jisung menolehkan kepalanya ke arah gubuk itu, merasa penasaran. Ia akhirnya memberanikan diri mendekatkan kepalanya ke pintu gubuk tersebut.

"Aah~ Ngghh~"

"Jake~"

"Ah, Ryujin---"

Kriet...

Pintu itu tak sengaja terbuka karena langkah Jisung yang terlalu maju dan akhirnya sedikit mendorong pintu tersebut.

Mata Jisung terbelalak kaget melihat kedua adik tingkatnya, tanpa busana, melakukan hal yang amat-sangat vulgar. Tidak kalah terkejutnya, kedua adik tingkatnya itu langsung menutup tubuh mereka masing-masing. Jisung yang tersadar bahwa dirinya tidak boleh berlama-lama di tempat itu langsung melarikan diri. Ia berlari dengan pikiran kalut.

SKRIPSI - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang