DAFTAR PUSTAKA

1.6K 108 18
                                    

Epilog

Jisung membuka matanya. Alarm ponselnya berbunyi nyaring, menunjukkan waktu sudah mulai berjalan pukul 7.30. Ia memiliki kelas jam jam 9, dirinya harus segera bersiap-siap.

Kelas? Ya, Jisung tengah menempuh S2 di kampus yang sama.

Ia menoleh ke arah samping dan mendapati Mr. Lee, atau yang ia sekarang biasa panggil kak Minho, masih terlelap dalam tidurnya. Terkadang ia berpikir, bagaimana bisa laki-laki se perfeksionis Minho tidak pernah memasang alarm selama ia tidur?

"Kak, bangun," ujar Jisung sambil menunjuk-tunjuk pipi Minho.

Yang tertidur mengerang keras. Minho membuka matanya dan mendapati Jisung sudah bangun lebih dulu, "Jam berapa ini? Setengah 8?" tanya Minho.

"Itu tau. Buruan mandi, kakak ada ngajar jam setengah 10 kan?" ujar Jisung.

Semenjak kejadian Jisung melarikan diri dari ruang dosen itu, Jisung merasa dirinya sudah keterlaluan karena menjahili dosennya. Di samping itu, ia juga merasa malu karena tiba-tiba ditembak oleh Minho di ruang dosen dan tidak bisa memberikan jawaban secara langsung sehingga ia hanya bisa membalasnya melalui chat.

"Aku males ngajar aslinya hari ini," ujar Minho. Ia bangun dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, "Capek banget ngajar kelas yang ini, mahasiswa nya nggak ada yang bener," gerutu Minho.

Kurang lebih sudah lima bulan Jisung pindah dari asrama ke apartemen Minho. Semenjak mereka berdua memutuskan untuk menjalin kasih, keduanya sepakat untuk tinggal bersama.

Tanpa Minho sadari, banyak hal dari diri Jisung yang memiliki kemiripan dengannya. Sehingga hubungan kedua laki-laki itu berjalan amat-sangat normal tanpa hambatan.

Minho menarik lengan kecil Jisung, ia tarik pemuda itu untuk masuk ke dalam dekapannya, "Morning kiss?"

Jisung mendongakkan wajahnya, sementara Minho menunduk, mendekatkan wajahnya ke arah Jisung. Ia kecup bibir itu perlahan. Tidak ada lumatan, hanya kecupan selamat pagi.

"Ya sudah kalau kakak nggak mau ngajar, aku ada kelas hari ini jam 9. Nggak ada bolos," ujar Jisung sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Minho.

"Nggak ada bolos, tapi kamu malah sandaran begini," ledek Minho.

Jisung bangkit dan menatap sinis pasangannya itu, ia sibakkan selimut dan berjalan menuju kamar mandi tanpa menoleh ke belakang.

"Jangan dikunci," ujar Minho.

---

Kedua pemuda itu sudah berpakaian rapi. Mereka keluar dari apartemen pukul 8.15. Di dalam lift mereka membicarakan hal-hal yang tidak sempat mereka bahas kemarin malam. Makalah, artikel, jurnal pendidikan, dan banyak hal lainnya.

Ya, pasangan pintar memang beda pembahasannya.

Mereka berdua menaiki mobil dan berangkat menuju kampus. Jisung turun lebih dulu karena gedung pascasarjana memiliki gedung yang berada dekat dengan pintu masuk kampus.

"Nanti kabari aku kalau sudah selesai," ujar Minho.

Jisung mengangguk dan menutup pintu mobil tersebut. Sedangkan Minho tancap gas menuju fakultas tempat ia mengajar. Hari-harinya sebagai dosen tidak berubah banyak setelah ia berpacaran dengan Jisung. Malah dengan adanya pemuda itu, ia jauh lebih mudah menerbitkan banyak jurnal yang relevan, mengingat Jisung yang lebih sering aktif melakukan projek lapangan di lingkungan pascasarjana.

Aktivitas padat mereka berakhir sekitar pukul 4 sore. Minho menjemput Jisung yang sepertinya sudah menunggu sedari tadi.

"Lama?" tanya Minho.
"Nggak terlalu. Mau makan apa?" tanya Jisung.

SKRIPSI - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang