BAB V : Kesimpulan dan Saran

1.2K 107 9
                                    

Sehari selepas semhas, dengan perasaan kesal yang menggebu-gebu, Jisung mendengarkan kembali rekaman suara yang ia rekam selama semhas. Sedikit mengerikan untuknya, tapi mau bagaimana lagi? Kalau tidak begini, bisa-bisa dia lupa poin yang diminta oleh Mr. Lee.

"Lihat aja ya pak Minho...AAAAAA," seru Jisung.

"Ya nggak pake teriak gitu juga kali Ji, diliatin adek tingkat ga lucu," celetuk Seungmin.

Felix datang membawa dua potong cheese cake. Satu cheese cake ia berikan kepada Jisung, sedangkan satunya ia lahap sendiri. Jeongin menghampiri meja mereka bertiga dengan terengah-engah.

"Kak Jisung...dipanggil...pak Minho. Cepetan, orangnya habis marah-marah," ujar Jeongin.

"Ha?"

---

Jisung mengetuk pintu ruang dosen dan masuk ke dalam ruang dosen. Suara Mr. Lee menggema satu ruangan dosen, membuat Jisung memutuskan untuk berdiri diam di depan pintu.

"Kalian itu baru masuk semester 2 saja sudah begini! Kalian nanti kalau kerja bagaimana? Kerja kelompok saja tidak mau!"

Jisung bergidik ngeri mendengar celotehan tersebut. Ia merasa beruntung karena semester 2 nya dulu masih belum bertemu pak Minho.

"Besok-besok nggak usah datang kelas saya! Mengulang saja kalian!"

Tepat ketika Mr. Lee berkata seperti itu, tiga orang mahasiswa keluar dari ruangan Mr. Lee menuju pintu. Jisung pandangi wajah ketiga mahasiswa yang menunduk itu. Dua dari mereka ada yang menahan tangis. Setelah mereka bertiga keluar dari ruang dosen, kali ini giliran Jisung lah yang menjemput maut.

Ia berjalan perlahan menuju ruangan Mr. Lee. Wajahnya mengintip ke arah pintu kaca milik Mr. Lee dan melihat dosen tersebut melepas kacamata nya dengan kasar. Dosennya benar-benar sedang bad mood.

Merasa ada yang mengawasi, Mr. Lee mendongakkan kepalanya. Manik matanya bertemu dengan Jisung yang tengah mengintip takut-takut.

"Masuk Jisung. Nggak usah ngintip-ngintip gitu," ujar Mr. Lee masih dengan nada tinggi.

Sesuai perintah Mr. Lee, Jisung menggeser pintu ruangan itu perlahan, "Permisi Mr. Lee, kata teman saya Jeongin, Mr. Lee mencari saya?" tanya Jisung dengan hati-hati.

Mr. Lee melipat tangannya di dada, memejamkan matanya, berusaha mengatur nafas dan emosinya yang masih meledak-ledak. Jisung masih setia berdiri menunggu instruksi selanjutnya. Setelah beberapa saat, Mr. Lee membuka matanya dan menghembuskan nafas kasar.

"Saya aslinya mau ngajak kamu bimbingan hari ini, karena saya lagi kosong. Tapi gara-gara anak-anak itu, ck...saya ga mau kelepasan marah-marah ke kamu juga," ujar Mr. Lee.

Jisung menelan ludahnya. Jujur ia takut, tapi juga senang karena mungkin, setelah ini ia bisa keluar dari ruangan ini.

"Duduk Jisung,"

Raut wajah Jisung yang sebelumnya memikirkan kemungkinan bahagia, berubah menjadi masam. Ia pun menurut dan duduk di depan Mr. Lee.

"Kamu cuma ada waktu dua minggu, paham kan?" tanya Mr. Lee.
"Iya Mr. Lee," ujar Jisung.

"Sudah ada rencana mau mengerjakan yang mana dulu?" tanya Mr. Lee.

Jisung mengeluarkan draft nya. Kemarin malam, dirinya dan Seungmin membuat mind map kecil-kecilan untuk dikerjakan. Ia menjelaskan secara rinci kepada Mr. Lee bagian mana yang akan ia ubah.

Tak lupa Jisung pasang kembali rekaman di ponselnya. Takut-takut jika ada tambahan dari Mr. Lee yang terlewat.

"Oke Jisung..."

SKRIPSI - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang